Program Unicode untuk Aksara Sunda
http://tekno.kompas.com/read/xml/2008/10/21/07220845/program.unicode.untuk.aksara.sunda.

Selasa, 21 Oktober 2008 | 07:22 WIB

BANDUNG, SELASA - Aksara Sunda mulai distandardisasi dengan aplikasi program 
Unicode. Hal ini bertujuan mempermudah akses mempelajari aksara Sunda 
sekaligus meningkatkan minat baca masyarakat.

Hal itu dikatakan Perwakilan Konsorsium Unicode, Michael Iverson, dalam 
peluncuran program Unicode untuk aksara Sunda di Aula Hardjakusumah, 
Universitas Padjadjaran Bandung, Senin (20/10). Aksara Sunda menjadi bahasa 
yang keempat setelah bahasa Bugis, Bali, dan Rejang. Dalam acara ini juga 
turut diperkenalkan peluncuran buku berjudul Direktori Aksara Sunda untuk 
Unicode.

Menurut Iverson, standar industri mengizinkan teks dan simbol tulisan 
ditampilkan secara konsisten oleh komputer. Hanya dengan menuliskan kalimat 
atau kata tertentu, selanjutnya program ini menerjemahkannya ke aksara 
Sunda. Tujuannya, selain mempermudah membaca naskah aksara Sunda, ia 
mengharapkan agar program ini bisa membuat masyarakat Sunda semakin akrab 
dan sering menggunakannya.

"Akan tetapi, yang terpenting dari ini semua, masyarakat semakin sering 
menggunakan aksara Sunda. Bisa dimulai melalui nama jalan, desain kaus 
komersial, atau kartu nama dan bisnis," katanya.

Ciri khas daerah
Ketua Tim Pelaksana Program Unicode bagi Aksara Sunda, Oman Abdurahman, 
mengharapkan agar ini bisa menjadi salah satu media memelihara aksara Sunda. 
Sangat disayangkan apabila sebagai ciri khas daerah, aksara Sunda lambat 
laun menghilang karena jarang digunakan.

Oman juga berharap agar memelihara aksara Sunda tidak berhenti pada 
pengodean atau penerbitan buku panduan. Alasannya, apabila tidak digunakan 
dalam keseharian, program ini akan kehilangan tujuan awalnya.

Salah seorang anggota Tim Program Unicode bagi Aksara Sunda, Dian Nugraha, 
mengatakan, masih ada hal yang harus disempurnakan dari program ini. Untuk 
jangka pendek, pihaknya akan melakukan standardisasi dan implementasi pola 
pasangan dalam huruf Sunda. Misalnya, pada pola pasangan yang belum 
distandardisasi, seperti "sy" atau "kh". Selain itu, akan dilakukan juga 
standardisasi huruf yang belum masuk. Saat ini, baru 53 aksara Sunda yang 
sudah masuk dalam program ini.

Menanggapi hal ini, Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kurnia yakin, 
program ini bisa menjembatani eksistensi aksara Sunda. Baik sebagai program 
penelitian atau sekadar memberikan pengetahuan dan merangsang keingintahuan 
masyarakat luas tentang aksara Sunda.

"Saat ini, di Jabar, masih ada sekitar 600 naskah dengan aksara Sunda," kata 
Ganjar. (KOMPAS/CHE) 

Kirim email ke