BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 092. Arus Informasi Tentang Isu Demokrasi, Fundamentalisme dan Terrorisme Antara Prasangka, Teori dan yang Empiris
Masih ingat ancaman Presiden Bosnia Alija Izetbegovic beberapa waktu yang lalu? Jika dunia internasional meninggalkannya sendirian melawan Serbia dan Kroasia, ia akan melancarkan terrorisme di Eropa bahkan di mana saja. Pengungsi Bosnia yang ditaksir sekitar 2,5 juta yang tersebar di Eropa memang sangat potensial untuk itu. Rupanya ancaman Alija ini ada juga hasilnya. Sejak itu negara-negara Eoropa yang enggan mendukung Clinton untuk bertindak keras terhadap Serbia, mulai serius. NATO sudah mau juga bertindak keras. Namun bukan itu yang menjadi pokok pembicaraan, melainkan dari segi informasi. Tata-komunikasi barat ibarat santet yang tukang sirap berita, menyebabkan para konsumen berita terpukau olehnya, lalu melahap bulat-bulat istilah terrorisme dalam berita itu. Kita tidak percaya bahwa Alija akan mempergunakan isilah terrorisme itu. Arus informasi yang didominasi oleh tata-komunikasi barat yang memiliki sarana, peralatan dan jaringan organisasi yang unggul, hampir berhasil membentuk opini sebagian besar konsumen berita. Penggunaan ungkapan hampir dan sebagian besar dalam kalimat di atas menunjukkan secercah optimisme, bahwa tidak semua konsumen melahap berita itu bulat-bulat. Ada juga, walaupun sebagian kecil, yang tidak hanyut oleh arus informasi tersebut, yaitu yang mengunyah dan mencerna berita itu secara selektif dan cermat. Saya teringat sebuah film yang berjudul Le Corsaire Noir, Si Bajak Laut Hitam sebuah film asal Perancis. Sepintas lalu film itu isinya sangat sederhana, menceritakan hubungan asmara antara Si Bajak Laut dengan seorang "Lady" teras bangsawan penguasa sebuah puri di daratan Brittania. Namun ada yang menarik untuk disimak dari dialog di antara keduanya. Sang Lady menanyai mengapa kekasihnya itu menjadi bajak laut. Si Bajak Laut menjelaskan bahwa ia seorang raja dari kerajaan yang berwilayahkan kapalnya. Saling bunuh dan rampas-merampas diperbolehkan oleh tata-dunia di antara dua kerajaan yang sedang berperang. Sebagai seorang raja yang berdaulat atas wilayahnya ia berhak menentukan sendiri, kerajaan mana lawannya dan yang mana sekutunya. Maka dalam tata-komunikasi kontemporer bajak laut tersebut adalah terroris. Akan tetapi andaikata Bosnia ditinggalkan sendirian lalu mereka itu membentuk kelompok-kelompok perlawanan dalam wilayah yang lebih luas, dapatkah mereka itu disebut terroris? Tunggu dahulu! Dalam S.Al Hajj 39 dan 40 Allah berfirman: Udzina lilladziena yuqataluwna biannahum dzhulimuw wa inna Llaha 'ala nashrihim laqadier. Alladziena ukhrijuw min diyarihim bi qhayri haqqin illa an yaquwluwna rabbuna Llah, diizinkan berperang bagi mereka yang dizalimi dan sesungguhnya Allah berkuasa memenangkan mereka. Yaitu mereka yang diusir dari tanah airnya dengan tidak semena-mena, hanya karena mereka berkata Maha Pengatur kami adalah Allah. Orang-orang Bosnia itu dizalimi, dzulimuw, diusir dari tanah airnya, ukhrijuw min diyarihim, karena apa? Karena mereka mengatakan rabbuna Llah, Maha Pengatur kami adalah Allah, kami adalah orang-orang Muslim yang menyembah Allah. Pantaskah orang-orang Bosnia itu apabila ditinggalkan sendirian oleh dunia internasional disebut terroris, kaum fundamentalis yang berkonotif negatif dalam tata-komunikasi barat, jika mereka membentuk kelompok-kelompok perlawanan di pelosok-pelosok Eropa? Mereka tidak pantas disebut terroris. Mareka itu adalah kelompok-kelompok pejuang, regu-regu jihad, bukan teroris! Kita tidak boleh terkicuh oleh tata-komunikasi barat. Maka alangkah sumbangnya omongan Prof Dr Samuel Huntington dalam majallah Time, terbitan 28 Juni 1993. Huntington ini atas dasar prasangka terhadap dunia Islam melalui jalur tata-komunikasi barat menyalurkan sangkaan yang dibungkus dengan teori ilmiyah perihal Islam mengancam demokrasi barat. Dalam Time tersebut dapat kita lihat bagaimana kacamata guru besar ilmu politik dari Harvard University ini melihat Islam. Bahwa musuh barat dewasa ini adalah Islam, karena kehadiran Islam akan mengancam keberadaan demokrasi barat, demikian Huntington, yang konon kabarnya di Indonesia ini salah seorang tokoh narasumber yang buku-bukunya menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dalam ilmu sosial dan politik. Oleh karena itu, demikian Huntington, barat harus mewaspadai gerakan-gerakan kaum fundamentalis Islam. Kalau saya tidak salah dalam sebuah acara sejenis tangkas cerdas di televisi, yang juru omongnya (MC) adalah Rano Karno, ada pertanyaan tentang sebuah negara fundamental Islam, theokrasi, dan dikatator. Remaja kita peserta tangkas cerdas itu tidak ada yang dapat menjawab. Maka dengan rasa bangga Rano Karno membacakan, bahwa itu adalah negara Iran. Itulah prasangka yang dibungkus kemasan teori ilmiyah disalurkan melalui jalur tata-komunikasi barat. Benarkah Iran itu sebagai suatu negara, ataupun kelompok-kelompok pejuang Islam adalah kaum fundamentalis, yang berbahaya bagi demokrasi barat, menurut Huntington? Kantor Berita Reuter, yang dimuat di Fajar 10 Agustus 1993 yang lalu, menyiarkan seperti berikut: "Rafsanjani yang dilantik Rabu lalu untuk menduduki kursi kepresidenan selama empat tahun untuk yang kedua kalinya, menunjuk tim pemerintahannya yang beranggotakan 23 orang. Dia mengajukan nama-nama tersebut melalui sepucuk surat yang dibacakan dalam majelis. Sedemikian jauh tidak segera ada indikasi dari kalangan konservatif (dalam majelis) apakah mereka akan menerima seluruh menteri yang diusulkan oleh Rafsanjani tersebut." Ada pepatah, nilai warisan budaya moyang kita yang masih relevan hingga kini: Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu gamang jua. Ini berlaku pula bagi Huntington. Huntington, sang Tupai ini akhirnya gamang juga, oleh berita yang dikutip di atas itu. Apabila kita sedikit jeli, berita tersebut mengungkapkan bahwa teori tentang ancaman fundamentalisme Islam yang membahayakan demokrasi barat, tidak membumi. Teori tersebut ditolak oleh realitas dari dunia empiris. Selama ini saya menyangka bahwa sistem pemerintahan negara yang berbentuk republik hanya dua jenis: Kabinet persidensial dan kabinet parlementer. Itulah demokrasi barat. Lalu bagaimana dengan sistem pemerintahan Republik Islam Iran? Cobalah baca penggalan berita: Sedemikian jauh tidak segera ada indikasi dari kalangan konservatif (dalam majelis) apakah mereka akan menerima seluruh menteri yang diusulkan oleh Rafsanjani tersebut. Rafsanjani mengusulkan menteri ke majelis. Apa artinya itu? Proses pembentukan pemerintahan dilakukan presiden bersama-sama dengan majelis. Terus terang belum pernah saya dengar sebelumnya proses pembentukan pemerintahan seperti itu dalam ilmu tatanegara. Demikian pula melalalui berita itu dapat kia lihat bagaimana Syari'at Islam "wa amruhum syura baynahum", dan urusan mereka dimusyawarakan di antara mereka, dijabarkan ke dalam Ilmu Fiqh dalam ruang lingkup ketatanegaraan oleh ummat Islam yang Syi'ah. Sebelum membaca berita itu saya belum tahu tentang penjabaran Syari'at ke dalam Fiqh di kalangan Syi'ah itu, karena saya bukan Syi'ah, namun saya sangat berterima kasih kepada Syi'ah oleh karena ilmu saya bertambah (terlepas dari perbedaan theologi antara Ahlu sSunnah dengan Syi'ah). Semestinya pers kita merengguk keluar menjadi milik kita istilah fundamentalis Islam dari tata-komunikasi barat dengan memberikannya konotasi yang positif. Sebab bukankah fundamentalis berarti Ahlu sSunnah? Fundamentalis Islam adalah ahlu sunnah, bukan teokrasi dan bukan pula diktator, terlebih-lebih lagi bukan terroris. Huntington perlu belajar dari fundamentalis Islam tentang proses yang sangat demokratis dalam pembentukan kabinet. Bagaimana tuan Huntington dan para pengagumnya yang ada di kampus-kampus Perguruan Tinggi di Indonesia? WaLlahu a'lamu bishsshawab. *** Makassar, 22 Agustus 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ----- Original Message ----- From: a ayeye To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, July 14, 2005 02:06 Subject: [wanita-muslimah] Re: Pendapat pribadi soal korupsi, madani dan politik Mbak Mia, alasan mengapa saya mengatakan bahwa fundamentalisme mesti diberantas seperti narkoba adalah karena kemarin saya sedang mencari lebih dalam tentang apa arti fundamentalisme. Sebelumnya saya pernah bilang bahwa dalam diskusi seperti ini, saya sedang berusaha untuk lebih memahami phenomena fundamentalisme dalam suatu proses yang berjalan terus, termasuk dengan selalu melakukan re-evaluasi terhadap penemuan-penemuan baru. Fundamentalisme yang saya maksud merupakan satu "mindset" yang setidaknya memiliki semua ciri khas berikut ini. Yang krusial adalah mindset, bukan agama atau ideologi politik. Agama dan politik hanya digunakan untuk mengambarkan mindset tersebut secara illustratif. Mental absolutis Fundamentalisme hanya mengakui satu kebenaran, satu otoritas, satu sumber asli dan hanya satu cara yang benar, yaitu caranya sendiri. Kemudian fundamentalisme merasa paling benar dan paling tinggi daripada yang lain. Literalisme tekstual Fundamentalisme hanya mengakui satu versi penafsiran yang dianggap sebagai kebenaran mutlak. Bisa menjadi teks keagamaan atau teks ideologi politik misalnya. Mungkin bentuk teks bisa juga sekedar bersifat simbolis (lisan). Eksklusivisme ideologis Fundamentalisme hanya mengakui satu pemahaman dalam konteks ideologi. Pendapat lain langsung didemonisasi. Fundamentalisme atheis misalnya langsung menolak dan bersikap ambigius terhadap agama. Inklusivisme komunitas Meskipun fundamentalisme adalah ekslusif secara ideologis, tetapi berhendak agar seluruh komunitas menjadi seperti para fundamentalis sendiri. Kehendakan itu menyangkut seluruh komunitas, termasuk mereka yang bahkan di luar agama atau ideologi para fundamentalis. Akumulasi dari ciri khas yang disebut di atas dengan karakteristik berikut sekarang di bawah ini yang membuat fundamentalisme menjadi destruktif dan bahaya untuk lingkungan sosial. Maka kemarin saya bilang bahwa fundamentalisme (bukan orang fundamentalis) mesti diberantas. Orang fundamentalis boleh dipandang seperti pasien yang memiliki gangguan mental. Imposisi berdasarkan otoritas lebih tinggi Para fundamentalis mengklaim otoritas lebih tinggi untuk memaksakan mindset mereka terhadap seluruh komunitas. Otoritas lebih tinggi bisa menjadi Tuhan maupun berbasis sekuler. Legitimasi ektrimisme Apabila semua ciri khas di atas termasuk, maka ekstrimisme menjadi legitim. Misalnya jika dari mindset para fundamentalis semua anggota harus memakai topi yang berwarna biru dan satu anggota memakai topi yang warna kuning, maka menjadi legitim untuk mencopot kepala dari anggota yang menimbang dari pemahaman para fundamentalis. Apakah Mbak Mia masih mau menyebut diri fundamentalis? :-) Meskipun mustahil untuk mengetahui persis tentang orang lain, apalagi dari sumber pihak ketiga, saya tidak sepenuhnya sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Karen Armstrong tentang Sayyid Qutb, salah satu figur yang berpengaruh dalam gerakan politis Islam dalam sejarah baru. Boleh jadi masa tahanan dan penyiksaan oleh rejim Nasser sempat mendukung dan memperkuat proses radikalisasi dalam persona Qutb. Tetapi apakah itu menjadi penyebabnya? Saya kira kita mesti terjun lebih ke dalam kondisi psikologis Qutb sendiri dan saya bukan ahli psikolog. Mungkin ada faktor-2 lain juga. Cuma saya pernah membaca opini dari berbagai sumber bahwa mindset Qutb sudah mengalami perbuahan waktu kuliah (program master) di AS. Setelah kembali ke Mesir ia baru bergabung dengan Muslim Brothererhood. Semulanya relasi antara Muslim Brotherhood dan Free Officers Movement dimana Nasser sendiri menjadi anggotanya masih akrab, karena mereka bersama ikut menjatuhkan monarki Mesir pada tahun 1952. Namun tidak lama kemudian hubungan mereka menjadi buruk, karena golongan Nasser yang sedang berkuasa tidak mau mengadakan pemilihan umum yang terbuka, tidak mau melarang minuman keras dan dianggap kurang tegas terhadap keberadaan Inggris (mantan penjaja) pada waktu itu. Maka Muslim Brotherhood mencoba membunuh Nasser tetapi gagal. Di situ kita harus menilai pendapat Karen Armstrong dengan kritis. Karena kejadian itu telah berlangsung sebelum Qutb dipenjarakan. Masa sampai orang moderat mau membunuh? Setelah itu, rejim Nasser memerangi Muslim Brotherhood dan mempenjarakan Qutb bersama banyak anggota Muslim Brotherhood pada tahun 1954. Tahun 1964 Qutb dibebaskan dan tahun 1965 dipenjarakan lagi hingga dijatuhkan hukum mati pada tahun 1966. Sedangkan Sayyid Qutb mempunyai saudara bernama Muhammad Qutb yang kemudian berpindah ke Arab Saudi dan menjadi ahli ilmu Islam. Muhammad Qutb mempunyai salah satu murid yang bernama Ayman Zawahiri dan Ayman Zawahiri itu yang kemudian menjadi figur penting untuk Osama bin Laden. Menurut saya, kita masih harus mencari lebih dalam untuk menyeliti penyebab dari mindset yang fundamentalis. Karena banyak manusia juga yang pernah dihumilitasi dan disiksa sampai brutal, tetapi tidak menjadi fundamentalis. Sedangkan Osama bin Laden tidak pernah termasuk rakyat yang tertindas seperti orang Palestina misalnya. Bisa juga ada kondisi psikologis khusus yang tiba-2 bisa mengembangkan mindset yang fundamentalis karena suatu pengalaman misalnya. Suatu pengalaman yang untuk orang lain tidak mengakibatkan banyak. Tetapi untuk orang tertentu bisa mengakibatkan reaksi luar biasa di dalam mindsetnya. Saya meragukan bahwa Osama bin Laden menjadi teman AS dulu dan sebaliknya pun demikian. Hanya AS dan Osama bin Laden sempat memerangi satu common enemy saja, yaitu Russia di Afghanistan. Di samping itu, saya menduga bahwa mindset yang fundamentalis bisa menyerang ke orang lain. Misalnya seorang fundamentalis menjadi pemimpin dari suatu group terbatas atau mempunyai relasi akrab dengan seorang individual. Di situ ada faktor penetrasi budaya komunal dan phenomena group thinking yang bisa mempengaruhi perubahan mindset orang lain, meskipun orang lain tidak pernah mengalami kekerasan atau penindasan terhadap diri sendiri. Saya bisa membayangkan bahwa dalam salah satu teknik pencucian otak (mind) kekerasan yang dialami oleh golongan tertentu diproyeksikan kepada individual yang bersangkutan. Karena sang individual mengidentifikasikan diri dengan golongan yang ditindas, maka rasa antipati golongan itu terhadap sang penindas akan kemudian dirasakan juga oleh sang individual sendiri. Contoh lain, Guterres diberitakan pernah menyaksikan pembunuhan terhadap ayahnya, seorang pejuang kemerdekaan Timor Timur, oleh tentara Indonesia dengan mata sendiri. Waktu itu Guterres masih anak kecil dan setelah dewasa ia sempat mengikuti jejak ayah dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan Timor Timur, tetapi ditangkap oleh tentara Indonesia. Penyiksaan dan pencucian otak yang dialami kemudian berhasil untuk mengubah mindset Guterres secara total, hingga ia menjadi begitu loyal kepada Indonesia. Saya sependapat bahwa Wahabisme memiliki pemahaman yang orthodoks, tetapi bahkan ekstrim (meskipun ada yang lebih ekstrim lagi), namun banyak pengikut Wahabi tidak mau mengunakan kekerasan. Jadi maksud saya, bukan soal mereka tidak ekstrim, tetapi karena mayoritas mereka tidak mau mengunakan kekerasan, maka tidak layak mereka dicap sebagai teroris. Sekian dulu, maaf ngga bisa menulis buku di milis dan koreksi-2 diterima dengan senang hati :-D Oh ya, Mbak Mia baca buku apa saja dari Qutb? Salam, ayeye ********************************************************************************************** Duh, tega banget Pak Ayeye...saya fundamentalis mau diberantas kayak narkoba? Mendingan doi dijadiin piaraan cewek-cewek WM saja...:-)), itung-itung menambah daftar...ini fundies berjenggot...loh apa bedanya dengan Linkin Park...hahaha..Maap Pak DWS yang berjenggot.. Menurut Karen Armstrong fundies seperti Osama itu baca buku-buku Qutb. Qutb ini sebelum masuk penjara 15 tahun orangnya moderat. Tapi disiksa segala macam oleh rejim sekular Nasser. Keluarnya mateng jadi fundies. Osama ini bukannya ally-nya Amrik sebelum nyleneh? Tapi malah Wahhabi yang di-cap sarang teroris oleh orang-orang Amerika. Padahal menurut KA kebanyakan Wahhabi nggak ekstrim. Mereka ortodox emang iya. Dan setelah Osama friksi dengan lingkungan Wahhabi dan Amerika, dia mengikuti ajaran Qutb untuk membumihanguskan Barat. Maksudnya Karen Armstrong, masak sih sampe sekarang Amerika dan orang Barat yang canggih itu belum memahami persoalan dan cenderung menggampangkan ketika mengidentifikasi musuh bersama? Lucunya juga, klan Saud-Wahhabi ini kan punya sejarah panjang dengan Inggris dan kemudian Amerika, bukan begitu? It's called oil, stupid. Sejarah bisnis yang panjang, keterlibatan saham kepemilikan dan financing - eh...yang satu lagi diteriakin teroris oleh yang lain. Look who's talking. Itu cerita ttg Saud-Wahhabi-Osama yang kita nggak kenal tapi sudah menyusahkan kita semua. Sekarang saya mau cerita sedikit dari kehidupan nyata, masih seputar Qutb. Bear with me. Saya lahir dan besar di lingkungan pasar perkotaan. Kehidupan masa kecil yang indah dan simple dipersingkat oleh modernisasi yang korup oleh pejabat-pejabat DKI. Korup pada tahun 70-an, awal masa pembangunan itu emang nggak ketulungan. Mereka menggusur pasar, rumah, mesjid dan sekolah kami dengan semena-mena. Dengan kata lain kami nggak mendapatkan penggantian yang layak, jauuuh dari wajar. Selain itu fokus hanya pada pembangunan gedung-gedung saja, dan nggak memperhitungkan dampak psikologinya. Sebagai anak kecil saya menyaksikan penggusuran paksa sebuah rumah dengan buldozer, dimana penghuninya nggak mau bergeming. Dia sudah gila. Dan kami ramai-ramai menggotongnya keluar supaya nggak kena buldozer. So beberapa tetangga kami memang jadi gila. Nggak ada lagi sarapan pagi bersama-sama di mesjid sesudah subuh. Nggak ada main petak-umpet dan ular tangga di bawah purnama. Nggak ada lagi lingkungan yang aman dan akrab. Orang-orang yang dulunya peramah, kini berubah jadi mudah marah. Sekolah kami nggak bisa dibangun lagi, karena uang penggantinya dikorupsi. Pasar kami telah menjadi slum dan dikuasai preman dan pelacur. Bahkan sahabat akrab saya menjadi (anak) perempuan panggilan, dan persahabatan kami berjalan terus dalam kebisuan. Toko-toko kami dipindahkan ke pinggir sungai dimana orang nggak mungkin belanja. Dimana ibu saya harus turun ke sungai untuk buang hajat. Dan ketika pasar sudah direnovasi kami nggak bisa membeli kembali toko kami, karena harganya nggak terjangkau. Ayah kami nggak pernah tertawa terbahak- bahak lagi, dan mati muda karena stress. Di mesjid nggak ada ustazah perempuan yang ceramah lagi. Digantikan oleh ustaz-ustaz yang menjadi fanatik karena kemarahan. Mainstream Muhammadiyah dan NU digantikan oleh Jamaah Tabligh, Tarbiyah, Persis, cikal bakal FPI, MM, JI, HTI, PKS, sebutlah semua. Uwak saya yang dulunya moderat jadi radikal. Kakek saya yang tetap moderat tersingkirkan. Apalagi anak-anak mudanya. Keluarga kami cerai berai walaupun berusaha survive. Saya sendiri 'lari' ke Amrik. Tapi kami semua membaca buku yang sama Pak Ayeye. Buku-bukunya Qutb. So this is the making of fundies! Salam Mia [Non-text portions of this message have been removed] WM FOR ACEH Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara! Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti. Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129. Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/