asana teu asup.. eta tafsiran teh.. kana utek kula
naon sababna, da' lain kadinya jigna silih asih silih asah silih asuh mah
iyeu ceuk nu jadi bapak kuring di lembur



On Fri, 14 Jan 2005 08:13:19 -0800 (PST), asep juarna <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Asa elmu saka... he he...,"sambung menyambung menjadi
> satu...". Teuing atuh... Naha Sunda Wiwitan teu
> kasebut-sebut nya? Pan eta teh khas-na Baduy...
> 
> AJ
> 
> --- Jalak Pakuan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> >
> > Ka baraya US kumaha ngeunaan pamadegan Pak JS ieu,
> > naha sarua? Asa kakara yeuh 3SA jadi 3C (Cikeusik,
> > Cikertawana, Cibeo). Naha  aya henteu pangaruh
> > Cikeas ka US kiwari?
> > (Punten teu dialihbasakeun).
> >
> > Wilujeng tepung ahir minggon.JP
> >
> >
> > -----------------------------------------
> > Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh
> > Oleh JAKOB SUMARDJO
> >
> > UNGKAPAN yang amat populer di masyarakat Sunda ini
> > adalah bagian dari konsep Trias Politika Sunda.
> > Umumnya orang menafsirkan ungkapan budaya itu
> > berdasarkan pandangan masa kini, yakni dalam pola
> > berpikir modernnya. Tetapi ungkapan ini bukan
> > berasal dari masa kini Sunda. Ungkapan itu berasal
> > dari masa lampau Sunda, dan dengan demikian harus
> > kita letakkan dalam ekologi budaya Sunda masa lampau
> > juga. Meskipun demikian, karena ini merupakan produk
> > berpikir manusia Sunda, maka ungkapan ini tetap
> > relevan bagi masyarakat Sunda sekarang.
> >
> > Silih asah, apa maksudnya? Artinya saling mengasah,
> > saling mempertajam agar lebih berdaya guna dalam
> > kehidupan, saling mendalami makna. Tentunya ada yang
> > mengasah dan ada yang diasah. Siapa pengasahnya?
> > Siapa yang diasah? Diakronik sejarah masyarakat
> > Sunda pada awalnya mengenal tritangtu, yang dalam
> > pengertian sosio-budayanya terdiri dari kesatuan
> > tiga kampung utama Baduy, yakni Cikeusik,
> > Cikertawana, dan Cibeo. Kampung paling tua (indung)
> > adalah Cikeusik, yang berperan sebagai pemegang atau
> > pewaris norma-norma adat dari karuhun. Cikeusik
> > adalah pemilik mandat kekuasaan.
> >
> > Tetapi pemilik ini tidak menjalankan mandatnya, dan
> > menyerahkan peran memerintah berdasarkan norma-norma
> > sakral itu kepada Cikertawana (si bungsu), dan anak
> > sulungnya, Cibeo, berperan menjaga indung dan si
> > bungsu. Jadi, Cikeusik yang berperan mengasah,
> > Cikertawana yang berperan mengasihi, yakni berbuat,
> > memberi, membina, menyatukan. Dalam ungkapan di atas
> > disebut silih asih. Sedang Cibeo yang berperan
> > mengasuh, melindungi, menjaga. Dalam ungkapan di
> > atas disebut silih asuh.
> >
> > Secara ringkas, Trias Politika Sunda ini terdiri
> > dari Cikeusik (silih asah), Cikertawana (silih
> > asih), dan Cibeo (silih asuh). Dalam pengertian
> > modern, memang seharusnya setiap orang Sunda
> > bersilih asah, bersilih asih, dan bersilih asuh sama
> > lain. Tetapi dalam zaman modern pun tidak setiap
> > orang mampu mengasah, mengasih, maupun mengasuh.
> > Kenyataan bhinneka diakui oleh budaya Sunda. Bahwa
> > setiap manusia itu berbeda-beda. Yang pandai
> > mengasah yang kurang pandai, yang kaya mengasihi
> > yang miskin, yang kuat mengasuh yang lemah.
> >
> > Perbedaan-perbedaan itu harus disatukan dengan
> > pembagian peran yang saling melengkapi satu dengan
> > yang lain. Itulah gunanya ika, esa, kesatuan.
> > Ketiganya berbeda namun saling melengkapi satu sama
> > lain, sehingga terjadi homogenisasi yang tetap
> > mempertahankan heterogenitasnya. Inilah kearifan
> > lokal, yang sudah sangat tua usianya. Sebuah kondisi
> > paradoks.
> >
> > Ketika masyarakat Sunda mengenal cara berpikir asing
> > yang masuk bersama sistem kepercayaan Hindu-Budha
> > pada awal abad pertama, pola pikir Trias Politika
> > ini tetap dipertahankan.
> >
> > Siapakah yang berperan sebagai pengasah norma-norma
> > Sunda yang baru? Siapakah Cikeusik baru ini? Tak
> > lain adalah Pajajaran dengan figur mitologisnya yang
> > amat masyhur, Prabu Siliwangi. Kalau dulu, Sunda itu
> > Cikeusik, kini Sunda itu Siliwangi, Pajajaran. Prabu
> > Siliwangi adalah rex otiosus Sunda yang amat
> > dihormati dan disegani.
> >
> > Siapa yang berperan sebagai silih asih Sunda? Yakni
> > pusat-pusat kekuasaan yang tersebar di berbagai
> > daerah antara pedalaman dan pesisir utara Jawa
> > Barat. Mungkin saja seperti Ciamis, Cianjur,
> > Sumedang, Garut, Tasikmalaya. Inilah pelaksana
> > kekuasaan yang memperoleh mandat dari pemilik
> > kekuasaan, Pajajaran.
> >
> > Siapakah yang berperan sebagai silih asuh? Tak lain
> > adalah daerah-daerah pesisir yang berhadapan
> > langsung dengan orang-orang luar. Mungkin saja
> > seperti Karawang, Tangerang, Bekasi, Indramayu.
> > Mereka inilah penjaga Pajajaran dan segenap
> > pelaksana-pelaksana mandatnya. Tugasnya jelas di
> > bidang keamanan dan pelindung kesatuan ketiganya.
> >
> > Dari zaman inilah muncul ungkapan resi, ratu, rama.
> > Resi adalah pendeta penguasa ilmu dan pengetahuan
> > agama, serta pemimpin dalam upacara-upacara
> > keagamaan. Resi adalah pemegang silih asahnya. Ratu
> > adalah penguasa atau yang melaksanakan kekuasaan
> > praksis. Jadi, ratu atau raja daerah adalah pemegang
> > silih asihnya. Sedangkan daerah-daerah paling luar
> > dari Trias Politika itu adalah pemegang silih
> > asuhnya. Mengapa disebut rama? Rama adalah kepala
> > desa atau pemimpin-pemimpin lokal. Mereka ini
> > benar-benar bagian dari rakyat Sunda. Kesatuan resi,
> > ratu, rama adalah kesatuan golongan pendeta, raja,
> > dan rakyat. Pendeta yang mengasah atau menggarami
> > raja dan rakyat dengan norma-norma kesundaan zaman
> > itu, raja-raja yang menjalankan dan mengawasi
> > dilaksanakannya norma-norma itu, dan rakyat di
> > desa-desa mengamankan berjalannya kedua peran di
> > atas.
> >
> > Di zaman masuknya pola pikir baru di tanah Sunda
> > bersama tersebarnya agama Islam, pola pikir
> > tritunggal ini masih dipertahankan pula. Pajajaran
> > sebagai pemegang mandat kekuasaan berdasarkan
> > kepercayaan Hindu-Budha-Sunda, tidak dilanjutkan
> > oleh munculnya kerajaan Sunda-Islam.
> > Kerajaan-kerajaan Islam yang muncul di Jawa Barat
> > (Banten dan Cirebon) bukan kelanjutan dari kekuasaan
> > lokal. Sampai sekarang sisa-sisa budaya non-Sunda
> > itu masih hidup dalam masyarakatnya.
> >
> > Dalam alam pikiran Sunda, kelanjutan atau pewaris
> > silih asah ini adalah Kean Santang, yakni putra
> > Prabu Siliwangi sendiri, namun masuk Islam (di Mekah
> > oleh Nabi Muhammad saw. sendiri) tetapi tidak
> > membentuk kerajaan Islam Sunda. Beliau ini hanya
> > mendirikan perguruan Islam (semacam pesantren) di
> > desa-desa. Peran silih asah yang dulu dipegang
> > Cikeusik, Pajajaran/Siliwangi, kini berada di
> > pesantren-pesantren. Para ulama adalah penerus ulama
> > pertama Sunda, Kean Santang. Hal ini tidak harus
> > dibaca secara historis-modern. Yang dipentingkan di
> > sini adalah alam pikiran nyata masyarakat Sunda,
> > entah itu berdasarkan fakta historis maupun fakta
> > mitologis.
> >
> > Silih asih dipegang oleh kaum menak yang sudah amat
> > dikenal dalam sejarah Sunda. Dan silih asuh
> > ditangani oleh rakyat perdesaan. Pada dasarnya
> > trilogi resi-ratu-rama masih hidup dalam bentuk
> > baru, yakni ulama-menak-rakyat. Dalam banyak wawacan
> > Sunda jelas terlihat garis ini. Wawacan yang berisi
> > ajaran Islam banyak ditulis dalam huruf Pegon.
> > Wawacan yang berisi cerita-cerita para raja ditulis
> > dalam huruf Jawa dan bahkan ada yang berbahasa Jawa.
> > Sedangkan rakyat menerima dua jenis literatur itu
> > sebagai kekayaan rohani mereka.
> >
> > Saya menduga bahwa ungkapan silih asah, silih asih,
> > dan silih asuh ini berasal dari zaman ini. Pada
> > waktu itu pengaruh budaya Islam dari kerajaan
> > Mataram cukup besar di Sunda. Kosa kata itu cukup
> > dikenal dalam bahasa Jawa juga. Sampai sekarang
> > padanan dari ungkapan silih asah, silih asih, dan
> > silih asuh itu ada dalam semboyan pendidikan Ki
> > Hajar Dewantoro, yakni ing ngarso sun tulodo, ing
> > madya mbangun karso, tut wuri handayani. Di depan
> > memberi teladan (silih asah), di tengah membangun
> > atau mengarahkan tindakan (silih asih), di belakang
> > menjaga dan melindungi (silih asuh).
> >
> > Meskipun bunyi ungkapannya ada kesamaan dengan
> > budaya Jawa, tetapi ini amat khas Sunda. Jadi,
> > bentuknya atau wujudnya bisa beda tetapi pola dan
> > strukturnya tetap sama. Bentuk dan wujud ungkapan
> > yang mengalami proses perubahan, tetapi polanya
> > tetap, yakni pola tripartit Sunda. Jati diri Sunda
> > itu bukan pada wujud ungkapannya, tetapi pada pola
> > tetapnya. Pola tetap Sunda itu adalah tritunggal
> > atau tritangtu.
> >
> > Kini setelah zaman kerajaan atau zaman menak telah
> > lewat di Sunda, apakah terjemahan silih asah, silih
> > asih, dan silih asuh itu? Menurut pendapat saya,
> > peran silih asah tetap dipegang oleh kaum ulama yang
> > berpusat di pesantren-pesantren atau lembaga-lembaga
> > keagamaan lain yang diakui masyarakat Sunda. Peran
> > silih asih dipegang oleh para pejabat pemerintahan
> > modern maupun tradisional. Dan peran silih asuh
> > dilakukan oleh rakyat Sunda itu sendiri dengan
> > pimpinan modern lembaga pertahanan nasional.
> >
> > Dalam wawacan roman selalu dikisahkan anak lelaki
> > keluarga menak bertemu anak perempuan keluarga tani
> > di pesantren, yakni ketika mereka sedang belajar
> > (dengan versi pertemuan yang bereda-beda). Intinya,
> > pesantrenlah yang mempertemukan menak (pejabat)
> > dengan rakyat). Ulama yang mengasah, pejabat yang
> > melaksanakan silih asih, dan rakyat serta tentara
> > yang melaksanakan silih asuh.
> >
> > Peran boleh berbeda-beda, tetapi tidak ada yang
> > saling
> === message truncated ===
> 
> __________________________________
> Do you Yahoo!?
> Take Yahoo! Mail with you! Get it on your mobile phone.
> http://mobile.yahoo.com/maildemo
> 
> 
> Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
> 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
>


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/0EHolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke