http://www.indomedia.com/bpost/082005/1/opini/opini1.htm


Sudah Banyakkah Yang Mati, Kawan?
Oleh: Pribakti B


Teman saya, seorang dokter spesialis kandungan seperti halnya saya, tergolong 
baru di Jakarta. Sekarang praktiknya sangat menanjak, barangkali bisa juga 
disebut 'meroket' sesuai perkembangan zaman antariksa saat ini.

Saya bisa menyimpulkan seperti itu, karena dia baru saja mengganti mobilnya 
dengan yang lebih gres dan handphone model terbarunya semakin kerap berbunyi 
walau ia mengaku setiap ada panggilan degup jantungnya semakin keras berdetak. 
Saya dengar dia hampir menguasai semua praktik bidan yang ada di kawasan dengan 
radius jarak tempuh mobilnya maksimum sekitar satu jam perjalanan, diantar 
sopir dari rumah mewahnya ke lokasi praktik bidan atau rumah sakit swasta. 
Begitu hebatkah dia? Oo ... tentu saja.

Terus terang, saya melihat dia hebat, bukan apa-apa tapi karena penghasilannya 
juga baik sesuai harapannya. Belum lama ini saya bertemu dengan dia di sebuah 
pertemuan ilmiah, kepada saya dia banyak bercerita tentang kehidupan baru yang 
dijalaninya. Menurut dia, yang paling berkesan dalam menghadapi persalinan 
bukan setelah dia menerima uang. Melainkan, setelah menerima kenyataan bahwa 
hari ini harus ada lagi perempuan yang mati di depan matanya.

Agaknya dari sisi ini, dia belum puas dan akan tetap terus tidak puas, seperti 
kehidupannya yang makin hari makin berlari kencang, berkejar-kejaran dengan 
bayangan yang dibuatnya sendiri. Sudah banyakkah yang mati di tanganmu, kawan?

Dia menggelengkan kepalanya pelan. Mungkin tidak tahu atau tidak mau tahu, 
tidak pernah tahu atau mungkin sudah sedemikian banyaknya yang mati, kita pun 
mungkin tak perlu tahu. Tapi alangkah kagetnya saya ketika dia membeberkan 
sebuah rahasia, sebuah catatan khusus yang dia simpan sendiri yang memuat 
daftar yang disebutnya sebagai 'dosa'. Ternyata dia mencatat dan hafal betul 
yang mati di depannya, sekian perempuan dalam satu tahun dan tahu persis 
penyebabnya karena dia mencoba menganalisis setiap kasus kematian dan 
memilahnya sendiri. "Saya merasa belum berperan menurunkan angka kesakitan dan 
kematian pasien saya. Itu adalah kegagalan saya yang sebenar-benarnya, walau 
saya semakin kaya saja," katanya sambil menerawang. Entah apa yang dirasakan. 
Saya tidak tahu persis.

Tragedi

Tidak seperti teman saya tadi. Harus diakui, kebanyakan dari kita belum bisa 
menjawab mengapa banyak perempuan yang melahirkan di negeri ini harus mati di 
saat hamil dan melahirkan. Padahal dari zamannya Kartini --siapa pun tahu-- 
yang juga mati karena melahirkan anak pertamanya adalah tragedi tetap yang 
terus dialami ribuan perempuan Indonesia setiap tahun.

Amat sedikit di antara kita yang tahu, kematian ibu melahirkan saat ini di 
Indonesia tercatat berada di angka 307 dari setiap 100.000 kelahiran hidup, 
sebagian besar adalah kematian yang sebetulnya dapat dihindari. Itulah 
sebabnya, bukan kebetulan bila masalah kesehatan ibu melahirkan menjadi agenda 
penting di pemerintahan SBY -Kalla.

Anehnya, meskipun Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia sudah menurun dibandingkan 
dengan tahun 2000 yang besarannya 396. Tetapi angka 307 tetap tinggi untuk 
ukuran Asia Tenggara karena Vietnam dan Filipina telah mencapai angka 160 dan 
170, itu pun pada 2000. Entah sekarang. Tapi besar kemungkinan jauh lebih kecil 
lagi. Yang penting tapi justru jarang diketahui, bahwa sesungguhnya AKI 
signifikan untuk menunjukkan tingkat pembangunan manusia suatu bangsa sehingga 
tingginya AKI dapat menjadi indikator belum meratanya kesejahteraan itu, 
seperti ditunjukkan laporan Indonesia Human Development Report 2005. (Kompas,11 
April 2005)

Untuk tingkat dunia misalnya, pada Hari Kesehatan Sedunia 7 April lalu, 
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan laporan tahunan mereka dengan 
fokus pada kesehatan ibu dan anak. Laporan berjudul The World Health Report 
2005 Make Every Mother And Child Count, berfokus pada upaya menyelamatkan ibu 
dari kematian karena kehamilan, saat dan setelah melahirkan, menyelamatkan bayi 
yang baru lahir serta menyelamatkan balita dari kematian yang sebetulnya dapat 
dicegah.

Lalu, untuk tingkat Indonesia, bagaimana bu menteri?

Dilupakan

Begitulah orang kita. Orang yang mati di sini memang mudah untuk dilupakan, 
terutama oleh pembunuh atau orang-orang yang menyukuri kematiannya. Namun 
barangkali bagi keluarga mereka, kematian demi kematian tidak mudah dilupakan 
begitu saja. Ia merupakan catatan yang terus tergurat dalam lembar kemajuan 
pembangunan kesehatan secara keseluruhan, seperti sejauh mana kita memberikan 
peran untuk menumpas kematian dan kesakitan, khususnya ibu dan anak di negeri 
ini.

Banyak dokter spesialis kandungan dan anak bahkan subspesialis dilahirkan dari 
sekolah terbaik. Entah dia untuk siapa, karena ternyata masih banyak juga 
mereka menjadi korban di luar tembok rumah sakit, rumah atau klinik bersalin.

Seperti kata guru besar saya dalam pidato orasinya, sebetulnya seorang dokter 
spesialis kandungan itu hanya berperan menyelamatkan ibu hamil yang datang ke 
tempat praktiknya. Sementara ibu lain yang jauh lebih banyak jumlahnya dan 
tidak bisa merangkak mencapai ruang praktik mati di tengah jalan, atau harus 
mati di tempat tanpa sentuhan apa-apa. Tragis memang.

Sementara kita hanya pandai berdebat sambil tidak henti-henti menyalahkan si 
ibu yang tidak memeriksakan diri selama kehamilannya, datang terlambat dan 
sebagainya. Yang lebih konyol masih ada pejabat Depkes nyerocos, semua ini 
katanya karena dalih teknologi yang belum terserap sempurna, atau belum 
tersedia sarana.

Memang kematian demi kematian ibu melahirkan akan sangat mudah terlupakan. Akan 
tetapi peristiwa tersebut tidak mudah sirna bagi mereka yang berada di pihak 
kematiannya, seperti ibu atau bapak si bayi, atau suami dan keluarga bila si 
ibu yang harus pergi mendahului. Sekarang terserah kita, ke sisi mana akan 
berpihak.

Dokter Spesialis Kandungan RSUD Ulin,
tinggal di Banjarmasin


[Non-text portions of this message have been removed]



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke