Ditambah lagi kadang ya Mba Mia, kita ini suka loncat-loncat kaya
kangguru kalau mencari pembenaran dalam dalil-dalil agama.

Saya setuju dengan Mba Mia, bahwa setiap orang mempunyai hak memilih
yang terbaik bagi dirinya sendiri apapun itu bentuknya mau nikah dini,
mau nikah sedikit mateng bahkan yang kematengan seklipun atau tidak
menikah juga , bukankah setiap orang itu unik?

Masalahnya, ya itu suka loncat-loncat dalam memahami ajaran agama di
cari yang paling cocok untuk kasus dirinya sendiri dan akhirnya pada
saat disosialisasikan di klaim sebagai sesuatu yang paling dan hanya
itu yang benar. menurut saya loh!!

Contohnya kasus Ibu Lina (ma'af ya Bu:), yang mengatakan bahwa menikah
dini itu pilihan yang terbaik, pilihan yang relijius, di ridho'i Allah
dll seakan-akan menikah dini merupakan solusi dari godaan hawa nafsu.
Kita lupa bahwa sebetulnya kewajiban kita juga untuk menanamkan sikap
mengontrol hawa nafsu , menjaga diri dari godaan nafsu yang tidak
terkendali merupakan hal yang memang dari awal merupakan solusi dari
godaan hawa nafsu? kenapa harus mengklaim pernikahan diri sebagai
solusi dari perzinahan jika dari awal kita sudah menanamkan sikap
menjaga diri kita dari perzinahan? 

Masalahnya pernikahan kan bukan sekedar merubah status haramnya seks
menjadi halal tapi pernikahan kan lebih dari itu?

Chae 


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Masalahnya ada kekentalan dikotomis pada tulisan mbak Lina - padahal 
> kasus yang dicontohkan mbak Lina itu sama sekali nggak bermasalah.  
> Kita semua memahami sudut pandang keinginan anak mbak Lina yang 
> ingin cepet nikah. Kayaknya dia anak yang passionate dan dah paham 
> tanggung jawab. Malah bagiku usia 22 kawin itu nggak termasuk dini 
> kok... Hehe.. BTW, berarti Britney Spears juga nikah dini...:-) Eh, 
> itu mah urusan seleb yah - we are just ordinary people who don't 
> know which way to go ...
>  
> Kekentalan dikotomis itu, saya kutip:
> "Jadi .... mau pernikahan dini yang bersih dan diridhoi Allah SWT 
> atau menjerumuskan anak pada perzinaan ? Yuk ah merenung.... jangan 
> ditunda-tunda. Mumpung belum terjadi .... nanti menyesal lho!!!!
>  
> Kok, tau-tau ada dikotomi pernikahan dini dan kalau tidak 
> menjerumuskan anak pada perzinaan? Whatever happened with choices in 
> between?
>  
> Ok, ini sudah dijawab - lagi-lagi dengan mengetengahkan dikotomi. 
> Saya kutip:
> "tergantung dari pendekatan masing-masing orang, mau secara religius 
> atau sekuler. Pernikahan dini, mungkin dianut untuk orang yang 
> memilih pendekatan religius". 
>  
> Pendekatan sekular dan religius di sini mesti diklarifikasi supaya 
> pada nggak salah paham.  Bagi saya pribadi, nikah usia 35, cuma 
> punya anak 2 - atau nggak mau nikah, nggak mau punya anak - bukan 
> berarti nggak ada nilai relijiusnya. Demikian juga dengan yang 
> menikah usia 22 dan berencana punya anak 7. Saya bilang bagi saya 
> pribadi, artinya pilihan pribadi.  Karena saya nggak akan pernah 
> mengkampanyekan single parenting, jomblo forever, atau tunggu nikah -
>  sebagai solusi sekular atau relijius.  Yang akan saya kampanyekan 
> paling-paling menikah itu fardu kifayah... - itu pun kalau dipandang 
> perlu, kalau ada yang mengkampanyekan pernikahan dini dan anak 7...:-
> ) Dan kalo ada dana kampanyenya....
>  
> Salam
> Mia
>   
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina alwi <[EMAIL PROTECTED]> 
> wrote:
> > Mbak Anita,
> > saya setuju sekali dengan pendapat anda. Pernikahan dini memang 
> bukan 
> > satu-satunya cara untuk menyelamanatkan anak dari perilaku seks 
> pranikah. 
> > Pasti ada banyak cara lainnya, tergantung dari pendekatan masing-
> masing 
> > orang, mau secara religius atau sekuler.
> >  Pernikahan dini, mungkin dianut untuk orang yang memilih 
> pendekatan 
> > religius. Ini juga sama sekali tidak berarti mereka (pasangan 
> muda) lalu 
> > sibuk dengan kelahiran dan mengurus anak dsb seperti yang anda 
> contohkan. 
> > Pernikahan dini yg saya maksudkan bukan pernikahan dini karena 
> MBA, tetapi 
> > pernikahan yang dilakukan dengan penuh rencana, menyelesaikan 
> kuliah dulu, 
> > cari kerja dan kemudian baru memiliki anak. Tetapi, bahwa ada 
> orang yang 
> > tidak sependapat dengan hal tersebut, buat saya, sah-sah saja.
> >  Memberikan pengertian kepada anak tentang "pernikahan 
> (konsekuensi, 
> > tanggungjawab dll)" itu pasti menjadi tugas orang tua. Tapi siapa 
> yang 
> > menjamin bahwa si anak memiliki pemahaman dan interpretasi yang 
> sama dengan 
> > orang tuanya? Jaman terus berkembang, kita tidak bisa mnengetahui 
> apa yang 
> > ada di dalam dunia pergaulan anak.
> > 
> > Apapun juga, tulisan saya dimaksudkan untuk membuka mata kita 
> semua, betapa 
> > kompleksnya masalah remaja. Mari kita renungkan, agar kita tidak 
> kaget atau 
> > kebablasan, kala masalah yang sama mampir dalam kehidupan kita.
> >  Minggu depan, saya akan posting lagi cerita tentang remaja (based 
> on true 
> > story) yang agak ekstrim, but real.
> >  salam
> > -----------
> > On 6/28/05, Anita Tammy <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina alwi 
> <[EMAIL PROTECTED]> 
> > > wrote:
> > > > Punya anak remaja dan tinggal di kota besar seperti Jakarta 
> > > bukanlah hal 
> > > > yang menyenangkan. Hati selalu dibuat was-was. Terlalu banyak 
> > > godaan dan 
> > > > bahaya, dari soal tawuran anak sekolah, peredaran narkoba 
> hingga 
> > > perilaku 
> > > > seks bebas. Lihatlah, saya yakin tidak ada satu sekolahpun 
> yang 
> > > berani 
> > > > menjamin bahwa anak didiknya bebas dari penggunaan narkoba 
> atau 
> > > seks 
> > > > pranikah, sekalipun itu sekolah favorit.
> > > > 
> > > > Setiap kali saya harus berangkat ke Bandung dan mampir ke 
> kantor 
> > > terlebih 
> > > > dahulu untuk menunaikan shalat subuh, saya selalu melihat anak 
> > > remaja, baik 
> > > > perempuan maupun lelaki, bergerombol di kawasan Blok M. Mau 
> > > berangkat 
> > > > sekolah? Jelas tidak. Pakaian mereka tidak mencerminkannya dan 
> > > hari masih 
> > > > terlalu pagi. Baru pulang? Lha dari mana sepagi itu? Apakah 
> orang 
> > > tuanya 
> > > > tidak mengetahui anak-anaknya masih diluar rumah dan belum 
> pulang? 
> > > Pada hari 
> > > > sekolah lagi. Diam-diam, kawasan tersebut memang dikenal 
> sebagai 
> > > tempat 
> > > > transaksi pekerja seks remaja. Teman kerja saya, bahkan pernah 
> > > mendengar 
> > > > dengan telinganya sendiri transaksi pekerja seks remaja 
> tersebut 
> > > saat dia, 
> > > > sepulang kantor, mampir di sebuah caf?di pertokoan modern di 
> > > kawasan blok 
> > > > M. Bahkan dia mendengar dengan jelas, kemarahan si mucikari, 
> saat 
> > > remaja 
> > > > putri menyatakan bahwa dia tidak bisa melayani pesanan karena 
> > > merasa masih 
> > > > lemas setelah aborsi yang dijalaninya beberapa hari 
> sebelumnya. 
> > > Mengenaskan 
> > > > sekali dan sekaligus memprihatinkan. Kita memang cenderung 
> lari 
> > > dari 
> > > > kenyataan, pura-pura tidak tahu dan tidak mau mengakui adanya 
> > > masalah sosial 
> > > > yang berkaitan dengan perilaku seksual remaja. Masalah seks 
> > > pranikah! 
> > > > 
> > > 
> > > [Detil cerita dihapus]
> > > 
> > > > Jadi .... mau pernikahan dini yang bersih dan diridhoi Allah 
> SWT 
> > > atau 
> > > > menjerumuskan anak pada perzinaan ? Yuk ah merenung.... jangan 
> > > > ditunda-tunda. Mumpung belum terjadi .... nanti menyesal 
> lho!!!!
> > > 
> > > Mbak Lina, saya mau tanya. Boleh ya?
> > > Apa hubungannya pekerja seks remaja dengan pernikahan dini? Jika 
> > > keinginan mereka hanya untuk berseks saja, justru malah 
> berbahaya 
> > > kalau dinikahkan cepat-cepat, apalagi kalau sampai hamil. Ntar 
> > > gimana merawat anaknya?
> > > 
> > > Ada yg dinikahkan dini tapi terus anaknya dititip ke 
> mertua/orangtua 
> > > alias kakek/nenek si anak itu, karena ibunya sibuk kuliah. 
> Lantas, 
> > > di mana bentuk keluarganya? Katanya mau bikin keluarga (dengan 
> > > menikah), kok jadinya mau menikmati seksnya saja, dan anak 
> dititip-
> > > titipkan?
> > > 
> > > Menurut saya, lebih baik menggunakan approach kepada para remaja 
> yg 
> > > sudah terlanjut berseks bebas, seperti approach yg dilakukan 
> oleh 
> > > mbak Baby Jim Aditya dkk (saya lupa nama organisasinya) kepada 
> para 
> > > sopir truk di jalur pantura pulau Jawa. Mbak Baby memberikan 
> > > penyuluhan seks aman dan juga membagikan kondom. Tujuannya agar 
> si 
> > > suami nggak terkena penyakit menular seksual seperti sipilis, 
> dll 
> > > juga AIDS, supaya tidak menulari istri masing-masing di rumah. 
> Untuk 
> > > melarang mereka berzina cukup sulit karena mereka stress di 
> jalan 
> > > berhari-hari dan jauh dari istri. Itu solusi awal, yg penting 
> > > akibatnya gak terlalu berbahaya. Sama juga dengan remaja yg 
> aktif 
> > > seksual, jangan seperti para pekerja seks itu yg dikit-dikit 
> aborsi, 
> > > karena mikir seks itu cuma untuk enaknya saja. Seharusnya si 
> anak 
> > > dibekali pengertian soal akibat dari seks bebas itu apa.
> > > 
> > > Lain lagi dengan anak yg punya pacar (pasangan tetap). Seksnya 
> > > dengan yg itu-itu saja, tidak terlalu khawatir penyakit kelamin 
> > > (kecuali pacarnya sakit). Yang seperti ini perlu diberi 
> pengertian 
> > > bahwa hubungan seksual penetrasi itu bukan sekedar senang-senang 
> > > saja, melainkan banyak tanggungjawabnya (akibat yg mungkin 
> timbul). 
> > > Jadi jangan sampai deh ada penganiayaan seksual dan lalu 
> kehamilan.
> > > 
> > > Sebetulnya menurut saya sih kalau kegiatan banyak (sibuk), 
> remaja 
> > > akan cenderung nggak mikir ke situ. Kalau mau contoh nyata, adik 
> > > sepupu saya, laki-laki, kuliah, temannya banyak non-muslim. 
> Kalau 
> > > teman-temannya pada mabuk minum minuman keras, dia cuma jadi 
> > > penonton dan berjaga-jaga seakan-akan penyelamat. Kalau ada yg 
> > > muntah-muntah dibantuin, ada yg mabuk ngamuk-ngamuk dihindari, 
> dsb. 
> > > Dia punya pacar setia, pernah pelukan tentu saja, karena saya 
> lihat 
> > > fotonya. Tapi buat dia pacar adalah teman, dan karena mereka 
> sama-
> > > sama sibuk aktif di kegiatan mahasiswa, nggak ada kepikiran ke 
> situ. 
> > > 
> > > Buat dia berhubungan seksual itu terlalu jauh karena akibatnya 
> bisa 
> > > bermacam-macam (dia paham konsekuensinya). Jadi misalnya dia 
> nonton 
> > > film seperti Friends, atau lihat gambar-gambar porno ya buat fun 
> > > saja, tidak dihubungkan dengan siklus biologisnya yang kadang-
> kadang 
> > > mimpi basah. Orangtuanya sejak kecil mendorong anaknya untuk 
> aktif 
> > > di berbagai kegiatan positif di sekolah, dan ibunya juga suka 
> minta 
> > > waktu dari anak-anaknya jadi prioritas nomor 2 adalah pulang 
> kampung 
> > > (anak-anaknya sekolah di luar kota semua, ngekost semua). 
> > > 
> > > Saya sendiri waktu remaja juga merasakan efek terlalu aktif di 
> > > kegiatan positif. Waktu masih sekolah berseragam, saya nggak 
> mikir 
> > > pacar. Naksir cowok juga banyak, dan yg naksir saya juga banyak. 
> > > Tapi saya baru pengen punya pacar setelah beberapa semester 
> kuliah, 
> > > karena merasa sudah mampu bertanggung jawab, nggak mikir hidup 
> untuk 
> > > senang-senang saja. Waktu saya merasa belum dewasa, saya nggak 
> > > tertarik pacaran. Ini pengalaman pribadi yg ingin saya bagikan 
> > > kepada anak saya kelak. Ini juga sosialisasi dari ibu saya, 
> bahwa 
> > > pacaran itu bukan fun, tapi penuh tanggungjawab.
> > > 
> > > Mungkin anak mbak Lina itu seperti saya waktu itu, merasa sudah 
> > > mampu bertanggung jawab, sehingga pacarannya serius, dan minta 
> > > menikah. Boleh lah itu. Tapi solusi pernikahan dini bukan untuk 
> anak-
> > > anak bau kencur yg main-main seks untuk fun..
> > > 
> > > Salam,
> > > Anita
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > WM FOR ACEH
> > > Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
> > > Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia 
> Pasar 
> > > Minggu No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
> > > Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 
> 129.
> > > 
> > > Milis Wanita Muslimah
> > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun 
> masyarakat.
> > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-
> muslimah/messages
> > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> > > 
> > > This mailing list has a special spell casted to reject any 
> attachment .... 
> > > 
> > > 
> > >  ------------------------------
> > > YAHOO! GROUPS LINKS 
> > > 
> > > 
> > >    - Visit your group "wanita-
> muslimah<http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah>" 
> > >    on the web.
> > >     - To unsubscribe from this group, send an email to:
> > >    [EMAIL PROTECTED]<wanita-muslimah-
> [EMAIL PROTECTED]>
> > >     - Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms 
> of 
> > >    Service <http://docs.yahoo.com/info/terms/>. 
> > > 
> > > 
> > >  ------------------------------
> > >
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]




WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No 
Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke