http://www.indomedia.com/bpost/092005/14/opini/opini1.htm

Pendidikan Yang Mahal Dan Yang Gratis

Oleh: Drs H Hamdaini BA 

"PENDIDIKAN bermutu memang harus mahal, tetapi di satu sisi harus gratis, 
bagaimana pendapat saudara?" Demikian pertanyaan yang muncul sehubungan dengan 
situasi pendidikan kita sekarang. Persoalan pendidikan kita dari waktu ke waktu 
seperti buah si malakama. Bukannya maju kena mundur kena, melainkan maju luput 
mundur luput. Pendidikan bermutu tinggi menjadi komitmen pemerintah, dalam hal 
ini Depdiknas dan Dinas Pendidikan propinsi dan kabupaten/kota. Pendidikan 
berkualitas bagi anak bangsa juga menjadi dambaan seluruh lapisan masyarakat. 
Pembukaan UUD 1945 pun mengamanatkan: "untuk mencerdaskan kehidupan bangsa".

Maka lahirlah berbagai peraturan dan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah 
untuk mempercepat peningkatan mutu pendidikan. Pakar pendidikan pun, baik 
lulusan dalam maupun luar negeri menawarkan beragam teori dan beraneka konsep 
bagaimana cara mempercepat peningkatan mutu pendidikan.

Namanya pendidikan, menyangkut pembentukan setiap anak manusia agar menjadi 
cerdas, maju dan berkembang, baik fisik maupun mental. Malah tujuan pendidikan 
yang tertuang dalam UU RI No 20/2003 dan ketentuan lainnya, terdapat sederet 
sifat yang ingin ditanamkan pada setiap anak bangsa.

Persoalannya, untuk mencerdaskan mereka yang berjumlah puluhan juta bahkan 
ratusan juta, tidak mudah. Dengan kondisi geografis, sosial ekonomi, kultur dan 
sebagainya, mencerdaskan anak bangsa bukan pekerjaan mudah. Di sisi lain, 
kemampuan anggaran negara dan daerah yang masih sangat terbatas lebih 
memperumit persoalan pendidikan kita.

Di satu sisi masyarakat ingin pendidikan gratis, juga oleh pejabat pemerintah 
dan tokoh masyarakat yang peduli pada nasib anak bangsa. Bagi masyarakat miskin 
(tidak mampu) bukannya tidak ada kemauan, tetapi memang tidak mampu membayar 
biaya pendidikan yang tinggi. Tambahan pula, tidak sedikit jumlah masyarakat 
kita yang tergolong tidak mampu.

Maka disiapkan dana pengganti subsidi BBM untuk anggaran pendidikan. 
Diluncurkanlah program yang namanya BOS (Biaya Operasional Sekolah). Tujuannya, 
agar anak kita tidak putus sekolah akibat kesulitan ekonomi; berkesempatan 
lebih besar untuk terus sekolah dan melanjut pendidikan ke jenjang berikutnya; 
penuntasan wajib belajar sembilan tahun (Disdikkab Banjar, 2005).

Dana BOS untuk uang formulir pendaftaran; buku pelajaran pokok, penunjang, 
perpustakaan; ujian sekolah; biaya perawatan ringan; honorarium guru; kegiatan 
siswa; bantuan siswa miskin untuk biaya transportasi; bahan praktikum; iuran 
bulanan; biaya hidup bagi siswa yang memondok; dsb.

Pertisipasi Masyarakat

Pendidikan gratis tidak akan dapat bertahan lama dengan kondisi APBN/APBD 
seperti sekarang dan kondisi perekomian nasional dan internasional yang tidak 
menguntungkan. Di negara maju seperti AS, partisipasi masyarakatnya sangat 
besar. Sekolah umum di semua negara bagian didukung oleh pembayaran pajak oleh 
warga negara, dan sekitar 25 persen perguruan tinggi dilaksanakan oleh kelompok 
keagamaan (swasta).

Pendidikan bermutu tinggi memang harus mahal, namun di sisi lain harus gratis. 
Untuk mencapai pendidikan bermutu tinggi mutlak memerlukan sumberdaya 
pendidikan yang lengkap dan representatif. Sumber daya pendidikan demikian 
memerlukan anggaran sangat besar. Namun kemampuan pemerintah masih terbatas, di 
sisi lain masih banyak masyarakat kita dengan sosial ekonomi sangat rendah.

Untuk itu tidak ada pilihan lain, pemerintah harus dapat menyediakan dana 
melalui APBN/APBD yang besar sesuai kemampuan. Masyarakat yang mampu pun harus 
membantu menanggung anggaran pendidikan. Masyarakat dengan sosial ekonomi yang 
rendah (miskin) harus dibantu (gratis). Peserta didik dari orangtua/wali dengan 
sosial ekonomi rendah pun, memerlukan pendidikan yang bermutu tinggi. Untuk itu 
harus ada subsidi silang dan prinsip gotong royong, saling membantu. Pendidikan 
adalah hak seluruh anak bangsa, tanpa kecuali, karena menyangkut nasib generasi 
harapan bangsa, yang juga menyangkut harkat dan martabat bangsa kita di masa 
depan.

Pendidikan untuk Semua (Education for All) adalah tema yang dicanangkan PBB. 
Tema itu menjadi tugas dan tanggung jawab bangsa dan pemerintah kita terhadap 
seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan di sekolah baik negeri maupun swasta 
untuk semua lapisan masyarakat, tidak pandang bulu. Apabila pendidikan hanya 
dapat dinikmati segelintir orang yang berpunya dan tidak menyentuh mereka yang 
tidak berpunya, berarti pendidikan kita gagal total.

Prioritas

Untuk mewujudkan pendidikan bermutu tetapi, gratis perlu strategi logis. Untuk 
itu perlu prioritas. Untuk mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam 
pendidikan perlu upaya yang strategis, antara lain menumbuhkan kepercayaan 
masyarakat terhadap organisasi dan manajemen pendidikan. Karena itu perlu 
perbaikan organisasi dan manajemen pendidikan kita.

Membahas tentang organisasi dan manajemen pendidikan, berarti kita lebih banyak 
membicarakan tentang orang yakni SDM. Orang sesungguhnya merupakan faktor 
paling dominan di hampir seluruh aspek kehidupan kumpulan 'orang', yang lazim 
disebut warga, masyarakat, bangsa dan manusia.

Bila dikaitkan dengan pendidikan khususnya sekolah, maka yang paling dominan 
adalah tenaga kependidikan yaitu kepala sekolah /madrasah beserta seluruh staf 
dan guru. Mereka yang seharusnya menjadi prioritas, fokus dan sentral perhatian 
kita sehingga benar-benar profesional dan sejahtera.

Tenaga kependidikan yang profesional ialah yang memiliki latar belakang 
pendidikan yang relevan dengan tugasnya dan paling tidak setingkat, kalau perlu 
beberapa tingkat lebih tinggi di atas rata-rata masyarakat. Memiliki wawasan, 
nalar, potensi, kompetensi, talenta dan skill unggul, tangguh dan kompetitif. 
Tenaga kependidikan yang sejahtera ialah mereka yang berada pada kondisi 
sandang, pangan dan papan yang berkecukupan dan lumayan, kalau perlu setingkat 
atau beberapa tingkat lebih tinggi di atas rata-rata masyarakat. Memiliki mobil 
mewah, dapat menguliahkan semua anaknya, rekreasi di dalam dan ke luar negeri, 
bagi yang muslim dapat berhaji dan beberapa kali umrah..

Tenaga kependidikan yang benar-benar profesional dan sejahtera tentu dapat 
melakukan yang terbaik. Dengan segala keterbatasan dana, sarana dan fasilitas 
yang disediakan, bukan saja mereka dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin, 
tetapi mereka dapat mencukupi dana dan melengkapi sarana dan fasilitas yang 
ada. Apalagi jika didukung dengan dana yang melimpah, sarana dan fasilitas yang 
lengkap.

Orang bodoh saja jadi pintar dengan banyak uang dan sejahtera. Apa lagi orang 
yang memang pintar seperti guru, sudah pasti mereka jadi lebih pintar untuk 
mendidik dan mencerdaskan anak bangsa dengan banyak uang dan sejahtera. Untuk 
itu merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan jajaran 
pemerintah untuk mewujudkan tenaga kependidikan terutama guru benar-benar 
profesional dan sejahtera.

Bermutu

Pendidikan bermutu hanya dapat terwujud apabila ditangani mereka yang 
benar-benar profesional dan sejahtera, yaitu guru termasuk dosen. Pendidikan 
gratis menjadi tidak efektif apabila perilaku guru yang tidak profesional dan 
tidak sejahtera. Pendidikan gratis merupakan strategi untuk pemerataan 
kesempatan bagi anak kita untuk mengikuti pendidikan. Kebijakan tentang 
pendidikan gratis yang dikaitkan dengan pemerataan, tidak dapat dilepaskan dari 
upaya peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

Apabila sekolah kita masih banyak kekurangan guru dan guru yang ada tidak 
profesional dan tidak sejahtera, maka kesempatan pendidikan bagi anak bangsa 
yang merata, sarana dan fasilitas pendidikan yang lengkap, penyediaan anggaran 
yang besar, penyusunan kurikulum yang baik, teori dan konsep pendidikan yang 
ideal dan sebagainya akan menjadi sia-sia dan tidak efektif. 

Begitu pula akan menjadi sia-sia, tidak efektif dan tidak populer konsep KBK 
(Kurikulum Berbasis Kompetensi), Keterampilan Hidup, MPBS (Manajemen Pendidikan 
Berbasis Sekolah), CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan sejenisnya apabila masih 
banyak sekolah kita kekurangan guru dan guru yang ada tidak profesional dan 
sejahtera. 

Karena itu, dalam setiap pembahasan serta aplikasi konsep, teori dan kebijakan 
pendidikan dengan segala aspeknya termasuk pendidikan bermutu dan gratis harus 
selalu berorientasi pada tenaga kependidikan, terutama mutu guru. Guru yang 
tidak profesional dan sejahtera, merupakan penyeba utama terpuruknya wibawa dan 
kharismatik pendidikan kita. Dari sini seyogianya kita mulai membenahi 
pendidikan kita.

Dosen STAI Darussalam Martapura


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to