MEDIA INDONESIA
Selasa, 02 Agustus 2005

Derita Orang Miskin



INI cerita pedih tentang dua ibu miskin di Ibu Kota. Yang satu Lailasari dan 
satu lagi Maria Letsoin. Keduanya mengalami kesulitan dengan rumah sakit 
karena statusnya sebagai orang miskin.

Laila dan suaminya, Hussein, bergelut dengan waktu yang semakin tipis untuk 
menyelamatkan bayi mereka yang lahir prematur dan harus dirawat dalam 
inkubator. Dalam satu hari, dua pasangan muda ini ditolak enam rumah sakit 
karena tidak memiliki cukup uang untuk merawat anaknya yang sedang sekarat. 
Baru pada rumah sakit ketujuh, Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur, 
anak mereka, Zulfikri, diterima untuk dirawat.

Penderitaan serupa dialami Maria Letsoin. Bayinya yang berusia tiga bulan 
ditinggalkan selama tiga minggu di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta 
Utara, karena dia dan suaminya tidak memiliki uang untuk membayar ongkos 
perawatan.

Untuk mengobati rasa rindu terhadap bayinya yang menderita penyakit kuning, 
Maria harus menyamar di antara para pengunjung pada jam besuk. Penyamaran 
dilakukan untuk menghindari petugas rumah sakit menagih ongkos perawatan 
yang membengkak dari hari ke hari. Dia selama tiga minggu hanya melepas 
rindu dari balik ruang kaca.

Bila Laila mengalami penderitaan karena ditolak enam rumah sakit, Maria 
kesulitan karena tidak mengerti mengurus surat jaminan rawat bagi orang 
miskin dari Dinas Kesehatan DKI.

Laila dan Maria adalah contoh betapa mahalnya pelayanan bagi orang-orang 
miskin. Rumah sakit, tempat orang-orang menggantungkan nyawanya, pun tidak 
ramah terhadap kaum miskin. Padahal kita ketahui rumah sakit mendahulukan 
penyelamatan nyawa daripada uang.

Perlakukan rumah sakit terhadap orang miskin paralel dengan perlakuan negara 
terhadap kaum papa. Perang terhadap kemiskinan di negeri ini adalah 
pergumulan angka-angka tentang indeks biaya hidup dan pendapatan. Negara 
hanya rajin mengajarkan tentang penghapusan orang miskin dengan teori 
pendapatan dan angka.

Kita jarang diajarkan dan disadarkan bahwa kemiskinan bisa diperangi melalui 
kepedulian. Penderitaan seorang Laila dan Maria bisa diatasi dengan 
kepedulian sesama tanpa harus memberi keduanya uang. Tetapi dalam masyarakat 
kita, yang namanya kepedulian telah mati.

Komersialisasi telah merasuk di mana-mana dan terhadap siapa saja. Orang 
miskin tidak mendapat tempat pelayanan karena tidak mampu membayar, 
sedangkan orang kaya harus membayar mahal untuk memperoleh pelayanan. Hampir 
tidak ada lagi hubungan sosial yang tidak diukur dengan uang.

Negara telah melalaikan tugasnya melindungi dan memanusiakan orang miskin. 
Di negara-negara yang maju demokrasinya, orang miskin dan tidak mampu 
menjadi tanggungan negara. Negara yang tidak mampu mengurus mayoritas 
rakyatnya yang miskin tidak akan mampu juga mengurus orang-orang kaya yang 
jumlahnya sedikit. 



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke