Ketika "Pegawai BRI" Pulang Kampung

Lebaran sepertinya menjadi momen istimewa bagi para perantau untuk
pulang kampung, termasuk para pedagang bubur kacang ijo, rokok, dan
Indomie yang suka diplesetkan menjadi "pegawai BRI" asal Kab.
Kuningan. Dari komunitas ini juga muncul istilah yang terkait dengan
profesi mereka di kota rantau seperti "Wa Kosim" (warung kopi siang
malam) dan "ITB" (icalan teh botol).

Para pemilik Wa Kosim di beberapa kota besar di Indonesia, memang
kebanyakan warga Kuningan. Ada komunitas di Kuningan yang tak kalah
terkenalnya yakni "pegawai BRI".

Mereka bukan karyawan bank tapi gabungan antara pemilik dan pekerja di
warung bubur kacang hijau, rokok, dan Indomie. Keberadaan Wa Kosim dan
BRI ini mencapai ribuan orang yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta,
dan Bandung serta kota-kota lain di tanah air.

Sektor usaha dagang bubur kacang hijau, Indomie dan kios-kios rokok
"menguasai" pinggir-pinggir jalan dan mulut-mulut gang di berbagai
kota. Sepintas, kelihatan tak seberapa. Tapi, banyak perantau asal
Kuningan yang sukses.

Banyak di antara "pegawai BRI" yang sukses karena keuletan mereka.
Sebagian besar para pelaku usaha di sektor tersebut mampu
mengembangkan usahanya, yang awalnya hanya sebuah kios, warung bubur,
atau rokok kemudian bertambah menjadi 2, 3, hingga belasan kios.

Bertambahnya jumlah kios berarti tenaga kerja bertambah, dan
pundi-pundi terus meningkat. Tak heran apabila tempat tinggal mereka
di Kuningan cukup mentereng lengkap dengan mobil di garasi.

Mereka umumnya berasal dari perdesaan sehingga pada saat Idulfitri,
perkampungan menjadi ramai setelah para perantau pulang kampung.
Selain bersilaturahmi dengan sanak keluarga, mudik berarti saatnya
menikmati hasil jerih payah ketika berusaha di kota.

Seorang anggota komunitas "BRI" Nana Rohana (30), warga Desa
Kawungsari, Kec. Cibeureum, Kab. Kuningan, kini telah memiliki sebuah
rumah berlantai dua dan kendaraan roda empat.

"Mudik Lebaran sudah tradisi, termasuk kami warga Kuningan yang
merantau di kota besar. Mau sukses atau belum, pokoknya kudu pulang
kampung. Besar kecilnya rezeki kan sudah diatur Yang Maha Kuasa. Jadi
kami tetap bersyukur," kata Ny. Neneng, seorang ibu rumah tangga asal
daerah Cibeureum yang bersama suaminya berjualan bubur dan mi di Kota
Bandung.

Beda rezeki

Senada dengan Ny. Neneng, seorang pedagang rokok asal Desa Simpayjaya,
Kec. Karangkancana, Kab. Kuningan, Arsyad (32), rezeki itu sudah ada
yang mengatur. "Meski sama-sama usahanya, tapi rezeki bisa beda. Wajar
apabila ada yang mendapatkan untung besar dan kecil, itu sudah hukum
alam," ucapnya.

Arsyad sudah 10 tahun menjadi karyawan "ITB" (Icalan teh botol). Ia
pernah merantau ke Muara Karang Jakarta, Citeureup Bogor, Cikarang
Bekasi, dan terakhir terdampar di Kota Cirebon. "Alhamdulillah masih
mondok di rumah mertua indah," katanya.

Arsyad, Nana, dan Neneng adalah tiga dari ribuan perantau asal
Kuningan yang mudik ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran. Mereka
sudah tiba sejak Sabtu (27/9) di Terminal Cirendang.

"Para perantau asal Kuningan yang jumlahnya begitu besar, merupakan
kebanggaan bagi saya pribadi. Mudah-mudahan mereka selain membawa
materi juga spirit ke daerah asalnya untuk kesejahteraan keluarga
masing-masing," kata mantan Bupati Kuningan H. Aang Hamid Suganda,
beberapa waktu lalu.

Dia yakin, masyarakat Kab. Kuningan yang religius mempunyai tanggung
jawab besar, sehingga tidak terpengaru oleh hal-hal negatif yang
terjadi di perantauan, serta tetap punya semangat untuk membangun
daerah asalnya. "Selama ini kontribusi mereka pun tidak diragukan lagi
terkait dengan dinamika pembangunan Kuningan," kata Aang.

Menikmati hasil kerja di perantau bersama-sama sanak keluarga di
kampung halaman, memang tidak bisa dinilai dengan uang. Wajar jika
kesempatan yang hanya bisa dirasakan setahun sekali itu bebanr-benar
dinikmati. Dan, Kab. Kuningan, yang saat ini sudah menunjukan beberapa
perubahan, boleh berbangga karena ribuan warganya sudah memberi
kontribusi bagi pembangunan daerahnya, paling tidak persoalan lapangan
kerja sedikit teratasi. (Akim Garis/"PR")***

Citation: 
http://newspaper.pikiran-rakyat.co.id/prprint.php?mib=beritadetail&id=35126

Reply via email to