Saya sependapat Mba Ning bahwa orang yang mengkritisi kebijaksanaan
pemerintah bukanlah orang yang dengki. Tapi hanya pintar mengkritisi
tanpa mengemukakan solusi lebih cenderung ke arah sikap berkeluh kesah.

Miris memang melihat kenaikan BBM anu teu kira-kira cek urang sunda
mah meni nyolok mata buncelik:) terlebih lagi pemerintah kok malah
ikutan acara reality show yang suka mengexploitasi kesengsaraan orang
dan kemudian membagikan uang pada orang tsb. Dana kompensasi sebesar
10 triliun per bulan yang dibagikan kepada rakyat miskin di negri ini
jelas-jelas menunjukan sikap pemerintah yang menyuburkan mentalitas
miskin di negri tercinta ini.Bukankah lebih baik memangfaatkan dana
tersebut untuk membuka lapangan kerja atau memperbaiki sistem publik
transportasi kita sehingga walau BBM naik tapi angkutan umum mudah,
murah dan nyaman.

Terlebih lagi kemiskinan menjadi object yang banyak di exploitasi
akhir-akhir ini, kemiskinan banyak dimanfaatkan oleh para pebisnis,
karena para pebisnis tidak pernah memperdulikan apa pun kecuali
maksimalisasi keuntungan yang sebesar-besarnya maka dibuatlah acara2
reality show tentang orang miskin yang makin menyuburkan mentalitas
miskin pada bangsa ini. Lebih gila lagi banyak orang yang sudah tidak
malu lagi untuk bermental miskin. Menurut laporan ada banyak para
penerima dana kompensasi yang ditolak setelah dilakukan survey karena
ternyata tidak memenuhi persyaratan disebabkan ternyata mereka 
memiliki barang-barang yang dikategorikan mewah seperti TV, Kulkas,
kendaraan bermotor. Belum lagi adanya penerima dana kompensasi hasil
dari KKN dari para pamong desa. Kemarin-kemarin ada berita  bahwa di
satu daerah dana kompensasi kenaikan BBM yang diberikan kepada rakyat
miskin di potong 30% untuk perbaikan jalan padahal dana untuk
perbaikan jalan sudah di dapat dari anggaran daerah ...sebegitu
parahnya:) (pake icon senyum biar ada nilai ibadahnya, wong senyum itu
ibadah kok)

Persentase kenaikan BBM yang begitu tinggi merupakan ketidakmampuan
pemeritah dalam menjalankan roda pemerintahan. Jelas-jelas pemerintah
berada dalam posisi yang dalam mengambil kebijaksanaan.

Hanya saja jika kita terus-menerus berkelu kesah, tidak malu
terus-menerus mengexploitasi kemiskinan kita untuk terus mengemis
seperti bukan hal yang bijaksana.

Dalam Islam ditanamakan sikap optimis. Sikap optimis itu pula haruslah
berdasarkan kepada kemampuan bekerja dan berikhtiar disertakan
ketekunan dan sistematik tersusun dan terus-menerus. Sebab tanpa
adanya kerja keras yang dilakukan oleh manusia, maka Allah tidak akan
memberi pertolongan.

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Qs.13:11)

Seharunya tertanam dalam jiwa dan mental umat Muslim suatu sikap bahwa
hari esok harus lebih baik dari hari ini ..bukankah ini pula yang di
anjurkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw dalam hadisnya.

Salah satu prinsip yang ada dalam ajaran Islam adalah bekerja keras,
selalu berikhtiar dan tidak berputus asa dan menyerah apalgi malas.

Seperti yang ada dalam Qs.62:10

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (QS. 62:10)

Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. 67:15)

Mudah-mudahan kita tidak saja pandai mengkritisi keadaan tapi kita
juga bisa menjadi motivator bagi sesama saudara kita agar bisa bangkit
dari keterpurukan dan kondisi yang susah.

Chae


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih
\(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Ass wR. wB.
> 
> Mas Irwan,
> Menurut saya orang yang tidak sepaham dengan pemerintah bukanlah orang
> yang dengki. Malah menurut saya, dalam halnya kenaikan BBM ini, orang
> yang tidak sepaham dengan pemerintah adalah orang yang peduli dan
> rasional...
> 
> Aa Gym benar bahwa orang yang dengki hidupnya tidak tenang. Tapi kita
> harus mengerti bahwa orang yang tidak dengki pun hidupnya bisa tidak
> tenang juga. Rakyat yang kelaparan, tidak punya apa-apa, miskin, tak
> berdaya pun tidak tenang hidupnya. Tapi tentu bukan karena dengki.
> Mereka tidak cukup energi untuk dengki... astaghfirullah.. saya kok jadi
> emosi gini ya..
> 
> Masalah kenaikan BBM, saya meyakini bahwa pemerintah salah langkah dalam
> hal ini. Sudah banyak analisa dan tinjauan oleh orang-orang pintar yang
> berujung pada kesimpulan yang sama bahwa: INI LANGKAH YANG SALAH. Yah,
> mudah-mudahan saja pemerintah tidak menutup telinganya dari suara-suara
> ini, dan segera melakukan revisi atas keputusan tersebut. Insya Allah.
> 
> Wassalaam,
> -Ning
> 
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of irwank2k2
> Sent: Wednesday, October 12, 2005 1:43 PM
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: [wanita-muslimah] Akibat kenaikan harga BBM!! --> Makan Dua
> Hari sekali
> 
> Adakah penyesalan dari pihak yang pro kenaikan BBM?
> Atau orang" miskin itu harus menjadi tumbal selamatnya APBN dari
> 'defisit'?
> Semalam dengar ceramah Aa Gym, soal orang dengki..
> Jadi pengen nanya, apakah orang yang tidak mendukung keputusan
> pemerintah termasuk orang yang dengki?
> 
> Karena kata dia, orang yang dengki tidak pernah tenang hidupnya..
> selalu melihat sesuatu dengan sudut pandang negatif.
> Tapi bukankah penolakan keputusan yang tidak berpihak kepada publik
> (baca: lebih condong kepada pengusaha dan asing) merupakan salah
> satu upaya membela publik; khususnya yang lemah dan terabaikan?
> 
> Wallahu a'lam.. CMIIW..
> 
> Wassalam,
> 
> Irwan.K
> 
> -----------
> http://www.kompas.com/metro/news/0510/12/091724.htm
> 
> Makan Dua Hari sekali
> 
> Keluarga Idup (44), warga Kampung Sewan Bedeng RT 01/02, Kelurahan
> Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, terpaksa harus makan
> dua hari sekali. Untuk mengirit minyak tanah, keluarga itu minum air
> mentah.
> 
> Kesengsaraan keluarga dengan empat anak itu semakin terasa setelah
> harga BBM naik. Penghasilan Idup sebagai kuli angkut pasir kian
> terpuruk, begitu pula istrinya Selih (32) yang bekerja sebagai buruh
> cuci.Sebelum harga BBM naik, keluarga itu masih bisa makan sehari
> sekali dan Idup masih bisa ngopi dua kali. "Sekarang sudah tak bisa
> lagi. Dengan uang Rp 3.000 sudah tidak bisa membeli apa-apa lagi,"
> ujar Idup meratapi nasibnya.. Ia pun menuding pemerintah buta dan
> tuli. Menurutnya, para penggede tak peduli terhadap kehidupan
> orang-orang seperti dirinya yang jumlahnya jutaan.
> 
> Idup dan keluarganya tinggal di Kampung Sewan Bedeng RT 01/02, kampung
> kumuh di bantaran Kali Cisadane, tak jauh dari pintu irigasi Pintu Air
> X. Kampung itu dipadati rumah gubuk yang ditempati para kuli angkut
> pasir dan buruh cuci. Seperti kebanyakan rumah gubuk di kampung itu,
> rumah Idup juga tak berjendela. Udara segar hanya bisa masuk dari
> sela-sela anyaman dinding gedek. Gubuk berukuran 3 m x 3 m yang
> disewa Rp 50.000 per bulan itu pun hanya punya satu ruangan yang
> difungsikan sebagai ruang tamu, kamar tidur, dan dapur sekaligus.
> 
> Pasangan Idup dan Selih memiliki empat orang anak. Anak pertama dan
> kedua, Gustiawan (15) dan Yuliana (13), terpaksa berhenti sekolah di
> kelas IV SD. Keduanya kini dititipkan kepada neneknya, lantaran Idup
> dan Selih tak sanggup memberi makan. Hanya dua anak yang tinggal
> bersama mereka, yakni anak ketiga Julendra (11) yang duduk di kelas V
> SD dan anak keempat Faisal (3).
> 
> "Julendra juga terancam berhenti sekolah, karena sejak bulan Juni
> sampai Oktober dia belum bayar SPP. Bagaimana kami bisa bayar uang
> sekolah yang sebulan Rp 5.000, kalau makan aja susahnya bukan main,"
> kata Selih.
> 
> Ketika Warta Kota menyambangi rumah kecil berdinding gedek dan beratap
> anyaman daun kelapa itu, kemarin, Idup bertelanjang dada duduk murung
> menatap anak laki-lakinya Faisal asyik melahap nasi putih tanpa lauk.
> Sesekali tangan Idup menuangkan air putih ke piring plastik bocah itu
> agar nasinya tidak menggumpal.
> 
> Di belakang kedua orang itu, Selih duduk bersandar lemari kayu usang
> sambil mengurut kedua kakinya. Mata perempuan itu terus menatap ayunan
> tangan si bocah menyuapkan nasi ke mulutnya.
> 
> Belum habis nasi di piring Faisal, tiba-tiba kakaknya Julendra
> menyeruak masuk. Tanpa bicara apa-apa, si kakak merebut piring plastik
> di depan adiknya.. Piring itu dibawanya menjauh ke sudut ruangan.
> Setelah sejenak melirik ke kanan dan ke kiri, tanpa ragu Julendra
> menyuap nasi yang tinggal setengah itu ke mulutnya.
> 
> Melihat piringnya direbut, Faisal tak bereaksi apa-apa. Dia bangkit
> dan menjangkau gelas di belakangnya. Ia lalu mengisi gelas dengan air
> yang diambil dari dalam ember plastik warna hitam. Usai menenggak
> habis isi gelas, bocah itu berbaring di atas kasur tipis yang
> dibentangkan di lantai semen. Bau tak sedap merebak dari setumpuk kain
> gombal yang dijadikan alas kepala si bocah.
> 
> "Iya begini deh. Saya dan bapaknya anak-anak mengalah nggak makan hari
> ini. Habis nasinya nggak cukup buat berempat. Biar aja anak-anak
> duluan yang makan. Kalau saya dan bapaknya masih kuat nggak makan
> sampai besok," ujar Selih disusul anggukan lemas suaminya Idup.
> 
> Kompor nganggur
> 
> Sebagai buruh cuci, Selih mengaku tak bisa berbuat banyak.
> Penghasilannya yang cuma Rp 30.000 setiap bulan, tak pernah cukup
> untuk sekadar hidup layak.. Sementara penghasilan Idup yang jadi kuli
> angkut pasir pun tak jelas. Sekali menurunkan pasir, ia dibayar Rp
> 3.000. Jika banyak orderan, Idup paling banter bawa pulang uang Rp
> 9.000. Tapi Idup lebih banyak menganggur.
> 
> "Sebelum BBM naik, kami sekeluarga hanya makan sehari sekali dengan
> nasi putih dan kerupuk. Sesekali pakai tempe juga. Bapaknya anak-anak
> juga masih bisa ngopi paling nggak dua kali sehari. Tapi sekarang,
> saya dan bapaknya anak- anak kadang baru makan dua hari sekali. Ngopi
> juga kalau ada orang yang ngasih. Kalau anak-anak sih kami belain
> makan sekali sehari. Nasi putih aja. Lauknya seketemunya. Biar nggak
> kering, nasinya dicampur air," ujar Selih.
> 
> Idup lalu meneruskan cerita kelam hidup keluarganya. Sambil menunjuk
> kompor minyak tanah usang yang tergolek di sudut ruangan, ia berkata,
> "Kompor itu udah lama nggak nyala. Saya nggak kuat beli minyak tanah
> karena harganya naik terus. Sekarang aja satu liter Rp 2. 900. Sama
> harganya dengan upah saya sekali nurunin pasir."
> 
> Kalau pun ada uang, lanjut Selih, ia dan suaminya hanya mampu membeli
> setengah liter minyak tanah yang digunakan untuk menanak nasi. "Saya
> cuma berani menggunakan minyak tanah untuk masak nasi. Agar mengirit
> minyak tanah, kami nggak pernah masak air minum. Kalau mau minum,
> ambil saja air di sumur pakai ember. Anak-anak saya juga biasa minum
> air mentah. Kata mereka lebih enak, rasanya adem. Syukurnya sih mereka
> nggak pernah sakit," kata Selih.
> 
> Selih dan Idup kemudian terdiam. Mata mereka menerawang ke
> langit-langit rumbia yang jika hujan pasti bocor di sana-sini. "Saya
> dari dulu mau pindah kontrakan. Tapi uangnya nggak ada. Tinggal di
> sini susah banget. Kami tidur berempat berdesak-desakan di atas satu
> kasur. Kadang kepala saya mentok ke kompor. Kalau nggak kaki saya
> harus dilipat semalaman. Belum lagi kalau hujan, atap pasti bocor.
> Tidur terpaksa harus gantian, karena kasurnya kebasahan," kata Idup.
> 
> Pasangan suami istri itu lalu menanyakan dana kompensasi BBM. "Katanya
> ada bantuan dari pemerintah buat orang miskin. Kok sampai sekarang
> kami nggak kebagian. Boro-boro dapat duit, didata saja nggak.
> Bagaimana nih Pak Walikota, kok yang miskin makin tambah miskin aja,"
> kata Selih lirih. (Has)
> 
> 
> Sumber: warkot
> Penulis: Nik
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> 
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
> .... 
> Yahoo! Groups Links
>






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke