I became Journalist to Day
  Wina Karnie
   
  (1) Menyikapi keberadaan
   
  Bersama hembusan angin Subuh, aku dan teman baruku bergegas ke pelataran 
sebuah gedung bioskop, ‘Broadway Cinema’ yang terletak tepat dijantung kota 
Mong Kok. Kantuk masih menggelayuti setiap kerjapan mataku. Aku dan Wanti 
menunggu seorang warga Filipina untuk pergi bersama ke lokasi shooting. Hari 
ini adalah shooting ke dua setelah hari jum’at lalu. Sebuah iklan TVC 
Octopus-Atm. Semalam Wanti, pembantu di rumah anak angkat bossku terpaksa tidur 
di tempatku karena letak tinggalnya dia yang tak strategis untuk menjangkau 
kendaraan umum. Sepanjang jalan, Wanti nyengir sendiri karena hari ini akan 
menjadi seorang artis lagi meskipun hanya sebagai figuran setalah hari jum’at 
kemarin. Ia bercerita padaku dengan bibir berlumurkan keceriaan. Ah, aku geli 
sendiri menyaksikan polahnya. Wanti belum lama tinggal di HKg, baru 4 bulan. 
  Seampainya di depan gedung itu, masih belum kujumpai  Si Carlos. Segera 
kuhubingi Nomor HPnya dan kuketahui dianya masih on the way. Lima menit lagi ia 
akansampai dan kami bertiga harus jalan kaki ke sebelah kantor kepolisian Mong 
Kok. Di sanalah leader dari kantor bossku menunggu kami. Aku yang biasanya juga 
harus bertugas sebagai leader, hari ini agak terbebas tugas, karena murni 
peranku hanya sebagai pemeran figuran. 
  Unik sekali ceritanya. Kami semua berperan sebagai penumpang Bus. Ketika ada 
seorang penumpang baru sedang naik dan hendak membayar tariff dengan octopusnya 
dan kebetulan habis isinya, tiba-tiba kami semua yang semula sebagai penumpang 
biasa ternyata berubah menjadi jurnalis. Semua penumpang memburu si pemuda 
cakep, penumpang baru itu. Mikrofon di acungkan, demikian pula dengan camera. 
Lampu blitz bertebaran dengn dibantu setting lampu. 
  Itu secuil cerita jum’at lalu. Hari ini udara pagi yang semula mendung 
berubah menjadi agak terik. Diantara panas yang memabkar, aku harus berjuang 
menghalau deras keringat yang mengucur, karena shooting hari ini tidak duduk 
mains di dalam bus, tapi di luarbus. Ceritanya kami para jurnalis mengejar si 
pemuda ganteng dalam tokoh iklan untuk diwawancarai. Hehehehe
  Tak tanggung-tanggung, aku terpilih berpose di samping persis tokoh utama 
(nenek) dengan harus menggendong seorang bocah seusia 5 tahun. Wah bias 
dibayangin betapa capeknya. Apalagi si nenek sering salah ucap. Tak pelak 
adegan harus sering diulang. Lengan kiriku hamper saja kehilangan tenaga. 
Apalagi jam makan siang molor banget. 
  Selesai shooting, temanku wanti yang kebagian di dalam bus, menginformasikan 
padaku bahwa tadi ia menerima telpon dari temanku, yang ternyata adalah Mba 
Iffah. 
  “Mbak, tadi ada telpon dan kujawab; mba lagi shooting!” terang Wanti.
  “Terimakasih,” jawabku seraya berkata, “wah kamu bolehjuga neh jadi 
managerku?” kontan kami tergelak bersamaan.  
  “Wah, enak ya Mbak. Kerjamu hamper tiap hari beginian? Aku wae jarang keluar 
kecuali ke pasar bersama Bobo, atau pas diajak makan kerestoran sama Nyonya!” 
Celoteh wanti beruntun. 
  Aku menjawabnya dengan senyuman seraya mengajaknya mengambil nasi bungkus 
yang telah tersediakan. Tepat jam dua tiga puluh, dan shooting sepertinya sudah 
selesai. Namun ada yang mengganjal di benakku sebenarnya. Secara lahiriah 
mungkin mereka memandang pekerjaanku enak, sering bertemu artis Hong Kong, 
bahkan sering pula wajahku nongol di layar lebar atau drama di TV HKG, atau 
kadang kala juga di TV Comersial. Kenyataan yang sesungguhnya hatiku bagai 
dalam tempurung. Aku tak ubahnya sebagai pesugih bossku. Dari sekian honor aku 
hanya mendapatkan bagian yang sangat kecil sekali. Guna menghibur hati aku 
selalu thingking positif tehadap bossku, yang terpenting adalah pengalaman dan 
kesempatan yang diberikan olehku. Yang tak bias kubeli dengn uang tentunya. 
Hehehe
  Tentu saja aku bukan Wanti danWanti bukan aku. Aku adalah seorang Wina Karnie 
yang masih punya banyak tanggung jawab dan perjuangan menaklukkan dunia ini. 
   
  (2) Mengilhami kesempatan
              “Wanti makan apa?” begitu tanyaku ketika Jum’at kemarin kami brek 
makan siang. Gadis itu hanya tersenyum. Bergegas aku memilih-milih nasi bungkus 
yang tentu saja tak ada menu babinya. Namun sial, semua nasi hamper berbabi. 
Wanti nekad memilih nasi bermenu babi. “Aku biasa makan sejak di Hong Kong,” 
ujarnya. Aku hanya bias ber-oh saja. Dan ketika Wanti menanyakan apakah aku 
tidak makan siang, dengan sigap kugelengkan kepala. “Semua menu babi,” jawabku. 
Namun beberapa menit kemudian seorang kru datang dengan membawa beberapa 
bungkusan nasi . dan alhamdulillah ketika kubuka ternyata isinya bukan menu 
babi. Lega. Wanti kulihat menikmati menunya. Begitu pun aku. Ujar Wanti, biar 
saja selama di Hong Kong makan babi, tapi asalkan di Indonesia tidak makan 
babi. Buleknya katanya juga makan babi. Lebih parah lag I ujar wanti, nenek 
dirumahlah yang memasak menu makan setiap malamnya. Jadi Wanti yang masih baru 
dan belum bias banyak berkomunikasi tak berani mengajukan permohonan
 supaya tak emberinya makan babi. Ini bukan rahasia umum bagi kebanyakan 
pembantu baru di sini. Aku sangat memaklumi perasaan Wanti. Tak mungkin aku 
kotbah saat hari itu juga. Melarangnya supaya takmakan babi. Yang bias 
kulakukan hanya memberi penglihatan, bahwa aku bias tak makan babi. Hehehehe
              Masih bicara soal babi, aku dibikin keki juga oleh bossku 
laki-laki. Ceritanya selama dua hari ini ia ada di rumah. Padahal biasanya dua 
bulan sekali saja belum tentu pulang. Laki-laki ini meskipun sering ditengkari 
oleh istrinya, ternyata rasa kasih saying ke istrinya luar biasa. Minggu 
kemairn ceritanya, kaki bossku keseleo waktu perjalanan ke China. Pulang-pulang 
pincang sebelah dan diantar oleh suaminya. Dua hari ini bossku erempuan duduk 
di kursi roda. Saat ke kantor, suaminya yang mendorong kursi rodanya. Pulang 
kantor dia juga telaten menjemputnya. Di tambah lagi dia juga rajin masak malam 
harinya. 
              Seperti hari ini, aku trauma banget dengan menu bossku lelaki. 
Kemarin malam, hamper semua menu berbabi. Hanya ikan segar saja yang terbebas. 
Semua sayuran tercampuri babi. Tak pelak akuhanya makan nasi putih dan ikan 
stem. Hari ini aku bermaksud masak vegetarian. Saat aku pulang dari leader 
casting, choisum yang sudah terebus tegeletak di dapur. Juga adonan daging 
babi. Alamat. Menu pasti seperti kemarin lagi. Belum lagi aku masak, ossku 
lelaki pulang dan dapur mulai dikuasainya. Aku disuruhnya makan duluan ke 
depan. Terang saja aku beralasan, nanti saja, nanti saja. Hehehehe
              Aku was-was banget jika sampai sayur vegetarianku tercampuri 
daging babinya. Jadilah aku memandori bossku lelaki masak. Hehehehe. Setiap 
kali aku tawarkan mengerjakannya dia selalu menolak. Mungkin dipikirnya aku 
kecapekkankaren apaginya pagi-pagi sudah ke lokasi shooting, sedangkan dia 
tentu saja seharian tidur di rumah. Hehehehehe
              Jadinya malah aku yang mengajari dia memasak. Agar setelah 
menumis sayur choi sum mngetem ikan dulu, baru masak vegetarian. Jika tak 
kusiasati begitu, pasti bekas menumis sayur bercampur babi itu tanpa cuci 
wajan, ianya langsung numis vegetarianku. Hehehehe ternyata nurut juga bossku 
dengan perintahku. Aku sedikit lega, tapi tetap saja was-was, Karena melihat 
sisa daging babi dalam mangkok. Mampus jika sampai tertabur ke vegetarianku. 
Dan alhamdulillah setelah ia selesai engetem ikan, menyerahkan wajan dan 
vegetarianku berada dalampengolahanku. Selamat dah! 
   
  (3) Suami di hari ini
              Lelah! Wajahku seharian inisangat khusut. Capek. Alasannya pasti 
karena kurang tidur. Semalam mataku hanya terpejam tiga jam saja. Dan ketika 
aku ke kantor mengantar Wanti, karena bossnya di kantor bossku dan ia tak bisa 
pulang sendiri. Begitu aku sampai sambutan dari bossnya Wanti adalah melihat 
wajahku yang khusut. Ya kujawab saja Karen acapek dalam shooting harus 
menggendong anak kecil. Buru-buru aku pergi ke MTR menuju Tin Hau, mengambil 
model kecil dan membawanya ke PH. Seorang ibu dan anak laki-laki berusia 6 
tahun menungguku di sebelah pintu keluar MTR Tin hau. 
              Menunggu anaknya yang sedang casting di dalam hampir 1 jam, kami 
berdua ngobrol santai. Si Ibu bertanya tentang suamiku. Tentang pekerjaannya. 
Dan mengapa aku memilih menikah dengan orang Indonesia daripada orang HKG. 
Tentu saja kujawab, bahwa aku tak bias mepercayakan diriku ke lelaki Hong Kong 
meskipun sepuluh tahun aku tinggal di Hong Kong. Pertama alasan yang kuajukan 
adalah, prinsip orang Hong Kong yang lebih mengutamakan kumpul kebo dari pada 
lembaga perkawinan. Kedua lelaki Hong Kong yang menjatuhkan pilihan ke gadis 
Asia kebanyakan ekonominya menengah ke bawah. Meskipun bukan tipe 
materialistis, tapi untuk hidup di negeri yang apapun bias ini aku akan 
berpikir seribu kali untuk menjatuhkanpulihan hatiku pada pria di sini. 
Akhirnya si ibu mengerti dengan peenjelasanku. Duh…! Aku makin gelisah dan 
tercekam kerinduan pada suamiku saja. Seakan tidurku terusik. Dan aku tidak 
bias menjumpai senyum dan wajah manis suamiku itu selain pada lembaran foto di 
dompetku dan
 di layer kaca HPku. hehehe
   
   
   hkg, 200306

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke