Saya lagi mengamati diskusi mbak Ade dan mbak Mia nih. Saya coba komentari, ya. Semoga kedua pihak membaca tulisan saya sebagai pengamat.
Pertama, mbak Ade menyatakan soal kebenaran yg baik bagi kita masing- masing karena cocok dengan aplikasi kita masing-masing (ingat nggak mbak Ade, kita pernah diskusi tentang ini?). Mbak Ade memahami perbedaan. Saya sependapat dengan hal ini. Kedua, mbak Mia mempertanyakan ketidaknyambungan konsep naluri dengan belenggu konstruk sosial yg ditunjukkan dalam tulisan mbak Ade. Di sini, saya juga melihat adanya ketidaknyambungan. Mbak Ade memahami bahwa setiap dari kita punya kecocokan dengan aplikasi kita masing-masing. Tapi kenapa mbak Ade membiarkan belenggu konstruk sosial berlangsung? Maksud saya, kenapa kalau saya cocok untuk melakukan perbuatan X dalam masyarakat ABCDE, maka saya jadi tidak cocok untuk melakukan perbuatan X itu dalam masyarakat HIJKL? Kalau semua manusia dalam masyarakat HIJKL seperti mbak Ade yg memahami perbedaan, tentunya perbuatan X itu tidak boleh dilarang dalam masyarakat HIJKL, kan? Dan bisa jadi masyarakat ABCDE tidak bisa menerima perbuatan Y yg dianggap wajar di masyarakat HIJKL. Saya pikir mbak Ade perlu menunjukkan sikap baiknya itu yg memahami perbedaan (sangat dewasa deh), untuk ditularkan kepada siapapun di milis ini ataupun di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mbak Ade. Ini yg saya harapkan, mungkin ini juga yang mbak Mia harapkan dari mbak Ade. Lalu bagaimana kalau semua orang sudah bisa dewasa seperti mbak Ade? Ada banyak kemungkinan: - Ahli agama jadi nggak boleh membatasi istri-istri untuk bekerja di luar rumah atas nama agama, karena tiap perempuan berbeda-beda. - Suami perlu memahami potensi istri masing-masing, jangan membandingkan dengan istri-istri orang lain. Kalau yg maunya jadi ibu rumah tangga ya jangan dipaksa cari kerja. Yang maunya aktif berkarir ya jangan dipaksa tinggal di rumah. - Istri boleh juga punya request untuk membatasi suami yg terlalu sibuk bekerja di luar rumah sehingga anak-anak terbengkalai (memangnya kalau anak-anak terbengkalai, yg dianggap bersalah cuma istri?) Dan masih banyak lagi kemungkinan yang lain. Intinya, batasan-batasan yg diciptakan oleh para laki-laki tidak boleh dijadikan belenggu untuk para perempuan. Karena kalau itu terjadi, maka berarti para laki-laki itu tidak dewasa seperti mbak Ade, karena tidak bisa memahami keunikan tiap-tiap perempuan. Saya rasa mbak Mia ingin mbak Ade mengklarifikasikan hubungan antara "memahami perbedaan / kecocokan sesuai pengalaman masing- masing" dengan "adanya pihak-pihak yg berusaha membelenggu pihak lain sehingga tidak bisa melakukan hal-hal yg cocok untuk dirinya" Kalau mbak Ade nggak merasa kedua hal itu berhubungan, berarti mbak Ade begitu memahami perbedaan, sangat-sangat memahami perbedaan, sampai-sampai kalau ada orang yg tidak memahami perbedaan pun ditolerir karena tidak semua orang bisa memahami perbedaan. :-) Sangaaaaat dewasa sekali menurut saya. Tolong paragraf ini dibaca baik-baik ya :-) Tapi, menurut saya masyarakat harus dididik supaya dewasa sedikit dong, jangan dibiarkan terlalu jauh dari tingkat kedewasaan mbak Ade. Sekali mereka dibuat dewasa dengan memahami perbedaan, maka akan lebih banyak calon-calon mbak Ade dalam masyarakat kita, sehingga lebih sedikit orang-orang berselisih hanya karena perbedaan, dan lebih sedikit juga orang-orang yg nggak rela melihat ada suatu individu yg "berbeda dari asumsi umum" karena tiap individu adalah unik. Semoga tulisan saya bisa dipahami oleh kedua pihak :-) Salam, Anita --- In [EMAIL PROTECTED], "Ade Suerani" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > This is seriuos. > Saya berharap (ini untuk yang kedua kalinya) semoga kita (milisters > WM) bisa SALING MEMAHAMI perbedaan pendapat. Jangan memaksakan > pikiran saya untuk sepaham dengan siapapun, dan jangan menyalahkan > pendapat saya. Bagi saya, kita semua yang berpendapat adalah BENAR. > Tidak ada yang salah. Katakan "setuju" kalau sependapat, > katakan "tidak setuju" kalau tidak sependapat. Itu respon yang > dewasa. So, jangan menghakimi. Saya lebih muda dari mbak, > tapi maaf saya merasa saya lebih dewasa dari mbak:))) Suit suit > suit.... hahaha.... Bukan dewasa otak tapi dewasa hati :D > > Kenapa kita SEMUA benar? Karena kita sudah merasa cocok alias telah > mengaplikasikannya. Saya berbicara bukan berteori, tapi aplikatif. > Saya menulis tentu berdasar pengalaman. Pengalaman yang > diaplikasikan berdasar referensi dan saya merasa COCOK. Lagi saya > tekankan, lakukan yang menurut kita, kita merasa cocok. Jangan > mengikuti pendapat siapapun, mayoritas sekalipun. > > Itu saja, tidak usah masukin ke hati dan jangan terlalu serius. > > This is out of topic for all: > Ada tiga hal saluran kita berargumentasi : > 1. lidah > 2. jemari > 3. hati/otak > > Semoga kita bisa menyatukan semuanya, sehingga hasilnya bisa enak > bagi yang dengar/baca dan kita tergolong kedalam orang-orang yang > bisa bertanggungjawab di dunia dan di akhirat. Apa yang ada diotak > kita kendalikan dengan hati, sampaikan dengan lidah atau jemari. > > Peace always:D > > Wassalam, > Ade ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:[EMAIL PROTECTED] Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/