Owh...
Boa-boa, pagawe Pemda ge dilarang nyarita basa sunda mun
keur di Gedong Sate teh...

Kade, ka Gupernur Emod, tong dibejaan aya milis Kusnet. 
bisi dilarang oge deuih...

-Jay-

--- In urangsunda@yahoogroups.com, "Reka \"Bohay\"" <rekabo...@...> wrote:
>
> Wajar atuh, da Wagub oge teu bisaeun Basa Sunda.
> 
> -Bohay-
> 
> Pada 3 Februari 2009 12:14, waluya2006 <waluya2...@...> menulis:
> 
> >   Pelajaran Basa Sunda rek dipupus di Bekasi, Depok jeung Tangerang?
> > Nyanggakeun opini koran Galamedia (Grup Pikiran Rayat) dihandap ieu:
> >
> > http://klik-galamedia.com/indexrubrik.php?idkolom=tajuk
> > Selasa, 03 Februari 2009
> >
> > Bahasa Sunda Dihilangkan
> >
> > IRONIS memang, ketika sedang digalakkan pentingnya pendidikan
> > berbasis budaya, pelajaran Bahasa Sunda di sekolah-sekolah yang ada
> > di Bekasi, Depok, dan Tangerang, akan dihapuskan. Pernyataan itu
> > diungkapkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan saat
> > bersilaturahmi dengan kalangan tokoh masyarakat di Hotel Horison,
> > Minggu (1/2).
> >
> > Apa yang akan dilakukan gubernur tentu sebagai reaksi atas usulan-
> > usulan yang sebelumnya disampaikan oleh sebagian guru-guru di sana.
> > Ketiga daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Daerah Khusus
> > Ibukota (DKI) Jakarta, bahasa kesehariannya memang bahasa Indonesia
> > yang kebanyakan berdialek Betawi. Sehingga kalaupun mereka harus
> > memaksakan berbahasa Sunda, logatnya pun ngejemplak sekali, tidak
> > halus seperti orang-orang Sunda yang berada di Bandung dan
> > sekitarnya.
> >
> > Tentunya kalau hal ini benar-benar terjadi, pelajaran bahasa Sunda
> > dihapuskan di sekolah-sekolah yang ada di ketiga daerah tersebut,
> > menunjukkan bahwa budaya Sunda akan semakin "tergusur" di daerahnya
> > sendiri. Kenapa tidak diupayakan sebaliknya, ketiga daerah yang
> > berbatasan dan sebagian masuk wilayah Jawa Barat tetap
> > mempertahankan pelajaran tersebut di sekolah-sekolah, bahkan lebih
> > dikembangkan lagi. Kalaupun menjadi tidak menarik bagi orang-orang
> > di sana, mungkin cara penyampaiannya yang terlalu monoton dan
> > pengajarnya kurang mengikuti perkembangan tradisi kesundaan.
> >
> > Kita tentu sangat prihatin kalau pelajaran bahasa Sunda di daerah-
> > daerah tersebut benar-benar jadi dihilangkan. Bahasa Sunda yang
> > merupakan "gerbang" untuk lebih mengetahui budaya Sunda, dalam
> > kondisi yang demikian tentunya menunjukkan semakin melemahnya
> > kecintaan kita terhadap budaya sendiri.
> >
> > Kita sekarang ini memang tengah berada dalam perbenturan budaya yang
> > sangat luar biasa. Tarik menarik kepentingan budaya, terutama lokal
> > dengan yang dari luar tengah terjadi.
> >
> > Kita tahu seperti apa wajah sesungguhnya budaya masyarakat Indonesia
> > saat ini? Agaknya, tak begitu mudah melukiskannya. Kadang tampak
> > khusyuk dan religius. Tapi tiba-tiba muncul panorama serbametal dan
> > ingar-bingar. Kesalehan dan kebrutalan seolah berjalan beriringan,
> > kadang tampil sama-sama populer dan semarak. Paradoks budaya tengah
> > berlangsung seolah saling memperebutkan hegemoni kultural.
> >
> > Dalam kondisi yang demikian, budaya Sunda seharusnya bisa jadi
> > pedoman berperilaku bagi urang sunda. Dalam pandangan hidup urang
> > Sunda, katanya, ada istilah cageur, bageur, bener, pinter, singer,
> > maher tur moher.
> >
> > Menurut pakar pendidikan dan kebudayaan, Prof. Dr. H. Engkoswara,
> > M.Ed., kenyataan menunjukkan, manusia yang melaksanakan budaya Sunda
> > seperti cageur, bageur, bener, pinter, singer, maher tur moher,
> > tidak kurang pangan, sandang, papan sehingga hidup cukup yang
> > berbahagia lahir batin.
> >
> > Artinya, dengan konsisten menjalankan kebiasaan hidup dengan
> > mengimplementasikan nilai-nilai budaya Sunda, kita tidak perlu
> > khawatir menjadi orang yang ketinggalan zaman. Lalu, kenapa tidak
> > lebih ditumbuhkembangkan? **
> >
> >  
> >
>


Kirim email ke