geuning, ari ti sumberna mah ahmadiyah teh kieu.........?
 

*AHMADIYAH MENJAWAB*

Oleh: M.B. Shamsir Ali, SH, SHD

 

Telah lebih sebulan ini harian Republika sering kali memuat artikel 
tentang Jemaat Ahmadiyah dan Pendirinya dalam berbagai judul. Sejauh 
yang kami ketahui, sangat sedikit sekali, bahkan boleh dikatakan tidak 
ada, upaya Republika untuk mengkonfrontir isi artikel itu kepada pihak 
Jemaat Ahmadiyah Indonesia, padahal hal itu sangat penting agar pembaca 
Republika memperoleh informasi yang benar, akurat dan berimbang. Sekedar 
contoh kelemahan akibat tidak dilaksanakannya amanat etika jurnalistik 
itu terjadi pada  wawancara *Rachmat Santosa Basarah dengan* Ahmad 
Hariadi yang dimuat Republika tanggal 14 Mei 2008 yang lalu.


Dalam wawancara itu, Ahmad Hariadi ditanya* : **Siapa pemimpin Ahmadiyah 
sedunia sekarang?*
Hariadi menjawab: Mirza Ghulam Ahmad, lahir pada 1835 dan meninggal pada 
1908. Dia mendirikan Ahmadiyah tahun 1889. Setelah meninggal, dia 
diganti oleh khalifah Ahmadiyah pertama. Kemudian, bertutur-turut 
diganti oleh khalifah kedua, ketiga, dan keempat. Khalifah keempat ini 
adalah cucunya Mirza Ghulam Ahmad, namanya, Tahir Ahmad. (Tugas saya 
menyadarkan Jemaat Ahmadiyah, Republika, 14 Mei 2008, 
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=333920&kat_id=505 
<http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=333920&kat_id=505>)

 

Semua orang yang meneliti secara langsung pasti tahu bahwa Hadhrat Mirza 
Tahir Ahmad sudah wafat beberapa tahun yang lalu. Sekarang, Jemaat 
Ahmadiyah telah dipimpin oleh Khalifahnya yang kelima, Hadhrat Mirza 
Masroor Ahmad. Kekeliruan seperti ini sungguh sangat keterlaluan, sebab 
ini merupakan fakta yang terbuka dan jelas, setiap saat siapa saja dapat 
mengakses situs resmi Jemaat Ahmadiyah www.alIslam.org 
<http://www.alislam.org/>; www.mta.tv <http://www.mta.tv/>; atau 
situs-situs resmi Ahmadiyah di berbagai Negara di dunia.

 

Begitu pula dalam Republika 16 April 2008 (‘Wahyu Cinta’ Mirza Ghulam) 
tertulis, “Ada 88 kitab – termasuk – Tadzkirah – yang dikarang MGA …” 
Padahal Tadzkirah bukan dikarang oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.

 

Bila hal-hal ‘sederhana’ semacam itu terjadi kekeliruan maka dapat 
dipastikan terjadi kekeliruan dalam tulisan-tulisan Republika lainnya 
yang berkaitan dengan Jemaat Ahmadiyah dan pendirinya, Hadhrat Mirza 
Ghulam Ahmad yang kebanyakannya dikutip dari pihak-pihak yang 
berseberangan dengan Jemaat Ahmadiyah atau mantan penganut aliran 
Ahmadiyah seperti Hasan Aodah maupun Ahmad Hariadi yang dikeluarkan dari 
aliran Ahmadiyah. – bukan keluar melainkan dikeluarkan dari Ahmadiyah. 
Republika hanya bertumpu kepada Hasan Bin Mahmud Aodah tentang asumsi 
bahwa MGA adalah pelayan imperialis Inggris. Sepatutnya Republika 
menghubungi pihak pemerintah Inggris ataupun India untuk memastikan 
kebenaran klaim Aodah itu.

 

Mengingat tidak mungkin semuanya dapat dikemukakan maka sebagai 
pemenuhan atas hak jawab. Berikut ini kami sampaikan pernyataan Pendiri 
Jemaat Ahmadiyah tentang keIslaman beliau dan kecintaan beliau kepada 
agama Islam dan Rasulullah Muhammad SAW.

 

*Jemaat Ahmadiyah*

 

Ahmadiyah adalah sebuah Jamaah Islam yang didirikan oleh Hadhrat Mirza 
Ghulam Ahmad pada tahun 1889 Masehi/ 1306 Hijriah, di Qadian India. Dan 
beliau mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan al Masih yang dijanjikan 
kedatangannya oleh Nabi Muhammad SAW.

Jemaat Ahmadiyah bukan sebuah agama baru. Jemaat Ahmadiyah bekerja untuk 
menghidupkan Agama Islam dan menegakkan syari’at Islam. Hadhrat Mirza 
Ghulam Ahmad menulis, “Wahai kalian yang bermukim di muka bumi dan wahai 
jiwa semua yang ada di barat atau di timur, aku maklumkan secara tegas 
bahwa kebenaran hakiki di dunia ini hanyalah Islam, Tuhan yang benar 
adalah Allah sebagaimana yang terdapat di dalam Al Qur’an, sedangkan 
Rasul yang memiliki hidup keruhanian yang abadi dan sekarang bertahta 
diatas singgasana keagungan dan kesucian adalah wujud terpilih Muhammad 
SAW. ( Rukhani Khazain, vol. 15, hal. 141); Dibawah kolong langit ini 
hanya ada satu Rasul dan satu Kitab. Rasul itu adalah Hadhrat Muhammad 
SAW yang lebih luhur dan agung serta paling sempurna dibanding semua 
Rasul . . . Kitab tersebut adalah Al Quran yang merangkum bimbingan yang 
benar dan sempurna.” (Rukhani Khazain, vol. 1 hal. 557

Jemaat Ahmadiyah berpegang teguh kepada Kitab Suci Al Quranul  Karim. 
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menulis, “Keselamatan dan kebahagiaan abadi 
manusia adalah karena bisa bertemu dengan Tuhan-nya dan hal ini tidak 
akan mungkin dicapai tanpa mengikuti Kitab Suci Al Qur’an.” (Rukhani 
Khazain vol. 10 hal. 442); “Apa yang termaktub di dalam Al Qur’an 
merupakan wahyu utama dan mengatasi serta berada diatas semua 
wahyu-wahyu lainnya.” (Majmua Isytiharat, vol. 2 hal. 84); “Kitab Suci 
Al Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang kapanpun tidak ada dan tidak 
akan pernah ada tandingannya.” (Malfuzhat, vol. III, hal. 57)

Berkenaan dengan dua kalimah Syahadat, beliau menulis, ““Inti dari 
kepercayaan saya adalah: Laa Ilaaha Illallahu, Muhammadur-Rasulullahu 
(Taka ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah). Kepercayaan 
kami yang menjadi pergantungan dalam hidup ini, dan yang padanya kami, 
dengan rahmat dan karunia Allah, berpegang sampai saat terakhir dari 
hayat kami di bumi ini ialah: Sayyidina Maulana Muhammad SAW adalah 
Khataman Nabiyyin dan Khairul Mursalin, yang termulia dari antara 
nabi-nabi. Ditangan beliau hukum syari’at telah disempurnakan. Karunia 
yang sempurna ini pada waktu sekarang adalah satu-satunya penuntun ke 
jalan yang lurus dan satu-satunya sarana untuk mencapai ‘kesatuan’ 
dengan Tuhan Yang Mahakuasa.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, Izalah 
Auham, 1891: 137)

 

Jemaat Ahmadiyah berkeyakinan bahwa nabi Muhammad saw adalah khataman 
nabiyyin. Pendiri Jemaat Ahamdiyah menulis,

 

“Tuduhan yang dilontarkan terhadap diri saya dan terhadap Jamaah saya 
bahwa kami tidak mempercayai Rasulullah Muhammad SAW sebagai Khataman 
Nabiyyin merupakan kedustaan besar yang dilontarkan kepada kami. Kami 
meyakini Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai 
Khatamul Anbiya dengan begitu kuat, yakin, penuh makrifat dan bashirat, 
yakni  seperseratus ribu dari yang itupun tidak dilakukan oleh 
orang-orang lain. Dan memang tidak demikian kemampuan mereka. Mereka 
tidak memahami hakikat dan rahasia yang terkandung di dalam Khatamun 
Nubuwat Sang Khatamul Anbiya. Mereka hanya mendengar sebuah kata dari 
tetua mereka, tetapi tidak tahu menahu tentang hakikatnya. Dan mereka 
tidak tahu apa yang dimaksud dengan Khatamun Nubuwat – yakni apa makna 
mengimaninya. Namun kami, dengan penuh bashirat (Allah Taala yang lebih 
tahu) meyakini Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai 
Khatamul Anbiya. Dan Allah Taala telah membukakan pintu hakikat Khatamun 
Nubuwwat kepada kami sedemikian rupa, yakni dari serbat irfan yang telah 
diminumkan kepada kami itu kami mendapat suatu kelezatan khusus yang 
tidak dapat diukur oleh siapapun kecuali oleh orang-orang yang memang 
telah kenyang minum dari mata air ini juga.” (/Hadhrat Mirza Ghulam 
Ahmad,/ Malfuzhat, jld. I, halaman 342)

 

“Dengan sungguh-sungguh saya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah 
Khatamul Anbiya. Seorang yang tidak percaya pada Khatamun Nubuwwah 
beliau (Rasulullah SAW), adalah orang yang tidak beriman dan berada 
diluar lingkungan Islam.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, Taqrir Wajibul 
I’lan, 1891)

 

“Martabat luhur yang diduduki junjungan dan penghulu kami, yang terutama 
dari semua manusia, nabi yang paling besar, Hadhrat Khatamun Nabiyyin 
SAW telah berakhir dalam diri beliau yang di dalamnya terhimpun segala 
kesempurnaan dan yang sebaliknya tak dapat dicapai manusia.” (/Hadhrat 
Mirza Ghulam Ahmad/, Taudhih Maram, 1891 hal. 23)

 

“Yang dikehendaki Allah supaya kita percaya hanyalah ini, bahwa Dia 
adalah Esa dan Muhammad SAW adalah Nabi-Nya, dan bahwa beliau adalah 
Khatamul Anbiya dan lebih tinggi dari semua makhluk.” (/Hadhrat Mirza 
Ghulam Ahmad/, Kisti Nuh, tahun 1902, halaman 15)

 

“Untuk sampai kepada-Nya semua pintu telah tertutup, kecuali sebuah 
pintu yang dibukakan oleh Qur’an Majid dan semua kenabian dan semua 
kitab-kitab yang terdahulu tidak perlu lagi diikuti, sebab kenabian 
Muhammadiyah, mengandung dan meliputi kesemuanya itu. Selain ini semua 
jalan tertutup. Semua jalan yang membawa kepada Tuhan terdapat di 
dalamnya. Sesudahnya tidak akan datang kebenaran baru, dan tidak pula 
sebelumnya ada suatu kebenaran yang tidak terdapat di dalamnya. Sebab 
itu, diatas kenabian ini habislah semua kenabian. Memang sudah 
sepantasnya demikian sebab sesuatu yang ada permulaannya, tentu ada pula 
kesudahannya.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, AL Wasiyat, JAI 2006, hal. 24)

 

Sesudah Nabi Muhammad SAW, tidak boleh lagi mengenakan istilah Nabi 
kepada seseorang, kecuali bila ia lebih dahulu menajdi seorang ummati 
dan pengikut dari Nabi Muhammad SAW.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, 
Tajalliyati Ilahiyah, 1906, hal. 9)

 

“Semua pintu kenabian telah tertutup kecuali pintu penyerahan seluruhnya 
kepada Nabi Muhammad SAW dan pintu fana seluruhnya kedalam beliau.” 
(/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, Ek Ghalti ka Izalah, 1901, hal. 3)

 

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sangat menyintai Rasulullah Muhammad SAW, 
berkenaan dengan kecintaan dan keediaan beliau mengorbankan jiwa raga 
demi kemuliaan Rasulullah Muhammad SAW beliau menulis,

 

“Saya katakan dengan sejujur-jujurnya bahwa kami dapat berdamai dengan 
ular berbisa dan srigala buas, tetapi kami tak dapat berkompromi dengan 
orang yang melakukan serangan-serangan keji terhadap Nabi Muhammad yang 
kami cintai, orang yang lebih kami hargakan dari kehidupan kami dan 
orang tua kami.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, Paighami Sulh, 1908 hal. 30)

 

“Sekiranya orang-orang ini menyembelih anak-anak kami didepan mata kami 
dan mencincang apa-apa yang kami cintai sampai berkeping-keping dan 
membuat kami mati dengan hina dan malu dan merampas semua harta dunia 
kami, maka demi Tuhan, semua itu tidak akan begitu menyakitkan hati kami 
seperti yang kami alami atas cacian dan hinaan yang dilancarkan kepada 
Nabi kami, Muhammad SAW.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, Aina Kamalati 
Islam, 1893, hal. 52)

 

“Aku menyaksikan suatu kehebatan dalam wajahmu yang bersinar cemerlang, 
yang melebihi semua sifat manusia lain. Pada wajahnya tampak Tuhan 
Muhaimin dan seluruh keadaannya bagaikan cermin. Yang menampakkan 
keindahan sifat Ilahi dan kebesarannya sungguh menyilaukan. Ia 
mengungguli seluruh manusia dengan kemampuan, kesempurnaan dan 
keelokannya dan kehebatan serta dalam kesegaran jiwanya. Sedikitpun 
tidak diragukan lagi, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah 
terbaik diantara seluruh makhluk. Paling mulia diantara yang mulia dan 
inti orang-orang yang terpilih. Segala sifat yang terbaik dan terpuji, 
pada diri beliaulah puncaknya. Anugerah nikmat yang ada pada setiap 
zaman, telah berakhir dalam dirinya. Beliau adalah yang terbaik dari 
semua orang yang mendapat Qurb Ilahi sebelumnya. Keunggulan beliau 
karena kebaikan-kebaikan, bukan karena zaman. Wahai Tuhanku, 
turunkanlahh berkat-berkat kepada Nabi-Mu abadi selamanya, di dunia ini 
dan di hari kebangkitan kedua.” (/Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad/, Aina 
Kamalaati Islam, halaman 594-596)

 

Dalam usia lebih dari 100 tahun, Jemaat Ahmadiyah tjelah berkembang dan 
berada di hampir 200 negara di dunia dengan jumalah anggota lebih dari 
200 juta jiwa.

Dalam upaya menegakkan agama Islam dan menyebarkan syiar Islam keseluruh 
dunia. Jemaat Ahmadiyah mendapat dana dari pengorbana para anggota yaitu 
infaq/ iuran setiap anggota wajib membayar infaq /iuran tiap bulannya 
sebesar 1/16 sampai dengan 1/3 dari pendapatan perbulan.

Jemaat Ahmadiyah tidak pernah meminta atau menerima satu sen pun 
dana/biaya dari luar: baik dari perorangan / organisasi/ pemerintah/ Negara.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jamaah Ahmadiyah 
Internasional yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani 
pada tahun 1889 di Qadian India. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad kami yakini 
adalah Almasih dan Imam Mahdi yang kedatangannya telah dijanjikan oleh 
Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Keyakinan tentang datangnya Imam Mahdi dan 
Nabi Isa di akhir Zaman adalah keyakinan *seluruh umat Islam* dari 
golongan manapun. Tugasnya adalah *menghidupkan kembali agama Islam* dan 
*menegakkan kembali syariat Islam*.

Jemaat Ahmadiyah pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1925, 
diundang oleh Persatuan Mahasiswa Jawa Sumatra di India ketika itu, yang 
akhirnya Maulana Rahmat Ali HAOT merupakan Muballigh pertama yang diutus 
ke Indonesia oleh Hadhrat AL-Hajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad rh., 
Khalifah Ahmadiyah ketika itu.

Jemaat Ahmadiyah berperan aktif dalam proses pendirian NKRI dan salah 
seorang anggotanya, Sayyid Shah Muhammad adalah Ketua Panitia Pemulihan 
Pemerintahan RI. Beliau mendapat bintang jasa kehormatan dari pemerintah 
Republik Indonesia atas jasa-jasanya.

Jemaat Ahmadiyah Indonesia dikukuhkan ber-Badan Hukum sesuai bunyi 
Lembaran Berita Negara no. 26 tahun 1953 dengan penetapan Menteri 
Kehakiman RI No. JA 5/23/13 tanggal 13 Maret 1953.

Dalam upaya menyebarkan agama Islam, Jemaat Ahmadiyah mengirimkan ribuan 
Da’i ke seluruh penjuru dunia; membangun ribuan masjid di berbagai 
penjuru dunia diantaranya Masjid Baitul Futuh, Morden London UK yang 
merupakan mesjid terbesar di Eropa Barat; menerjamahkan Al Qur’an 
kedalam 100 bahasa di dunia sehingga seluruh bangsa dapat mempelajari 
secara langsung Kitab Suci tersebut; Mendirikan stasiun televisi MTA 
Internasional (MTA 1; MTA 2 dan MTA 3 Al Arabiyya) yang dipancarkan ke 
seluruh penjuru dunia 24 jam nonstop menggunakan tujuh buah satelit; 
melaksanakan bakti kemanusiaan melalui Humanity First tanpa memandang 
ras, agama, keyakinan maupun bangsa, termasuk membantu menanggulangi 
Tsunami di Aceh;

Jamaah Ahmadiyah Internasional dipimpin oleh Hadhrat Mirza Masroor 
Ahmad, Khalifatul Masih V yang saat ini berkedudukan di London, Inggris. 
Dalam rangkaian muhibah pimpinan tertinggi Jamaah Ahmadiyah 
Internasional, tanggal 17-19 April 2008 Khalifah Ahmadiyah, Hadhrat 
Mirza Masroor Ahmad menghadiri pertemuan tahunan Ahmadiyah Ghana yang 
dihadiri oleh Presiden Ghana, Ageyaku Kufour, dan wakil Presiden, Alhaj 
Aliu Mahama dan pajabat-pejabat Negara lainnya.

 

Jemaat Ahmadiyah perpegang teguh kepada mottonya, /Love for All, Hatred 
for None/ (Cinta kepada semua orang dan tiada kebencian kepada siapapun.) n



------------------------------------

Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to