Wah ... wah... mas Ar - Con ini sudah menohok secara langsung .... Jadi saya tergelitik untuk menjawabnya. Namun lagi-lagi ini berdasarkan pengalaman pribadi selama menikah lebih dari 25 tahun. Kalau bisa dikatakan, saya menikah tanpa konsep apapun juga. Semua mengalir begitu saja. 5 tahun pertama di lalui di perancis dimana suami meneruskan kuliah. Di negara ini kami hidup "equal", walaupun saya tidak bekerja, tetapi seluruh pekerjaan rumah dikerjakan bersama, dari mulai mencuci - setrika, beres-beres rumah dan berbelanja. Tidak ada yang komplain, semua berjalan damai. Kembali ke Indonesia, suami mulai "berulah", tidak lagi mau melakukan pekerjaan domestik lagi. Alasannya, sudah ada pembantu. Apalagi didukung oleh masyarakat (ibu dan ibu mertua) yang tabu melihat suami melakukan pekerjaan domestik. Lama kelamaan, tentu suami merasa keenakan. Jangan lagi berharap mau masuk dapur, untuk sekedar membuat kopipun ingin dilayani istri. Alasannya ... kalau tidak, apa dong gunanya punya istri....?? Betul seperti yang anda katakan, bahwa sejak awal, kami berdua bekerja. Mula-mula karena penghasilan yang pas-pasan .... sekarang, alasannya tentu berbeda lagi. Perempuan bekerja siap untuk berbagi kewajiban, terutama berbagi biaya rumah. Konsekuensinya, tentunya kewajiban atas pekerjaan domestikpun (masak - walaupun hanya setiap week end, mengantar anak sekolah dll) harusnya berbagi juga dengan suami. Nah sayangnya.... para suami yang kebanyakan tidak siap untuk berbagi pekerjaan domestik. Bahkan para perempuan juga (ibu + ibu mertua), yang dengan nyinyir mengomentari bila melihat para lelaki mengerjakan pekerjaan domestik. Jadi, apakah saya memilih untuk di rumah sementara suami bekerja? Sampai saat ini sama sekali tidak terpikir. Karena sampai saat ini kami masih bisa berbagi "pelayanan". Walaupun suami tidak mau masuk dapur, namun saat makan malam, dialah yang akan menuangkan minuman (teh hangat yang sudah disediakan di meja makan) ke gelas saya. Dia juga yang akan pergi menina bobokan anak-anak kami dengan dongeng-dongengnya. Atau mengajak anaknya ke toko buku sementara saya kelayapan ke CCF selama 4 jam setiap hari Sabtu. Itu sebabnya saya katakan, semua orang berhak memilih dengan tulus dan ikhlas, mau dirumah atau bekerja, tetapi dengan syarat; ada komitmen yang jelas dari suami. Walau bagaimanapun juga, suasana , pembagian kerja di rumah serta peran suami-istri dalam mengelola rumah tangga akan menjadi contoh bagi anak-anak mereka nantinya. Yang lebih penting lagi adalah mendidik anak-anak (perempuan maupun lelaki) agar mereka tidak lagi terpaku pada stereotip pembagian tugas berdasarkan gender dan mereka "kuat" bertahan pada prinsip yang dianut, Kalau ditanya, apakah saya lebih suka dirumah atau tetap bekerja? Di usia yang tidak muda lagi, saya lebih suka tidak menjadi "pekerja" (bekerja pada orang lain) lagi, tetapi bekerja berdasarkan kesenangan (punya usaha sendiri atau volunteer) - "menghabiskan uang suami untuk kegiatan sosial" ... hehe.... Biarlah suami yang mencari nafkah .... Enak dong begitu .... Berarti, suami sudah jadi konglomerat (eh.. sorry PNS mana bisa jadi konglomerat??) .... asal halal kan?? Tetapi saya tetap pada komitmen, perempuan punya hak untuk bekerja di luar rumah atau di rumah, kedua pilihan itu baik-baik saja. Pilihan jenis pekerjaan juga, bukan disandarkan pada "kodrati ala ustadz" tetapi pilihan hati si perempuan itu sendiri. salam ----------- On 8/19/05, Ari Condro <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > oom Dana, > > Kadang orang kita itu aneh, karena mereka jadi pelaku, > namun mereka menolak secara konseptual. Contoh > ibu Lina Alwi ini adalah wanita bekerja, suaminya > pak Koestoer adalah dosen senior di Fak Teknik UI, > dan mereka berdua adalah pekerja keras sejak dulu ..... > > Makanya aku kadang heran, secara aktual mereka berdua > adalah pengejar karir dan dua duanya bekerja, ya > sudah biasalah dengan adanya pembantu, atau > menitipkan anak ke orang tua ketika bekerja dulu, > [ yang tentunya suasana dan kondisi kompetisinya > tidak seberat sekarang ], namun kalau ditanya secara > konseptual, mendadak sontak generasi mereka akan > merindukan dan hanya mewartakan konsep keluarga ideal > sebagaimana diajarkan para orang tua dan menurut agama > yang dimengerti kebanyakan kita, dimana suami bekerja, > wanita di rumah saja dan mengasuh anak. > > Dalam masalah konseptual mereka tidak berani > mengakui bahwa mereka telah memilih jalan yang berbeda, > tidak mau mengidentifikasinya dan menyatakan perbedaan > jalan yang mereka pilih itu sebagai sebuah identitas. > > Sebuah representasi daari shock culture kah fenomena ini ? > Ataukah karena jaman sekarang yg lebih membuat orang > jadi mandiri dan terbuka, yang membuat kita bisa mengakui > adanya konsep yang memang berbeda, dan tidak lagi denial > terhadap kondisi itu sendiri ? > > > > salam, > Ari Condro > > ----- Original Message ----- > From: "Dana Pamilih" <[EMAIL PROTECTED]> > > Bagaimana bisa ada ketulusan dan keikhlasan kalau belum apa2 sudah > dikotak2an bidang apa saja yg cocok utk perempuan dan mana yg tidak > menurut selera individu para ulama. > > Yg harus dibuang ialah prakonsepsi itu dulu. > > > > > > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... > > > > SPONSORED LINKS > Fat > woman<http://groups.yahoo.com/gads?t=ms&k=Fat+woman&w1=Fat+woman&w2=Fitness+woman&w3=Meet+woman&w4=Man+woman&w5=Single+women&c=5&s=83&.sig=eHpNgC9NIS_d4ZKP_Ux_cA> > Fitness > woman<http://groups.yahoo.com/gads?t=ms&k=Fitness+woman&w1=Fat+woman&w2=Fitness+woman&w3=Meet+woman&w4=Man+woman&w5=Single+women&c=5&s=83&.sig=c33rBpFq30o_kdl5Uet28w> > Meet > woman<http://groups.yahoo.com/gads?t=ms&k=Meet+woman&w1=Fat+woman&w2=Fitness+woman&w3=Meet+woman&w4=Man+woman&w5=Single+women&c=5&s=83&.sig=YiZyxiFFhWAkHbCHgeh3cw> > Man > woman<http://groups.yahoo.com/gads?t=ms&k=Man+woman&w1=Fat+woman&w2=Fitness+woman&w3=Meet+woman&w4=Man+woman&w5=Single+women&c=5&s=83&.sig=9f11IEYMS0oWiC2mCTZE8Q> > Single > women<http://groups.yahoo.com/gads?t=ms&k=Single+women&w1=Fat+woman&w2=Fitness+woman&w3=Meet+woman&w4=Man+woman&w5=Single+women&c=5&s=83&.sig=Wrg5mg7gZo9fQP5fsrjChQ> > > ------------------------------ > YAHOO! GROUPS LINKS > > > - Visit your group > "wanita-muslimah<http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah>" > on the web. > - To unsubscribe from this group, send an email to: > [EMAIL PROTECTED]<[EMAIL PROTECTED]> > - Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of > Service <http://docs.yahoo.com/info/terms/>. > > > ------------------------------ >
-- Harlina Alwi http://shaphira.multiply.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/