Yg nomor satu, tanya mas dwi aja..:-)

Nomor dua itu soal pendekatan, mbak. Itu yg dinamakan pendekatan woman
in development (WID). Kuncinya pemberdayaan perempuan. Tapi pada
kenyataannya, tidak berlaku efektif karena sama saja memasukkan
perempuan ke dalam sistem yg tidak seimbang. Dalam hal pengurangan
kemiskinan, yg terjadi malah feminisasi kemiskinan. Dalam hal ekonomi,
tenaga kerja, dll, perempuan masuk dalam sistem tenaga kerja yg tidak
seimbang dimana sistemnya sendiri sudah bias gender. Sehingga, tenaga
kerja perempuan yg terbukti produktif ini malah tidak dihargai. Dalam
wilayah privat pun demikian. Cuma memberdayakan perempuan ke dalam
sistem yg penuh dng bias gender tadi pada kenyataannya tidak
menyelesaikan masalah. Perlu suatu terobosan baru.

Makanya, dicoba pendekatan baru, keliatannya cuma sedikit mengubah
kata perempuan menjadi gender (terjemahannya gender apa jender sih?).
Fokusnya lebih ke konsep feminitas dan juga maskulinitas. Melibatkan
laki2 dalam prosesnya. Bicara maskulinitas juga bicara bagaimana laki2
juga dibentuk sedemikian rupa utk berlaku/berjiwa patriarki.. termasuk
bahwa di laki2 sendiri konsep2 maskulinitas ini juga saling 'menindas'
satu sama lainnya. Perang antara maskulinitas. Hanya sekedar
memberikan gambaran, betapa kompleksnya persoalan ini, dan betapa
kompleksnya dunia yg kita diami, hehehe.

Dengan demikian, cara kita memandang masalah jadi.. mbulet kalo kata
mbak Aisha. Bukan mbulet dlm pengertian tidak ada ujung pangkalnya,
tapi lebih komprehensif dan lebih obyektif (mudah2an).

Contoh konkret yg memakai pendekatan ini adalah workshop jender utk
para laki2. Mengajak mereka utk melihat dunia 'perempuan' dalam
kacamata yg berbeda, yg selama ini mungkin mereka tidak 'ngeh' :-)
Bukan dng metode menceramahi (spt yg umumnya dilakukan oleh kyai2,
mungkiiiiin....:P) tapi dng metode self-learning. Pembelajaran. Kalau
kemudian diantara mereka ada yg model spt bang Yos, yg sedari awal
memang menolak apapun logika orang lain dng membawa prejudice2 serta
bias2 asumsinya sendiri, ya ndak apa-apa. Itu sudah biasa..:-)
Catatan2 mengenai aktivitas spt ini sebenarnya cukup banyak dan bisa
di cari lewat internet :-) Sehingga, kenapa tidak kita mengadakan
workhsop utk para kiai2? hehehe. Di Islam sendiri kan katanya menganut
prinsip saling, hubungan dialogis...sehingga bisa dong posisinya
diubah, sekali-kali. 

wassalam,
herni


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 1) Kriteria apa sehingga seseorang bisa mendapat gelar Kiai?
> 2) Gerakan perempuan sebaiknya dititik beratkan kepada pemberdayaan 
> perempuan itu sendiri biar lebih pandai, kayak mbak-mbak di milis 
> ini. Jadi, lebih pada pendidikan bagi pere. Ngapain ngurusi 
> kiai?...:-). Banyak deh yang lebih bermanfaat daripada ngurusi kiai.
> 3) Mengenai adagium tsb, apa berlaku pula kalau kita belajar AQ dan 
> Hadist?
> 
> wassalam,






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke