Subject: kitab2 Allah dipelihara sampai kiamat Soal jawab yang lalu Chae: di dalam Qs.5:44 Dijelaskan bahwa Allah telah memerintahkan, menetapkan adanya orang-orang yang tetap memelihara kitab2 Allah (Zabur, Taurat dan Injil) sampai hari kiamat.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya ****************** HMNA: apa yang anda kutip di atas itu bukanlah ayat, tetapi dari terjemahan ayat. Dan itu berbahaya. Tidak ada di situ kata-kata "diperintahkan memelihara", melainkan BMA ASASThFZhWA, arinya "dengan menghafal". Dan lebih berbahaya lagi Chae (atau penasihat Chae di belakang layar?) kembangkan menjadi "tetap memelihara kitab2 Allah (Zabur, Taurat dan Injil) sampai hari kiamat". Jadi ada penyisipan kata "diperintahkan" perubahan arti menjadi "memelihara" dalam terjemahan, dan dari terjemahan dikembangkan substansinya dari hanya Taurat beranak dua yaitu Zabur dan Injil, terakhir manipulasi waktu yaitu sampai hari kiamat. Itulah bahayanya kalau hanya bertitik tolak dari terjemahan saja. ****************** Chae: mengenai tafsir Qs.5:44, "Innama yunthiquhur rijal," kata Sayyidina Ali r.a,; sesungguhnya yang membuat mushaf atau Qur'an itu berbunyi adalah orang-orang. Dalam hal tekstual menurut saya Abah, Qur'an tidak terlepas dari kungkungan dimensi ruang dan waktu. Tentu saja memelihara pada konsep saat itu dengan manghafal karena secara umum menghafal menjadi budaya yang mengakar. Tentu saja dahulu jaman Nabi Muhammad saw Qur'an pun dipelihara dengan menghafal dan kemudian berkembang dengan membukukan atau menjadikan suatu mushaf. Jadi saya pikir dengan menghafal masih sama bertujuan untuk memelihara (dalam konsep yang sama). Dan kemudian mereka menjadi saksi, apakah ini bersifat masa lalu atau sampai sekaang dari segi tata bahasa, Abah? ******************** jawaban baru: HMNA: Yang dibicarakan dalam ayat [5:44] bukan ttg memelihara Al Quran, melainkan Taurat. ANA ANZLNA ALTWRt FYHA HDY WNWR YhKM BHA, sibaca: inna- anzalnat tawra-ta fi-ha- hudan, coba lihat tidak ada Quran dalam ayat [5:44] tsb. Memang Al Quran dipelihara sampai kiamat, karena dua hal, banyak yang bisa menghafal Al Quran dan kedua dalam wujud tertulis (K-T-B =teks)), sehingga kalau terjadi kesalahan memyalin teks (dahulu), atau kesalahan cetak (nowadays), dengan cepat ketahuan dan segera dikoreksi oleh ummat. Lalu mengapa keaslian Al Quran itu sampai kiamat itu Chae pergunakan untuk menguarkan pendapat Chae bahwa => adanya orang-orang yang tetap memelihara kitab2 Allah (Zabur, Taurat dan Injil) sampai hari kiamat? Itukan tidak benar, memakai patalelisme bahwa kalau Al Quran dipelihara Allah sampai kiamat, lalu demikian pula Tawrat. Itulah bahayanya paralelisme yang bersaudara dengan pluralisme, bahwa kebenaran Al Quran dipelihara Allah maka Tawrat (Chae lebarkan pula pada Zabur dan Injil) juga adalah kebenaran dipelihara Allah. ************************************************* Supaya selanjutnya jawaban Chae tidak difokuskan pada sandaran berpikir yang bertumpu pada paralelisme dan pluralisme. Mengapa? Sebab paralelisme yang dipukul-rata akan berimpit dengan pluralisme yang membawa kepada buah pikiran yang keliru. . Wassalam ----- Original Message ----- From: Chae To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, August 04, 2005 16:27 Subject: [wanita-muslimah] Pro Abah, Reifikasi was pluralisme Abah, Ada distorsi terhadap Ahli kitab berkaitan dengan penyimpangan atau tahrif, dalam Qur'an memang di sebutkan adanya tahrif atau penyimpangan dalam Taurat dan injil pada masa nabi Muhammad saw tapi Qur'an menyatakan tersebut bukan pada tuduhan teologis tapi merupakan warning, peringatan adanya perubahan itu sebagai process yang tidak terlepas dari hukum sejarah (adanya campur aduk kepentingan manusia baik dalam bid ekonomi, sosial dan politik) dimana hal tersebut bisa saja berlaku pada umat Islam dengan Qur'anya. Abah, inget enggak waktu ayat2 dalam al-Qur'an di pergunakan untuk kepentingan politik saat pemilu?? menurut Muhammad Arkoun bahwa setelah turun ke bumi seluruh kitab suci menjadi tunduk pada hukum sejarah dapat di salah mengertikan, disalahgunakan dan di ubah untuk kepentingan individu, kelompok tertentu. Al-Qur'an mengecam adanya reifikasi yang dilakukan ahli kitab, semisal dalam klaim ke eklusif mereka bahwa merekalah yang paling benar dan paling berhak atas Surga karena mereka adalah bangsa yang di sayang Allah Qs.2:111-120. Penyimpangan para pendeta yahudi yang mempergunakan agama untuk kepentingan ekonomi dan politik mereka pun di kecam oleh Al-Qur'an dalam Qs.9:31-34. Al-Qur'an juga mengecam sifat sebagian kaum Yahudi yang merasa menjadi umat pilihan sehingga mereka bakhil dalam Qs.4:53 dan mengkritik penghalalan pengambilan harta orang lain secara tidak syah Qs.3:75). Sistem kependetaan yang tertutup pun tidak lepas dari kritik Qur'an pada Qs.57:27. Semua itu dijabarkan di dalam Qur'an agar menjadi pelajaran bagi umat selanjutnya. Seorang peneliti bernama Farid Esack mengatakan bahwa agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti Ahli kitab maka kita dilarang untuk mengharapkan surga tanpa beramal sholeh sebagaimana ahli kitab dalam Qs.4:123, seandainya umat Islam berpaling seperti sebagian ahli kitab maka merekapun akan di musnahkan Qs.9:38 Dalam hal ini Qur'an melancarka kritik sekaligus outokritik kepada umat Islam sendiri. Jadi kalau menurut saya bahwa Yahudi dan Nasrani yang di puji dan dikatakan beriman oleh Al-Qur'an, dikatakan mendapatkan keselamatan itu berlaku sampai sekarang. karena seperti dalam Qs.2:62 yang terpenting dalam konsep ISLAM SEBAGAI ARTI DARI KEDAMAINA/KESELAMATAN ADALAH: 1. PERCAYA KEPADA KONSEP TAUHID , TIADA TUHAN SELAIN ALLAH. 2. PERCAYA PADA HARI AKHIR 3. BERAMAL SHLAEH YAITU MENYERU KEPADA KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN. Abah, siapa atuh orang di balik layar kalau bukan Abah yang bikin saya senang untuk lebih tahu, lebih mengerti dan lebih memahami;) mengeni apakah Taurat dan Injil sudah tidak ada? sepertinya harus disamakan dulu persepsinya apakah itu Taurat dan Injil. Kalau Taurat dan Injil adalah Wahyu yang datangnya dari Allah, sampai kapnapun tidak akan musnah sedangkan jika yang dimaksud adalah catatan wahyu yang ditulis dalam waktu periode pertama dengan bahasan yang sama dengan bahasa yang diberitakan oleh Nabi yang menyam[aikanya bisa jadi pendapat Abah benar adanya. Kemudian Syariat Nabi Musa as dan syariat yang dibawa Nabi Isa as justru tidak di batalkan begitu saja bukankah Al-Qur'an justru memprovide keduanya, contoh dalam hal keadilan. Hukum balasan yang setimpal dan hukum pema'afan ada dalam Qs. 16:126. mengenai tafsir Qs.5:44, "Innama yunthiquhur rijal," kata Sayyidina Ali r.a,; sesungguhnya yang membuat mushaf atau Qur'an itu berbunyi adalah orang-orang. Dalam hal tekstual menurut saya Abah, Qur'an tidak terlepas dari kungkungan dimensi ruang dan waktu. Tentu saja memelihara pada konsep saat itu dengan manghafal karena secara umum menghafal menjadi budaya yang mengakar. Tentu saja dahulu jaman Nabi Muhammad saw Qur'an pun dipelihara dengan menghafal dan kemudian berkembang dengan membukukan atau menjadikan suatu mushaf. Jadi saya pikir dengan menghafal masih sama bertujuan untuk memelihara (dalam konsep yang sama). Dan kemudian mereka menjadi saksi, apakah ini bersifat masa lalu atau sampai sekaang dari segi tata bahasa, Abah? ***************************************************************** HMNA: Chae --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Lihat di bawah ! > Wassalam > HMNA > > > ----- Original Message ----- > From: Chae > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, August 03, 2005 11:25 > Subject: [wanita-muslimah] Re: MUI Salah Pahami Pluralisme > > > Syukur atuh Abah kalau dalam kondisi Fit mah, mudah-mudahan sehat > selalu ya Abah;) > > Terlepas dari definisi yang Abah buat mengenai eksklusif dan inklusif. > > Menurut Abah sendiri adakah kebenaran dalam agama/kepercayaan lain > jika kita merefer kepada Qs.5:42-48. > > Untuk lebih jelasnya saya kutip Qs.3:199 > > Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada > Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan > kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka > tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka > memperoleh pahala di sisi Rabbnya. Sesungguhnya Allah amat cepat > perhitungan-Nya. (QS. 3:199) > > juga pada Qs.59:2 > > Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari > kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama.... > > di dalam Qs.2:62 pun di sebutkan tentang kebenaran yang ada dalam > agama atau kepercayaan lain di luar islam yang dibawa kanjeng Nabi > Muhammad saw sbb > > Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang > Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang > benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, > mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran > terhadap mereka, dan tidak (pula) meereka bersedih hati. (QS. 2:62) > > Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan > orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar > beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada > kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. > (QS. 5:69) > > Jelas di dalam Al-Qur'an sendiri DIAKUI ADANYA PLURALISME, YAITU > KEBENARAN DALAM AGAMA DAN KEPERCAYAAN masing-masing penganutnya. > > Tidak hanya dalam ruang lingkup YAHUDI DAN NASRANI tapi Qur'an > menegaskan dengan kata SHABIIN yang berarti orang-orang yang mengikuti > syaria Nabi-Nabi atau Rasul, sedangkan secara tegas dalam Al-Qur'an di > jelas bahwa Allah SWT mengutus banyak Nabi dan Rasul dari kalangan > masing-masing, siapa kah Nabi atau Rasul dari kalangan china, india, > melayu dll?? > ****************************************************************** > HMNA: > Sudah terjawab dengan sendirinya dalam Seri 570 pada postingan yang lalu. Kalau Chae membaca baik-baik Seri 570 tsb., ayat [2:62] itu bukan Pluralisme dalam konteks nowadays. > ****************************************************************** > > > Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka > sendiri (yang berkata):"Sembahlah Allah oleh kamu sekalian, > sekali-kali tidak ada Ilah selain daripada-Nya. Maka mengapa kamu > tidak bertaqwa (kepada-Nya). (QS. 23:32) > > Menurut Abah, apakah dari ayat2 yang ada di dalam Al-Qur'an sendiri > tidak terlihatkah bahwa Qur'an melegalkan/mengakui adanya pluralisme? > bahwa kebenaran itu ada di dalam agama dan kepercayaan2 lain yang > dianut manusia? > *************************************************************************** > HMNA: > Dalam konteks 'aqidah tidak ada perbedaan ajaran asli yang dibawa oleh para Nabi, yaitu Tawhid, jadi bukan pluralisme, itulah isi atau makna ayat [23:32] di atas. > *************************************************************************** > > > > > > kedua, Abah menanyakan mana Zabur, mana Taurat dan mana Injil sekarang > ini? karena keterbatasan pengetahuan saya, mungkin hanya bisa > memberikan contoh keberadaan Taurat dan injil hanya sedikit saja > sekarang ini. > *************************************************************************** > HMNA: > Sekarang ini tidak ada lagi Taurat dan Injil, yang ada cuma terjemahannya saja. Yang asli baik Taurat dalam bahasa Al-'Ibriyyah Al Qadiumah (Hebrew Kuno), maupun Injil dalam bahasa Aramaic, sudah ridak ada lagi, lagi pula kedua bahasa itu sekarang sudah mati seperti bahasa Latin dan Sangsekerta. Bukan terjemahan itu yang harus diimani menurut Rukun Iman. Hanya merujuk pada terjemahan itu berbahaya, seperti akan dijelaskan di bawah. > ***************************************************************************** > > > > > Silahkan Abah lihat di dalam Qs.5:45 > > Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) > bahwasannya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung > dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka > (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan ( hak kisas) nya, maka > melepaskan hak itu (menjadi) penevus disa baginya. Barangsiapa tidak > memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu > adalah orang-orang yang zalim. (QS. 5:45) > > ini sama tercantum di dalam Perjanjian Lama (Taurat), yang saya ambil > dari website nya di SABDA.org. pada Keluaran 21:24 dan ulangan 19:21 > > Ini sama dengan di dalam Perjanjian Baru ( Injil) sbb: > > Matius 5:22-26 > > Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan > membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. > 5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap > saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! > harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! > harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. > 5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas > mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu > terhadap engkau, > 5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah > berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan > persembahanmu itu. > 5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama > dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan > engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada > pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. > 5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari > sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas. > > Bukankah yang terurai di dalam ayat2 di atas adalak konsep pema'afan > yang disebutkan dalam Qs.5:45??? > > dan kedua hukum balasan (keadilan) dan hukum Rahmat (kasih sayang) ada > di dalam Qur'an sebagai bukti bahwa Qur'an sendiri adalah > konitunuitas/kelanjutan dari hukum/syariat2 yang telah ada pada kitab2 > sebelumnya?? > > Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang > sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu > bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang > sabar. (QS. 16:126) > *********************************************************************** > HMNA: > Dalam perkara syari'at, maka syari'at yang dibawakan oleh Nabi tertentu (Nabi Musa AS membawa Syari'at, Nabi 'Isa AS pakai syari'at Musa) hanya berlaku pada zamannya, sehingga datang Nabi yang membawakan syari'at baru (syari'at Musa berlaku hingga datangnya syari'at yang dibawakan Nabi Muhammad SAW). Maka ini juga bukan pluralisme dalam konteks nowadays, karena syari'at Musa sudah batal setelah kedatangan Nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan dalam kurung. > ************************************************************************** > > Abah, di dalam Qs.5:44 > > Dijelaskan bahwa Allah telah memerintahkan, menetapkan adanya > orang-orang yang tetap memelihara kitab2 Allah (Zabur, Taurat dan > Injil) sampai hari kiamat > > Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat didalamnya (ada) > petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan > perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada > Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, > disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan > mereka menjadi saksi terhadapnya....Qs.5:44 > Chae > ***************************************************************** > HMNA: > Chae, apa yang anda kutip di atas itu bukanlah ayat, tetapi dari terjemahan ayat. Dan itu berbahaya. Tidak ada di situ kata-kata "diperintahkan memelihara", melainkan BMA ASASThFZhWA, arinya "dengan menghafal". Dan lebih berbahaya lagi Chae (atau penasihat Chae di belakang layar?) kembangkan menjadi "tetap memelihara kitab2 Allah (Zabur, Taurat dan Injil) sampai hari kiamat". Jadi ada penyisipan kata "diperintahkan" perubahan arti menjadi "memelihara" dalam terjemahan, dan dari terjemahan dikembangkan substansinya dari hanya Taurat beranak dua yaitu Zabur dan Injil, terakhir manipulasi waktu yaitu sampai hari kiamat. Itulah bahayanya kalau hanya bertitik tolak dari terjemahan saja. Kalau pluralisme bersandar pada terjemahan, misalnya Trinitas dari terjemahan Injil, tentu ini salah sama sekali menurut Islam. Kita hanya bersikap Lakum Diynukum wa liya Diyn, yaitu sikap kesadaran keberagaman (pluralitas), batal aqidah-Islam kita kalau membenarkan Trinitas, ini inklusif bukan pluralisme. > ****************************************************************** > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lakum Diynukum wa Liya Diyn itu bukan pluralisme tetapi keberagaman > (pluralitas). Pluralisme itu eksklusif, pluralitas itu inklusif. > > Lakum Diynukum wa Liya Diyn itu inklusif tidak eksklusif. Memang > dalam Qur'an dinyatakan secara tegas mengenai kebenaran dari > kitab-kitab Zabur, Taurat dan Injil juga risalah yang dibawa oleh para > Nabi sebelum datangnya Nabi Muhammad saw, tetapi mana itu Zabur, > Taurat dan Injil? Yang ada sekarang bukan Zabur, Taurat dan Injil, > melainkan itu hanya terjemahannya saja, tidak seperti Al Quran, ada > bahasa aslinya. Ini inklusif. Tidak bisa diparalelkan antara yang ada > bahasa aslinya dan yang ada cuma terjemahannya saja. Kita tidak bisa > pegang hanya yang terjemahan saja. Teologi Trinitas, Dosa Warisan dari > Adam dan Penebusan itukan dari terjemahan Injil, apa itu mesti > dibenarkan juga menurut aqidah kita, tidak bukan?, jadi inklusif. > Dalam terjemahan Taurat bahwa yang akan dikorbankan itu Ishaq harus > dibenarkan juga? Itu tidak boleh kita benarkan (inklusif), sebab itu > menyangkut Syari'at kita, Rukun Islam ke-5. 'Ibadah Haji iru berdasar > atas Ismail yang akan dikorbankan, yang menyangkut Nabi Ibrahim AS, > ibunda Sitti Hajar dan remaja Isma'il. > > > > Jadi harus hati-hati, dan akurat dalam bidang aqidah dan Syari'at, > karena aqidah dan Syari'at itu inklusif, tidak eksklusif. Hanya aqidah > dan Syariat kita yang benar, yang lain salah, karena yang lain itu > hanya berdasar atas terjemahan saja. Namun dalam realitas kita akui > keberagaman itu,. Sepakat dalam hal keberagaman, itulah inti dari: > Lakum Diynukum wa Liya Diyn yang inklusif, yang pluralitas, bukan > pluralisme. > > > > Bai de wei, Abah kok tensinya normal aje, 140/85. Buktinya Abah bisa > nulis lebar panjang, cenah. > > Wassalam, > > HMNA [Non-text portions of this message have been removed] Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/