Jawaban Konkret Mewarnai Debat Cawapres Tidak Ada Terobosan Baru JAKARTA, (PR).- Upaya menyatakan jawaban-jawaban konkret sudah mulai mewarnai debat calon wakil presiden (cawapres) yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, jawaban-jawaban itu dinilai para pengamat kesehatan dan pengamat pendidikan masih terlalu mengawang-awang karena tidak ada data tentang masalah terkait dan tidak memperlihatkan terobosan baru.
Debat bertema "Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia" itu dipandu moderator yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Fahmi Idris. Debat dilakukan di Hotel Bidakara Jakarta, Selasa (30/6) dan disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi. Saat sesi debat dibuka, Fahmi Idris mempertanyakan target waktu supaya jaminan sosial (jamsos) secara penuh bisa diberikan kepada masyarakat. "Tahun berapa seluruh masyarakat punya jaminan sosial dengan sistem yang ditawarkan?" kata Fahmi. Bisa dipercepat Menanggapi itu, secara lugas cawapres Prabowo Subianto menyatakan, pada 2012 jaminan sosial penuh itu sudah bisa diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan, dia menyatakan hal itu bisa dipercepat lagi bila strategi perekonomiannya berjalan. Dikatakannya, uang negara saat ini harus mulai diinvestasikan untuk masyarakat, terutama asuransi kesehatan dan jaminan pendidikan. Cara mendapatkan uang itu adalah dengan cara melakukan efisiensi, penjadwalan utang luar negeri, dan mencegah kebocoran kekayaan alam Indonesia ke luar negeri. Saat mendebat jawaban Prabowo itu, Boediono mengatakan, bukan target tahun yang dipentingkan. Namun, mulai 2010, dia dan capres Susilo Bambang Yudhoyono berjanji menyiapkan model dan tahapan yang jelas untuk mencapai target jaminan sosial itu. Sementara Wiranto mengatakan, lebih cepat dari tahun 2012 pun dia dan capres Jusuf Kalla bisa melaksanakannya. Namun, tambah Wiranto, itu semua tergantung pada kondisi ekonomi nasional. Wiranto pun tidak memaparkan prasyarat kondisi untuk menunjang targetnya tersebut. Menurut dia, dasar pemikiran yang penting adalah bahwa rakyat yang memiliki negeri ini mendapatkan hak kesehatannya. Oleh karena itu, target tersebut diharapkan bisa dicapai dalam waktu cepat supaya penderitaan rakyat segera berlalu. Selain topik jaminan sosial, topik lain mengenai kesehatan tidak membuahkan jawaban konkret. Apalagi saat membicarakan rokok. Tidak ada seorang cawapres pun yang berani menjawab secara tegas dan cenderung melebarkan masalah. Saat memasuki isu pendidikan memasuki era globalisasi pada 2010, Fahmi mempertanyakan perbandingan pendidikan keterampilan dan akademik. Dia mempertanyakan kebijakan pendidikan dalam mempersiapkan manusia Indonesia menuju globalisasi. Menurut Boediono, pendidikan memang menjadi kunci menghadapi globalisasi. Oleh karena itu, perbaikan pendidikan harus dilakukan dengan menata kembali penggunaan dana dua puluh persen yang sudah disiapkan dalam APBN. Wiranto menekankan orientasi pendidikan yang berdaya saing. Oleh karena itu, pendidikan harus membagi keterampilan dan kemampuan akademik. Namun, dia tidak menyatakan bagaimana keseimbangan yang tepat di antara kedua hal itu bisa dilakukan. Prabowo menilai, jawaban Boediono selalu normatif, dan merupakan jawaban yang tepat disampaikan di sekolah. Namun masalahnya, bagaimana pendidikan bisa dilakukan bila tidak memiliki uang. Namun, Prabowo tidak menjabarkan tawaran konsepnya karena waktu habis. Tidak konkret Menanggapi debat cawapres putaran kedua ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat dr. Wawang S. Sukarya, Sp.O.G. (K) mengatakan, jawaban yang dikemukakan ketiga cawapres cenderung normatif, mengawang-awang, serta tidak konkret. Apa yang dikemukakan, tidak dalam tataran praktis. "Misalnya, tadi dikatakan revitalisasi, tetapi tidak dibahas lebih lanjut," ujarnya. Pengamat pendidikan Dan Satriana menilai, ketiga cawapres tidak mengeluarkan jawaban-jawaban baru yang bisa menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia. Ketiganya tidak dibekali dengan data seputar peta permasalahan pendidikan. (A-160/A-179)*** Cite: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=84267