Saat musim penghujan, perkebunan teh di lereng gunung malabar, Pangalengan 
Bandung selatan, yg berada di ketinggian 1700 m dpl, sering tertutup kabut. 
Pemandangan alam yg penuh warna warni saat musim kemarau; merah merekah bunga 
dadap di tengah hamparan hijau kebun teh yg jauh terhampar sampai ke lereng 
gunung yg membiru tua, kemudian bersambung dg langit biru cerah bertabur awan 
halus. di jalanan yg membelah hamparan hijau kebun teh menjulang tinggi pohon2 
mahoni yg telah tegak disana sejak jaman penjajahan belanda dulu. 
Nun jauh di bawah sana tampak pantulan langit dari permukaan danau cilenca yg 
berada di seputaran kebun teh, pemandangan yg sangat indah, namun di musim 
hujan yg penuh kabut ini, semuanya seolah sirna, hanya kabut putih yg terlihat. 
 

Bila kabut tebal turun, jarak pandang pun jadi terbatas, hanya sekitar 5 meter 
kita bisa melihat jelas, di luar itu kabut putih bagaikan menyelubungi 
kita.Betapa sebenarnya keindahan duniawi, sebenarnya hanya bersifat sementara, 
suatu saat bisa berlalu dalam sekejap. Bila kita berjalan seorang diri melintas 
di tengah hamparan kebun teh saat kabut turun akan terasa sebuah suasana yg 
sangat khas.

Kita bagaikan dikelilingi dinding kapas yg mengurung kita, di depan, belakang, 
samping dan atas , kita tak bisa melihat jauh, hanya sebatas sekitar kita 
berada. Hening tak ada suara sedikitpun kelopak daun teh pun tak bergerak, 
angin pun berhenti berhembus.  

Timbul rasa sunyi, sepi, takut, seorang diri, tak bisa melihat jelas, terkurung 
di tengah kabut, rasanya ingin sekali sampai ke tempat yang lebih terang tanpa 
kabut, namun rasanya dunia ini berputar lambat sekali… 
Berdiam seorang diri di tengah kabut tebal membuat diri ini termenung juga, ada 
rasa kesepian berada di tempat antah berantah jauh dari orang lain, tak ada 
teman yg bisa dimintakan bantuan. 

Kalau kita sering berada di alam, dekat dengan alam, setidaknya kita bisa 
mengerti bahasa alam. Sehingga walau berada seorang diri di tengah alam 
terbuka, kita akan bisa merasakan betapa alam, tumbuhan dan makhluk2 lain nya 
menyapa kita dengan mesranya. Kabut yg mengurung kita, sebenarnya adalah 
ungkapan dari alam yg membelai kita dengan lembut penuh keakraban. Begitu pula 
kelopak pucuk teh yg berwarna hijau muda di dekat kita, sebenarnya dari tadi ia 
melirik kita dengan gemulainya. Cacing di tanah, atau serangga di balik batang 
teh pun sedang bermain dengan riang nya. Betapa sebenarnya alam ini sangat 
ramai dan akrab dengan kita, kita tak perlu merasa sendirian lagi… 

Justru saat berada di keheningan seperti itu, timbul kesadaran betapa 
bersyukurnya kita meyakininya adanya Tuhan, saat tak ada siapapun, di tempat yg 
jauh, tak ada tempat bergantung, sadarlah diri bahwa Tuhan tetap berada di 
sana, Allah tetap menyertai kita , karena alam yg melingkupi kita semua, adalah 
ciptaan Tuhan pula. Kalau kita merasa dekat, maka Tuhan pun akan dekat. Namun 
bila kita merasa jauh dari Tuhan, berada sendirian di tempat yg sepi akan 
menjadi sebuah siksaan batin.. 

Kalau kita telah bisa mengerti bahasa alam, setingkat lagi kita akan bisa juga 
memahami bahasa Ketuhanan, bahasa tertinggi, orang yang telah bisa memahami 
bahasa Ketuhanan, tak akan pernah merasa kesepian,rasa sedih dimanapun, 
kapanpun juga....

Bila berjalan di tengah kabut yg tebal, kita tak tahu arah, karena matahari pun 
tak terlihat, kita hanya mengandalkan ingatan atau alur jalan yg pernah kita 
lewati sebelumnya. Kita tak tahu ada apa di depan kabut itu, kita hanya bisa 
meraba.  Kalau di hamparan kebun teh memang ada jalur jalan diantara tananam 
teh, kalau kita mengikuti jalur tersebut tak akan tersesat. 

Baca selengkapnya ; http://hdmessa.wordpress.com/2007/11/09/lintas-kabut/

__________________________________________________

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Kirim email ke