Krisis global, tapi aya nu lucu, Amerika menta tulung ka China supaya meuli 
surat utang korporasi AS anu macet. Kabeneran devisa China gede pisan. Jadi, 
Komunis nulungan Kapitalis? .......Hihihihi

Baktos,
WALUYA

Peran China Dinantikan untuk Mengatasi Krisis

Pasar Abaikan Kucuran Dana, Peran Bank Sentral Makin Mandul
KOMPAS/RIZA FATHONI / Kompas Images

Pialang saham menggulung lembaran rekapitulasi transaksi saham di
Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (8/10). Perdagangan saham
dihentikan pukul 11.08 WIB saat indeks harga saham gabungan merosot
tajam hingga 10,38 persen ke posisi 1.451,669. Usai rapat terbatas
yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, semalam, Menteri
Keuangan ad interim Sofyan Djalil mengatakan perdagangan belum bisa
dibuka hari Kamis ini. Pembukaan pada Jumat pun masih harus
memerhatikan kondisi pasar.
Kamis, 9 Oktober 2008 | 03:00 WIB

Beijing, Rabu - Nuansa kepasrahan tercuat dari pernyataan para
pemimpin negara terkaya di dunia. Upaya pengguyuran dana ke pasar oleh
sejumlah bank sentral tak mampu meredakan kegelisahan pasar. Kini
harapan ada pada China untuk menolong.

Rentetan tindakan penurunan suku bunga oleh beberapa bank sentral,
Rabu (8/10), berhasil meredakan kepanikan bursa saham. Namun, ini
hanya berlangsung sebentar. Tak lama kemudian, indeks Dow Jones di New
York malah anjlok lagi 182,95 poin menjadi 9.264,16 poin. Ini
melengkapi kejatuhan sebelumnya di hampir semua bursa dunia dan
melahirkan rekor baru, seperti yang terjadi di Jepang.

Kejatuhan bursa dipicu anjloknya indeks saham di New York, Selasa,
sekitar 500 poin indeks Dow Jones dan kejatuhan indeks Standard &
Poor's ke bawah 1.000 poin, terburuk sejak tahun 2003. "Planet
keuangan berada dalam sebuah krisis total," kata anggota Dewan Direksi
Bank Sentral Eropa, Guy Quaden.

Pemicu terbaru adalah penyerbuan yang dilakukan para nasabah terhadap
bank di Eropa untuk menarik simpanan. Pemicu lain adalah keengganan
sesama bank saling meminjamkan, yang memacetkan aliran dana perbankan,
urat nadi perekonomian global. Hasil analisis Dana Moneter
Internasional (IMF) pekan lalu mengingatkan, krisis perbankan memiliki
kekuatan yang lebih besar untuk menyebabkan resesi. Penurunan
pertumbuhan setidaknya dua kuartal berturut-turut sudah bisa disebut
sebagai resesi.

Ironisnya, kejatuhan ini terjadi setelah paket dana talangan 700
miliar dollar AS sudah ditandatangani Presiden AS George Walker Bush.
Kejatuhan juga terjadi setelah Bank Sentral AS menjanjikan akan
membeli surat berharga berjangka pendek senilai 900 miliar dollar AS
dari pasar. Beberapa negara di Eropa juga menaikkan jumlah simpanan
nasabah yang dijamin pemerintah. Namun, semua ini tak mencegah
kepanikan di bursa global. "Pasar tak bergerak. Penyuntikan dana bank
sentral ke pasar sama artinya dengan transfusi darah ke tubuh manusia
yang urat nadinya tersumbat," kata Hiroichi Nishi, pialang di Nikko
Cordial, Tokyo, Rabu.

Dari Hongkong ke Paris, Singapura ke Frankfurt, investor mencampakkan
saham. Investor khawatir otoritas tak lagi berdaya menghentikan krisis
terbesar global sejak Depresi Besar 1929 di AS. "Pasar seperti
kerasukan dan penjualan massal terjadi secara global," kata Matt
Buckland, pialang dari CMC Markets, London.

Presiden Bush mengatakan, kekacauan ekonomi menyebabkan kesulitan
hidup bagi warga AS. "Saya ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan
semua ini. Namun, krisis belum bisa dihentikan," kata Bush.

Sadar akan hal itu, Presiden Bush mengatakan telah menghubungi
sejumlah pemimpin di Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Italia.
Tujuannya, untuk mencari strategi mengatasi krisis. "Saya berbicara
langsung dengan mereka pagi ini untuk mengupayakan tindakan yang
terkoordinasi. Kami ingin agar tindakan dilakukan secara efektif,"
kata Bush, Selasa.

Gedung Putih mengatakan, Presiden Bush akan terbuka pada ide-ide untuk
mengatasi krisis. Ini adalah sebuah perubahan sikap drastis mengingat
sebelumnya Presiden Bush selalu abai atas keinginan pemimpin G-8 untuk
mengatur sektor keuangan yang sudah berjalan liar.

Michel Camdessus, mantan Direktur Pelaksana IMF, mengatakan, "Akar
krisis adalah minimnya peraturan yang mengontrol sektor keuangan AS."

Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke, pada hari yang sama di hadapan
Asosiasi Nasional Ekonomi Bisnis (National Association for Business
Economics) di Washington mengingatkan, krisis keuangan tidak saja
memburuk, tetapi juga memperpanjang penderitaan. "Prospek perekonomian
kian buruk," katanya.

Tak mempan

Perdana Menteri Jepang Taro Aso juga memperlihatkan kepasrahan. "Para
pemimpin Uni Eropa sudah bertemu, tetapi tetap tak bisa meredakan
gejolak. Pasar Eropa malah bergolak cepat dan substansial. Saya
khawatir akan dampak dari krisis ini terasa di Jepang," kata PM Aso
merujuk pada pertemuan para pemimpin Uni Eropa, Sabtu lalu.

PM Aso mengatakan, harapan terbaru yang bisa dia sandarkan adalah
pertemuan G-7 (AS, Inggris, Perancis, Italia, Jerman, Jepang, dan
Kanada). Namun, PM Aso mengatakan, jika pertemuan G-7 tak mampu
meredakan pasar, keadaan malah bisa lebih buruk.

Kini harapan ada pada China. Presiden Bush sudah berbicara langsung
dengan Presiden Hu Jintao soal upaya penyelamatan krisis ekonomi.

PM China Wen Jiabao berjanji, negaranya mau mengulurkan tangan untuk
mengatasi krisis keuangan AS. Tidak disebutkan uluran tangan yang
dimaksud. Namun, beredar informasi yang belum dikonfirmasikan bahwa
China akan menggunakan sebagian cadangan devisanya (1,81 triliun
dollar AS) untuk membeli surat utang korporasi AS, yang terjebak
kemacetan di sektor properti AS.

Keengganan China memegang surat-surat berharga AS dalam setahun
terakhir turut mempercepat kejatuhan sektor keuangan AS. Namun, kantor
berita Reuters mengatakan, kesediaan China menolong pasti didasari
pada tindakan quid pro quo (memberikan sesuatu untuk menerima sesuatu).

"Beijing akan meminta AS membuka pasar lebih besar, termasuk bagi
penjualan produk China dan juga pembelian perusahaan AS oleh
perusahaan China. China juga akan menuntut peran lebih besar di IMF,"
kata Mei Xinyu, peneliti senior dari Departemen Perdagangan China,
Rabu. (REUTERS/AP/AFP/MON)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/10/09/03000730/peran.china.dinantikan.untuk.mengatasi.krisis


Kirim email ke