*IBRAHIM ISA dari BIJLMER
---------------------------------------
Rabu, 12 Oktober  2005.

AMSTERDAM - CHINA - FESTIVAL
--------------------------------------------------------------------------------
SUKSES TIONGKOK MELUNCURKAN DUA ASTRONAUT

MERENUNGKAN KEMBALI DUA FILM TIONGKOK BARU.*
Tulisan ini sudah dimulai kemarin. Ketika itu penulis belum mendengar 
berita bahwa, pada hari Rabu ini jam 08.38 waktu setempat 
<Pusat-Kontrole Angkasa Luar di Jiuquan>, Tiongkok telah dengan sukses 
meluncurkan pesawat angkasa luar Shenzhou VI, dengan dua awak, yaitu 
Astronaut Fei Junlong dan Nie Haisheng yang akan mengelilingi bumi 
selama lima hari. Selamat, selamat!

Dengan suksesnya ini Tiongkok sudah kedua-kalinya mengirimkan manusia 
Tiongkok ke angkasa luar. Dalam bulan Oktober 2003, astronaut Yang Liwei 
adalah astronaut pertama Tiongkok yang mengitari bumi di angkasa luar.

Sukses besar Tiongkok ini disambut luarbiasa oleh rakyat Tiongkok, 
sebagai kemajuan pesat Tiongkok Sosialis, di bidang ilmu dan teknologi; 
dan oleh banyak negeri serta  sahabat-sahabat rakyat Tiongkok dengan 
perasaan turut gembira dan kagum atas sukses Tiongkok di bidang 
penelitian angkasa luar. Ini menunjukkan dan merupakan kebanggaan serta 
optimisme, bahwa Tiongkok sebagai negeri Asia, sebagai bangsa Asia, 
tidak kalah dengan negeri-negeri yang sudah berkembang di Barat, 
khususnya Amerika dan Rusia, dalam ilmu, teknologi, khususnya dalam 
penelitian angka luar.

MERENUNGKAN  KEMBALI DUA FILM TIONGKOK BARU.
Beberapa  hari yang lalu, putri sulungku, Pratiwi,  cerita  kepadaku 
bahwa dalam beberapa hari ini, di layar TV Belanda di putar pelbagai 
film Tiongkok,  --  film-film dari Republik Rakyat Tiogkok (jadi bukan 
yang dari Taiwan). Bersama istriku, Murti,  Sabtu malam Minggu y.l., 
kami melihat dua film Tiongkok, "Zuotian" dan "Ladang jawawut merah" . 
Film yang disebut belakangn ini dibintangi oleh artis  cantik Tiongkok 
yang  terkenal Gong Li, dan disutradarai oleh regisur kenamaan Zhang Yi 
Mou.  Film  "Ladang jawawut Merah"  tsb berhasil menggondol hadiah  " 
The Golden Bear"' pada Festival Film Berlin y.l.  

Dua film Tiongkok itu., "Zuotian"   dan "Ladang Jawawut Merah" 
ditayangkan oleh NPS, di TV Belanda, Nederland 3. Rupanya pentayangan 
film-film Tiongkok tsb adalah dalam rangka kegiatan AMSTERDAM-CHINA 
FESTIVAL, dimana pelbagai lembaga ambil bagian. TV Nederland - 3 dan 
Radio-4  menyiarkan program yang luas tentang musik dan tarian, 
film-film ceritera, program informatif dan tentang masa periode Mao 
Tsetung. Semua kegiatan ini  berlangsuang dari tanggal 10 Oktober - 14 
Oktober. Juga  dilakukan suatu penjelajahan mengenai Tiongkok sekarang. 
Dengan perhatian khusus  pada perkembangan yang menggemparkan sekitar 
Revolusi Kebudayaan di  bidang kebudayaan, tetapi juga mengenai hal-hal 
yang membayangi proses modernisasi dewasa ini.
Top of Form 1.

Beberapa  hari yang lalu, putri sulungku, Pratiwi,  cerita  kepadaku 
bahwa dalam beberapa hari ini, di layar TV Belanda di putar pelbagai 
film Tiongkok,  --  film-film dari Republik Rakyat Tiogkok (jadi bukan 
yang dari Taiwan). Bersama istriku, Murti,  Sabtu malam Minggu y.l., 
kami melihat dua film Tiongkok, "Zuotian" dan "Ladang jawawut merah" . 
Film yang disebut belakangn ini dibintangi oleh artis  cantik Tiongkok 
yang  terkenal Gong Li, dan disutradarai oleh regisur kenamaan Zhang Yi 
Mou.  Film  "Ladang jawawut Merah"  tsb berhasil menggondol hadiah  " 
The Golden Bear"' pada Festival Film Berlin
Salah satu tujuan  penting AMSTERDAM-CHINA FESTIVAL adalah promosi 
hubungan perdagangan antara Belanda dengan Tiongkok. Sudah beberapa 
waktu lamanya, toko-toko pakaian Belanda yang harganya agak "miring", 
adalah diimpor dari Tiongkok. Belakangan pasaran sepeda Belanda dan juga 
Eropah mulai diwarnai oleh sepeda-sepeda buatan RRT yang kuat dan murah. 
Sebentar lagi akan masuk mobil-mobil sedan Tiongkok merek  "Landswind". 
Jangan dikatakan lagi jumlah para turis Tiongkok yang semakin lama 
semakin membanjiri tempat-tempat pelancongan Eropah termasuk Belanda. 
Semua itu, tentunya  atas dasar saling-menguntungkan, meskipun sementara 
pengusaha Eropah dan Belanda, sudah teriak-teriak  karena khawatir 
kebanjiran barang-barang komoditi Tiongkok yang harganya berlawan. Jadi 
takut konkurensi. Padahal konkuresi itu -- bukankah salah satu pilar 
dari sistim ekonomi kapitalis,  suatu sistim  yang begitu 
diagung-agungkan dewasa ini. Orang belum lupa Ronald  Reagan, mantan 
presiden AS yang sesumbar menyatakan bahwa, kapitalisme sudah berhasil 
mengalahkan komunisme! Sepenjang pengetahuan umum, sistim komunisme, 
lebih kongkrit lagi, sistim ekonomi komunisme itu belum pernah ada 
prakteknya di dunia ini. Bagaimana pula, suatu sistim ekonomi yang belum 
pernah ada prakteknya, bisa dikalahkan oleh sistim kapitalisme yang 
sudah ratusan tahun umurnya.

Film pertama yang kami tonton, berjudul  "Zuotian". Sebuah drama yang 
mengambil tema seorang aktor-film yang sedang ngetop di Beijing, bernama 
Hongsheng.  Ia menjadi 'icoon'  generasinya akhir tahun 80-an. Film 
produksi Tiongkok tahun 2001 tsb adalah sebuah film yang lancar, 
terkadang ada humornya yang tipikal Beijing.  "Zuotian"  berceritera  
"apa adanya". Menggambarkan  apa yang terjadi  dalam kehidupan 
sehari-hari masyrakat Tiongkok  dewasa ini.  Hongsheng kemudian kena 
kesamber 'heroin' . Lalu menjadi pemadat. Ia mengunci diri dari dunia 
luar, di kamarnya yang penuh dihiasi dengan gambar-gambar John Lenon, 
tokoh dari  rombongan musik Inggris,  The Beatles.. Sang pemuda yang  
"pemadatan" itu bermimpi, berilusi  bahwa ia adalah adiknya John Lenon, 
dan  bisa berkomunikasi dengan bintang rock Inggris itu.. Bahkan  ia  
sendiri merasa  seperti John Lenon yang terkenal dan kemudian ditembak 
mati oleh seorang asasin. Orangtua Hongsheng khusus datang untuk 
membantunya,  tapi gagal, kemudian melaporkan keadaan Hongsheng  kepada 
polisi agar dibawa (paksa) ke suatu 'afkikcentrum'. Di situ Hongsheng 
bisa pulih bebas lagi dari ganja.

Sedikit banyak diproduksinya film semacam ini, mencerminkan suasana baru 
di Tioongkok, yaitu adanya kebebasan yang lebih luas bagi para seniman 
dan budayawan untuk berkreasi. Film ini terus terang mengakui bahwa 
wabah  'ganja' , heroin dan lain-lain drugs tsb bukan saja  monopoli  
Amerika, Eropah, Australia, dll, tetapi juga  Republik Rakyat Tiongkok  
telah kejangkitan. RRT yang menyatakan negerinya adalah negeri sosialis, 
dan negaranya dipimpin oleh Partai Komunis.  Suatu negeri yang 
seyogianya,  urusan utamanya,  adalah kemakmuran dan kebahagiaan 
rakyatnya?  Kok  sekarang bisa jadi begitu?  Bukankah negeri sosialis 
pernah dinyatakan bersih dari wabah maksiat seperti itu?  Bebas dari 
kejahatan?

Mungkin jawab atas pertanyaan seperti itu, tak perlu dicari jauh-jauh.

Sekarang ini lihat saja Republik Indonesia kita yang tercinta.Umurnya 
sudah lebih tua dari RRT.  Logikanya, RI  lebih berpengalaman dalam 
mengurus negeri.  Penduduknya religius, mayoritas pemeluk agama Islam. 
Telah berkali-kali melakukan Repelita.  Namun, kecuali  ekonominya masih 
morat-marit,  ketergantungan pada luarnegeri semakin berat, KKN-nya   
masih merajalela,  tambah lagi,  baru saja  lagi-lagi mengalami pemboman 
teroris di Bali,   tidak juga luput dari perembesan maksiat ganja. Aku 
ingat pada suatu pembicaraan dengan kemenakanku di Jakarta baru-baru 
ini. Suaminya dokter, jadi penghasilannya lumayan. Mereka berbahagia 
punya seorang puteri (tertua) yang baru saja tamat Fakultas Bahasa 
UNPAD, dan seorang putri dan putra lagi. Mereka itu masih bersekolah 
menengah. Dii suatu sekolah yang agak jauh dari tempat tinggal mereka, 
dan . . . . . aduh mak, mahalnya  bayarannya. Aku tanya, mengapa mereka 
disekolahkan di sekolah yang begitu mahal. Yah Oom, kata mereka, tidak 
ada jalan lain. Di sekolah yang mahal ini, disiplinnya keras, pengawasan 
guru-guru juga ketat. Maka  kami tidak khawatir akan kemasukan 
calok-calok penjual ganja. Di sekolah tak ada jaminan! Apa murid-murid 
sekolah kita itu juga kemasukan wabah ganja, tanyaku. Ooh, jangan tanya 
Oom!, jawab mereka.

Bagaimana dengan Tiongkok. Sudah berapa tahun sih Tiongkok menyatakan 
diri  sebagai negeri sosialis? Republik Rakyat Tiongkok diproklamasikan 
pada  tanggal 1 Oktober, 1949. Rakyatnya  memenangkan suatu revolusi 
yang berhasil  menumbangkan rezim  lalim di bawah pimpinan 
Kuomintang-Chiang Kai-syek. Rezim KMT ini bergelimang  KKN dan dengan 
kejam menindas rakyatnya sendiri. Setelah berdirinya RRT pemerintah yang 
dipimpin oleh PKT dan Mao Tsetung berhasil mengakhiri situasi chaos.  
Pemerintah Tiongkok Baru mampu  menanggulangi masalah kelaparan, 
menghentikan inflasi, menyehatkan keuangan negeri, membereskan ekonomi  
dan membangun  ekonomi negeri atas dasar ekonomi demokrasi baru, yang 
bisa memberikan rakyat makan dan pakaian yang cukup. Mengurus 
pendidikan, kesehatan dan perumahan rakyat dengan baik. Membangun 
pertanian dan industri berat dan dasar yang kokoh pula. Melalui 
lika-liku dan gelombang  ekstrimitas di bidang politik, ekonomi dan 
kebudayaan, akhirnya sampailah  pada sitausi  sekarang ini ,  suatu era 
baru bagi Tiongkok. Diakui oleh mancanegara ekonominya berkembang dan 
tumbuh pesat, dan dikhawatirkan akan menjadi negara supra yang bisa 
menandangi AS, Jepang, Rusia dan Eropah. Begitulah, yang dulu disebut 
"orang sakit di Asia" itu telah bangkit menjadi suatu kekuatan merdeka 
yang kuat, bediri sendiri di bidang ekonomi, politik dan pertahanan.

Film kedua yang kami lihat "Ladang Jawawut Merah", mengisahkan nasib 
seorang gadis desa, umur belasan tahun, Gong Li Ia dikawin(paksa)kan 
oleh bapaknya, dengan seorang petani pemilik penyulingan arak jawawut, 
berumur 50 tahun,  yang . . .  . adalah seorang penderita lepra. Dari si 
tuabangka itu bapaknya Gong Li memperoleh seekor keledai tua. Gong Li 
berhasil lolos dari lembah kehinaan dan penderitaan tsb, lalu kawin 
dengan pemuda pilihannya. Tak lama kemudian desa tsb diduduki tentara 
Jepang yang datang menyerbu Tiongkok. Penduduk desa di Barat Daya 
Tiongkok itu diteror, disuruh kerja-rodi membuat jalan raya demi 
kepentingan militer Jepang. Salah seorang karyawan pada penyulingan arak 
ternyata adalah seorang kader Komunis yang bertugas membangun kekuatan 
gerilya anti-Jepang. Ia ditangkap Jepang dan disiksa sampai mati. Gongli 
kemudian memobilisasi penduduk kampung melakukan perjuangan anti-Jepang. 
Tetapi karena imbangan kekuatan sangat jomplang, maka perlawanan rakyat  
dapat dipatahkan Jepang, dan Gongli tewas.

Film ini mengisahkan penderitaan seorang gadis desa pada periode feodal 
ketika itu, yang berani melakukan perlawanan, sampai-sampai 
mengorganisasi perlawanan gerilya terhadap tentara pendudukan Jepang. 
Ditindas, tetapi tidak tunduk. Film ini juga tidak meliwatkan kenyataan 
sejarah, bahwa dalam Perang Dunia Kedua kaum Komunis Tiongkok amat gigih 
memobilisasi rakyat melawan agresi dan pendudukan tentara Jepang.

Begitulah orang Belanda memperkenalkan Tiongkok pada masyarakatnya. Di 
lihat sepintas boleh dibilang yang mereka tayangkan sekitar Tiongkok 
itu,  cukup  b a l a n c e d ,  berimbang adanya. Ada segi positifnya, 
juga ada segi sampingannya, seperti misalnya berkecamuknya wabah ganja 
di kalangan anak muda.

Cara Belanda melakukan kegiatan sekitar AMSTERDAM-CHINA-FESTIVAL  tidak 
saja bersifat lokal Amsterdam, tetapi juga berskala nasional.
Mingguan DE GROENDE AMSTERDAMMER, misalnya, menerbitkan edisi Oktober 
Special diperuntukkan pada TIONGKOK. Halaman muka edisi khusus ini, 
dihiasi dengan model manusia modern Tiongkok dan dengan huruf-huruf 
besar CHINA. Diantara artikel-arikel yang disajikan,  berjudul, sbb: 
"Bukan Kemerdekaan, Tapi Kebebasan" <Seni Tiongkok Dewasa ini Tumbuh 
Eksplosif>, lalu, "Washington Mengasihi Musuh" <Orang-orang Tiongkok 
pasti bisa menemukan sahabat lain>; Masyarakat Keluarga <Di Tiongkok 
keluarga lebih penting ketimbang di Itali>; "Krisis dalam Poesi 
Tionkok?"  kemudian: "Arsitek-arsitek Nederland  merancang untuk 
Tiongkok yang ekonominya sedang berkembang pesat"; "Apa yang otentik 
pada film Tiongkok?";  "Kekurangan Perempuan di Tiongkok"; dan "Bahasa 
adalah rintangan" <Cakap-cakap dengan empat orang seniman Tiongkok. 
Itulah pada pokoknya artikel-artikel yang disajikan oleh De Groene 
Amsterdammer,  dalam mewarnai  Amsterdam-China-Festival.

Yang juga amat menarik ialah apa yang ditulis dalam artikel yang 
bersifat pandangan Redaksi, berjudul: TIONGKOK,a.l. abb:

"Produk ekspor yang terpenting Republik Rakyat Tiongkok sudah lama bukan 
lagi Maoisme. Juga bukan tekstil murah, tentang mana orang-orang Amerika 
dan Eropah pada ngomel. Sebagaimana yang  hendak disajajikan dalam nomor 
khusus ini,  produk ekspor Tiongkok yang terpenting (sekarang) ialah  
"SENINYA DEWASA INI."

"Siapa yang menyaksikan panel Tiongkok di pameran Scheveningen KARYA 
SENI DI PANTAI, dengan satu pandangan saja sudah bisa mengetahui mengapa 
dikatakan seperti tertulis di atas. Seniman seperti Liang Shuo dan Zhang 
Dali telah mengalihkan teknik-teracota tradisionil pada fiberglass 
umtuk  menggambarkan orang-orang Tionghoa sebagai individu, tidak 
sebagai pahlawan atau pejuang untuk sesuatu cita-cita, tetapi sebagai 
pengemban suatu sejarah pribadi yang telah memanifestasikan sampai ke 
detail sikap mereka, pakaian dan lagaknya, dalam suatu ludahan yang 
morat-marit ditiup angin atau dengan puntung rokok ditangan. Pandangan 
kaum taninya yang keheran-heranan itu seolah-olah menunjukkan  mereka 
terjerembab ke dalam dunia modern. Memang begitulah mereka itu. Tiongkok 
dan dunia selebihnyalebih seabad lamanya tertutup satu sama lainnya.

Akhirnya tulisan itu ditutup dengan kata-kata sbb:
". . . . bukan mengenai apa yang mereka (orangluar) ceriterakan tentang 
Tiongkok, tetapi adalah apa yang mereka sendiri hendak ceriterakan pada 
kita orang-orang Belanda, orang Barat dan warga dunia, bahwa pengenalan 
terhadap seni Tiongkok sekarang ini adalah  lebih penting dari sebelumnya.

Tentu bagi kita orang Indonesia, dorongan untuk mengenal Tiongkok, 
mengenal bangsa Tionghoa yang keberadaannya di Asia dan dunia semakin 
penting dan krusial adanya. Lebih-lebih perlu lagi, mengingat hubungan 
tradisional kedua bangsa dan rakyat kita begitu panjang di dalam sejarah 
kita masing-masing. Tujuan untuk lebih baik saling mengenal ini, tentu 
tidak lain, adalah untuk meningkatkan saling mengerti dan saling 
menghormati, diantara dua bangsa, untuk mempererat tali persahabatan.

Tentu, satu dan lainnya punya hubungan langsung dengan situasi kita 
dimana salah satu dari suku-suku-bangsa Indonesia yang menjadikan suatu 
kesatuan nasion Indonesia, adalah suku etnik-Tionghoa, yang  telah 
membawa sebagian dari kultur Tiongkok yang kaya itu, ke Nusantara kita, 
dan telah berintegrasi dengan kehidupan kebudayaan nasional Indonesia. * 
* *  





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Click here to rescue a little child from a life of poverty.
http://us.click.yahoo.com/rAWabB/gYnLAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Kirim email ke