Mas MQ,
Respon saya terkait juga dng respon balik anda thd email respon anda
mengenai 'laki2 harus ihapuskan dari muka bumi ini'. 

Pertama, mbok ya jangan tertular virus J2005GN (Janoko 2005 Gak
Nyambung :-P), gitu lho :-)). Pendapat mas MQ sendiri gimana, dng
konsep 'melajang' sbg pilihan? :-) Okelah anda membawa2 artikel
abahnya ke milis ini, tapi kontribusi apa yg bisa anda berikan dari
artikel yg sudah ditulis abah terutama dlm kaitannya dng topik
diskusi? Feel free saja utk mengeluarkan pikirannya. Cuma pesan
tambahan dari saya, beranilah berpikir progressive, jangan ditahan2,
kikikiiiik :-)

Kritik saya yg kedua untuk anda, coba sesekali baca inti respon
postingnya apa biar tidak terserang virus J2005GN dan membuat diskusi
ini menjadi produktif. Tulisannya abah saya baca, lho. Tapi kok
sayang, anda sepertinya tidak menangkap inti dari respon teman2 disini. 

Eniwei, kalaupun artikel ini yg harus dibahas, ada point yg menarik
dari tulisan abah:
"Jelaslah bahwa kedudukan diskriminatif perempuan sebagai sub-
ordinat  laki-laki  (wanita  dijajah  pria  sejak  dulu   menurut 
nyanyian  Sabda Alam), bukanlah bertumpu pada  alasan  theologis, 
melainkan hanya bersifat sosio-historis-kultural." 

Pada dasarnya, kan tidak ada yg bergerak dlm ruang yg vakum. Demikian
juga agama. Termasuk bagaimana faktor yg disebut2 abah sbg faktor
'sosio-historis-kultural' berpengaruh atau berjalin kelindan atau
berinteraksi dng penerapan ketentuan agama. Bagaimana agama
'diinterpretasikan'. Tapi saya punya kritik bagaimana kemudian
argumentasi abah ini dikembangkan. Artikel abah menyebutkan soal
PERBEDAAN (fisik) dan bagaimana itu berpengaruh pada PEMBEDAAN (peran)
dan mengambil contoh kiprah perempuan di politik (biar nyambung,
mungkin lebih relevan bila dibahas di posting lain, respon anda juga). 

Cuma yg jadi pertanyaan itu bagian yg ini nih, mengenai "ekstrem kanan
dan kiri" dari "genderisme", sebagian diantaranya:

"Yang di atas itu menyangkut ayunan bandul Genderisme ke posisi
ekstrem kanan yang melabrak Syari'ah. Lalu yang mana itu posisi ayunan
bandul Genderisme pada ekstrem kiri? Nah inilah dia paradigmanya:
HOUSEWIVES ARE UNPAID SLAVES (Para isteri adalah budak-budak yang
tidak digaji). Di atasnya bertumpulah rumus Genderisme ekstrem kiri:
The abolition of institutional marriage, home and family, instead men
and women living in large communes where the welfare and rearing of
the children would be public responsibility (Penghapusan lembaga
perkawinan, rumah-tangga, menukarnya dengan hidup bersama dalam
komunitas kumpul kebo di mana kesejahteraan dan pemeliharaan anak-anak
adalah tanggung-jawab publik). Na'udzu biLlah min dzalik. WaLlahu
a'lamu bisshawab.

Apa hubungannya dng melajang? Apa lantas perempuan yg memilih utk
melajang harus dikonotasikan dng perempuan yg menganut 'free sex'? 
Atau memang, argumentasi ini didasari dari persepsi seksualitas dari
si penulis itu sendiri? Maksudnya, manusia itu pasti gak tahan dng
seks sehingga pasti harus dilampiaskan dng berhubungan seksual. Ini yg
kemudian mempengaruhi pandangan perempuan yg memilih utk melajang =
'free sex'?

wassalam,
herni



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Ini ana kirim artikel Abah ttg gender.
 
Muammar Qaddhafi, yang pakai e-mailnya Abah pd mlm/hr Jum'at
 
MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ
 
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
> 
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar] 
> 709. Genderisme yang Kebablasan
>  
> Pada 10 Desember 2005 lalu, Metro TV menayangkan Lia Aminuddin punya
"Tahta Suci Kerajaan Tuhan Eden". Tak pelak, tayangan ini memicu
kegelisahan masyarakat, FPI pun bergegas menggelar tabligh akbar di
masjid dekat markas Kerajaan Eden. Polisi pun pada 29 Desember lalu
menyeret Lia Aminuddin bersama para pengikutnya untuk diperiksa.
Sebenarnya media massa pernah meributkan ajaran sesat Lia Aminuddin
yang mengaku nabi, terus jadi Maryam dan katanya anaknya jadi Nabi Isa
yang ujung-ujungnya ia kesurupan setan yang disangkanya Jibril.
TPI-pun tidak ketinggalan menayangkan ajaran sesat Lia Aminuddin ini
dalam acara Jejak Kasus pada 2 Januari 2006.
>  
> Fenomena aktivitas Lia ini berupa bandul Genderisme yang berayun ke
posisi ekstrem kanan. Ya Genderisme dewasa ini sudah kebablasan.
Genderisme kebablasan ini dianut baik oleh perempuan maupun laki-laki.
Tidak percaya? 
>  
> Yang berikut dibeberkan jenis kelamin perempuan yang kesurupan
Genderisme yang kebablasan tsb:
>  
> Tim Pengarus-utamaan Gender (TPG), diketuai oleh Siti Musdah Mulia,
yang disponsori/didanai oleh The Asia Foundation menganggap
pemberlakuan masa iddah hanya kepada perempuan itu melanggar "aqidah"
Genderisme sehingga kebablasan bikin fiqh baru antara lain hasil
istinbathnya: Masa iddah bagi laki-laki adalah seratus tiga puluh hari
[buah fiqh baru TPG: ps.88 ayat 7(a)]. Padahal masalah iddah ini sudah
jelas diatur oleh ayat Qath'i:
> -- WALMTHLQ YTRBSHN BANFSHN TSLTSt QRWa (S. ALBQRt, 2:228), dibaca:
walmuthallaqa-tu yatarabbashna bianfusihinna tsala-tsata quru-in,
artinya: 
> -- Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'. 
> 
> Hanya perempuanlah yang ada masa iddah. Prinsip gender oleh Jaringan
yang menamakan diri Islam Liberal (JIL) meletakkan akal pada posisi
mengatasi wahyu. Prinsip gender yang secara fanatik diletakkan pada
posisi mengatasi wahyu oleh para penganut JIL, membutakan mata hati
mereka, lalu membuat bid'ah, tidak melihat bahwa hanya perempuan yang
bisa hamil, laki-laki tidak.
>  
> Hari Jum'at, 18 Maret 2005 sekelompok yang mengaku Muslim dan
Muslimah Amerika sekitar 90 orang melakukan ibadah Jum'at. Ini
jum'atan asal-asalan, karena khatibnya merangkap imam serta muadzzin
semuanya perempuan (lahir kosa-kata baru khatibah, imamah dan
muadzzinah, padahal imamah selama ini bukan berarti imam perempuan).
Khatib dan imam perempuan itu konon bernama Aminah Wadud, seorang
doktor berpangkat Associate Professor dalam filosofi dan kajian agama
di Virginia Commonwealth University, Richmond, USA. Sedangkan muadzzin
perempuan itu bernama Suehyla el-Attar yang berucap kepada Al-Jazirah
bahwa itu berdasar atas ingatannya tatkala masih kecil yang
didengarnya dari ayahnya sewaktu masih di Mesir. Parahnya lagi
muadzzin perempuan ini betul-betul asal-asalan, karena berkepala
telanjang alias tidak bertutup kain telekung. Betul-betul liberal,
liberte et egalite. Jum'atan asal-asalan ini diselenggarakan oleh yang
mengaku Progressive Muslim Union bertempat di aula Synod House pada
Katedral St. John the Divine. Dalam talkshow di TV Aminah Wadud ini
dibela oleh dedengkot dari JIL.
>  
> Yang berikut ini disajikan jenis kelamin laki-laki yang juga
kesurupan hantu Genderisme yang kebablasan tsb:
>  
> Dr Nas(a)ruddin Umar, yang juga benggolan JIL, menulis tentang
Wacana Genderisme dan Wahyu untuk Ibu Nabi Musa, ada Nabi yang
perempuan. Ini dibuktikan dengan sebuah wahyu yang menyebutkan... "dan
kami wahyukan kepada ibu Nabi Musa." Wahyu adalah pesan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada seorang Nabi dan bukan orang
sembarangan. Hanya karena pada saat wahyu itu turun, dunia (Arab
khususnya) sangat tidak bersahabat dengan perempuan; maka nabi
perempuan sangat tidak populer, demikian menurut Nas(a)ruddin. 
> [Sumber: http://www.suaramerdeka.com/harian/0103/23/kha5.htm
> Jumat, 23 Maret 2001  Karangan Khas]
>  
> Buah pikiran Nas(a)ruddin Umar tentang adanya Nabi perempuan itu
menunjukkan bahwa Nas(a)ruddin berpikir parsial, tidak kaffah, karena
dia hanya melihat ayat tentang ibu Nabi Musa AS yang mendapatkan
wahyu. Tidak semua yang mendapat wahyu itu Nabi. Al-Quran juga
menyebutkan bahwa lebahpun mendapatkan wahyu. Apakah lebah itu boleh
disebut Nabi? Kalau mau bersilat lidah bahwa yang dimaksudkan pada
lebah adalah instink, maka simaklah ayat berikut: 
> -- FB'ATs ALLH ALNBYN MBSyRYN WMNDzRYN WANZL M'AHM ALKTB BALhQ LYhKM
BYN ALNAS FYMA AKhTLFWA FYH (S. ALBQRt, 2:213), dibaca: faba'atsa
Lla-hun nabiyyi-na mubasysyiri-na wamundziriyna waanzala ma'ahumul
kita-ba bil haqqi liyahkuma baynan na-si fi-makh talafu- fi-hi, artinya: 
> -- Maka Allah membangkitkan nabi-nabi  untuk penggembira dan
penggentar dan menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran
untuk (menetapkan keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan (2:213).
>  
> Jadi menurut ayat [2:213] barulah perlu dan cukup tentang kriteria
seorang Nabi ialah mendapat wahyu dan mendapatkan Kitab sebagai
rujukan untuk menetapkan keputusan hukum (yahkum). Nas(a)ruddin
membuat definisi "seenak" benaknya mengenai ta'rif (definisi) Nabi.
Tidak ada keterangan dalam Nash bahwa Allah SWT menurunkan Kitab
kepada ibu Nabi Musa AS. Tampaklah pula ciri-khas pola pikir penganut
JIL yaitu konfigurasi akal mengatasi wahyu.
>  
> ***
>  
Yang di atas itu menyangkut ayunan bandul Genderisme ke posisi ekstrem
kanan yang melabrak Syari'ah. Lalu yang mana itu posisi ayunan bandul
Genderisme pada ekstrem kiri? Nah inilah dia paradigmanya: HOUSEWIVES
ARE UNPAID SLAVES (Para isteri adalah budak-budak yang tidak digaji).
Di atasnya bertumpulah rumus Genderisme ekstrem kiri: The abolition of
institutional marriage, home and family, instead men and women living
in large communes where the welfare and rearing of the children would
be public responsibility (Penghapusan lembaga perkawinan,
rumah-tangga, menukarnya dengan hidup bersama dalam komunitas kumpul
kebo di mana kesejahteraan dan pemeliharaan anak-anak adalah
tanggung-jawab publik). Na'udzu biLlah min dzalik. WaLlahu a'lamu
bisshawab.
>  
> *** Makassar, 8 Januari 2006
>     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> ========================
>  
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
> 
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 329. Bukan Theologis Melainkan Sosio-Historis-Kultural
> 
>     Partai-partai   politik   dalam  era   reformasi   ini   pada 
> bermunculan, di antaranya Partai Perempuan yang diprakarsai  oleh 
> novelis  La Rose dan Titi Said. Hemat saya, boleh jadi  munculnya 
> Partai Perempuan ini yang antara lain menimbulkan inspirasi  dari 
> Kohati  Korkom  UMI.  Yaitu pada hari Kamis 2  Juli  1998  Kohati 
> Korkom  UMI  menyelenggarakan Dialog  Kemuslimahan  bertempat  di 
> Kampus UMI. Saya mendapat amanah memberikan sekapur sirih. Amanah 
> ini  saya terima dalam rangka memperingati Mawlud  Nabi  Muhammad 
> SAW. Saya padatkan sajian sekapur sirih itu seperti berikut.
> 
>     Secara  sosio-historis-kultural  dalam dunia  Islam  ada  dua 
> pandangan  yang saling bertolak belakang di mata  kaum  laki-laki 
> mengenai  aktivitas perempuan "di luar rumah" terutama bagi  yang 
> sudah  bersuami.  Ada yang membolehkan ada yang  menolak.  Bahkan 
> tidak  kurang jumlahnya dari pihak perempuanpun  pasrah  menerima 
> statusnya   dan   mencoba  berupaya  mencintai   dan   menyenangi 
> kedudukannya  sebagai  makhluk manusia nomor  dua  dengan  alasan 
> theologis menurut anggapan mereka. 
> 
>     Sebenarnya pandangan bahwa kaum perempuan adalah  sub-ordinat 
> dari  kaum  laki-laki bertolak dari kisah bahwa  Sitti  Hawa  itu 
> diciptakan Allah dari tulang rusuk Adam yang dicabut tatkala Adam 
> sedang  tidur.(*) Bahkan Sitti Hawa dari tulang  rusuk  Adam  ini 
> dijadikan   sebagai   justifikasi   theologis   ilmu   kejantanan 
> (kaburu'neang)  dalam kalangan suku Bugis Makassar,  agar  kemana 
> saja  pergi  harus menyisipkan badik di  pinggang.  Karena  belum 
> sempurna  sifat  jantan dalam dirinya apabila tulang  rusuk  yang 
> hilang itu tidak disubstitusi dengan badik.
> 
>     Sikap  pasrah  sebagian  perempuan  sebagai  sub-ordinat  ini 
> timbul,  oleh  karena  secara theologis  mereka  merasa  bersalah 
> kepada laki-laki. Sitti Hawalah yang mempengaruhi membujuk bahkan 
> merengek  Adam supaya makan buah larangan. (Iblis menamakan  buah 
> larangan  ini dengan buah khuldi, artinya buah kekekalan,  khuldi 
> dari akar Kha, Lam, Dal artinya kekal).
> 
>     Sebenarnya kisah di atas itu bersumber dari Israiliyat, yaitu 
> produk  budaya bangsa Israil, yang tidak berasal dari wahyu  yang 
> diturunkan Allah kepada Nabi Musa AS. Di dalam Al Quran tidak ada 
> disebutkan bahwa Sitti Hawa dari tulang rusuk Adam. Dalam  Hadits 
> yang  diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim memang ada  disebutkan 
> bahwa  perempuan  (bukan Sitti Hawa!) dari  tulang  rusuk  (tidak 
> disebutkan  dari  rusuknya Adam!). Hadits  adalah  penjelasan  Al 
> Quran, akan tetapi tidak menambah substansi. Jadi perempuan  dari 
> tulang  rusuk, AL Mar.atu min Dhil'In, adalah metaphoris. Apapula 
> jika   dibaca   Hadits   itu  secara   lengkap,   yang   artinya: 
> perlakukanlah  perempuan itu dengan bijak, karena  perempuan  itu 
> dari  (baca: bersifat) tulang rusuk. Kalau dibiarkan ia  bengkok, 
> kalau dikerasi ia patah.
> 
>     Kaum  perempuan  tidak usah  dibayang-bayangi  rasa  bersalah 
> karena Sitti Hawa telah membujuk Adam makan buah larangan,  sebab 
> di dalam Al Quran Allah berfirman:
> 
>     FaazaLlahuma sysyaytha-nu (S. Al Baqarah, 2:36),
>     maka syaytan menipu keduanya.
> 
>     Ayat  (2:36)  menjelaskan bahwa tidak ada  diskriminasi  atas 
> Adam dan Sitti Hawa, yaitu keduanya (huma-) sama-sama bersalah.
> 
>     Jelaslah bahwa kedudukan diskriminatif perempuan sebagai sub-
> ordinat  laki-laki  (wanita  dijajah  pria  sejak  dulu   menurut 
> nyanyian  Sabda Alam), bukanlah bertumpu pada  alasan  theologis, 
> melainkan hanya bersifat sosio-historis-kultural. 
> 
>     Memang  dari  segi  jasmani ada  perbedaan  laki-laki  dengan 
> perempuan,  sebab  pada laki-laki normal  hormon  jantannya  60%, 
> sedangkan  hormon betinanya hanya 40%, sedangkan sebaliknya  pada 
> perempuan  normal  hormon betinanya yang  60%,  sedangkan  hormon 
> jantannya  hanya 40%. Hormon jantan sifatnya keras aktif,  hormon 
> betina  sifatnya lembut pasif, secara nafsani yang jantan  merasa 
> melindungi  dan betina merasa dilindungi.  Itulah sebabnya  dalam 
> konteks   kehidupan  berumah  tangga  berlaku  qaidah: ar rija-Lu 
> qawwa-muwNna 'ala nnisa-i,  laki-laki  (baca: suami) itu pemimpin  
> atas perempuan (baca: isteri). Suami adalah Kepala Negara, isteri 
> adalah Menteri Dalam Negeri.  Juga di dalam lapangan bulu tangkis  
> perempuan game pada angka 11, sedangkan laki-laki pada angka 15.
> 
>     Akan  tetapi  secara nafsani dan ruhani tidak  ada  perbedaan 
> antara   laki-laki  dengan  perempuan,  yang   secara   eksplisit 
> dinyatakan oleh Firman Allah:
> 
>     Inna lmuslimi-na wa Lmuslima-ti 
>     wa lmu'mini-na wa lmu'mina-ti
>     wa lqa-niti-na wa lqa-nita-ti 
>     wa shsha-diqi-na wa shsha-diqa-ti 
>     wa shsha-biri-na wa shshabira-ti 
>     wa lkha-syi-i-na wa lkha-syi'a-ti 
>     wa lmutashaddiqi-na wa lmutashaddiqa-ti 
>     wa shsha-imi-na wa shsha-ima-ti 
>     wa lha-fizhi-na furu-jahum
>     wa lha-fizha-ti
>     wa dzdza-kiri-naLla-ha katsi-ran 
>     wa dza-kira-ti
>     a'addaLla-hu maghfiratan 
>     wa ajran 'azhi-man (S. Al Ahza-b, 33:35). 
> 
>     yang artinya:  Sesungguhnya orang-orang Islam  laki-laki  dan 
> orang-orang  Islam perempuan, orang-orang beriman  laki-laki  dan 
> orang-orang  beriman  perempuan, orang-orang taat  laki-laki  dan 
> orang-orang  taat  perempuan,  orang-orang  benar  laki-laki  dan 
> orang-orang  benar  perempuan, orang-orang  sabar  laki-laki  dan 
> orang-orang  sabar perempuan, orang-orang khusyu'  laki-laki  dan 
> orang-orang khusyu' perempuan, orang-orang dermawan laki-laki dan 
> orang-orang  dermawan perempuan, orang-orang  berpuasa  laki-laki 
> dan  orang-orang berpuasa perempuan, orang-orang  laki-laki  yang 
> memelihara kesuciannya dan orang-orang perempuan yang  memelihara 
> kesuciannya,  orang-orang laki-laki yang  berzikir  banyak-banyak 
> dan  orang-orang perempuan yang berzikir, maka Allah  menyediakan 
> bagi mereka pahala yang besar.
> 
>     Alhasil  para  muslimat dapat saja  aktif  berpolitik  dengan 
> persyaratan memiliki sifat-sifat terpuji menurut ayat (33:35) dan 
> bagi  yang  telah  berumah tangga sanggup  membagi  waktunya  dan 
> mendapat izin dari suaminya. Bahkan dapat pula mendirikan  Partai 
> Muslimat yang berasaskan Islam, mengapa tidak ?! 
>     WaLla-hu a'lamu bishshawab.
> 
> *** Makassar, 5 Juli 1998
>     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> -------------
> (*)
> Telah dibahas dalam Seri 183 yang berjudul:  "Perempuan Dijadikan
> dari Tulang Rusuk?", ttg. 2 Juli 1955
> 
> MQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQMQ
>  
> 
>  
>  
>   ----- Original Message ----- 
>   From: Riris Andono Ahmad 
>   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
>   Sent: Tuesday, March 21, 2006 16:24
>   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Melajang Sebuah Pilihan atau
Keterpaksaan
> 
> 
>   Betul mba Herni,
> 
>   Emang peran tradisional gender kadang mengenakkan tapi sering juga  
>   bikin eneg..
> 
>   Lha gimana gak eneg kalo belanja hanya berperan sebagai sopir dan  
>   tukang angkut.. atau.. tukang reparasi rumah.. belum lagi kalo masih  
>   diminta juga berpartisipasi dalam urusan peran gender yang secara  
>   tradisional dilakukan perempuan seperti masak, mencuci.. :p
> 
>   Belum lagi kalo keluar kota harus kuat melek sendiri, sementara yang  
>   laen bisa tidur nyenyak karena gak harus secara otomatis jadi
sopir.. :D
> 
>   Terus apa ruginya kalo kita ditembak duluan.. bukankah itu  
>   menunjukkan kalo we have something to be proud of sebagai laki- 
>   laki... hehehehe... sampai membuat seorang perempuan begitu  
>   menginginkan kita :D
> 
>   Dan bukankah sesuatu dipikul berdua jelas akan menjadi lebih ringan  
>   daripada dibebankan pada seorang saja..
> 
>   So..  saya mendukung restrukturisasi dan refungsionalisasi peran  
>   gender.. Hidup gender.. :))
> 
>   =========================
>   On 18 Mar 06, at 19:33, Herni Sri Nurbayanti wrote:
> 
>   > Mas Donnie,
>   >
>   > Setuju. Baru sampe asumsinya saja, tulisan ini agak janggal. Asumsi
>   > pertama, perempuan lebih banyak dr laki2. Asumsi kedua,
perempuan itu
>   > menunggu! Asumsi ketiga, permasalahannya di perempuan (yg
mungkin krn
>   > dianggap tidak mau menerima poligami). Asumsi pertama sudah
>   > terbantahkan oleh mas donnie. Asumsi ke-2, perempuan tidak selalu
>   > menunggu. You want something? Go get it (or him :P), girl! :-) Yg
>   > ketiga, mungkin permasalahannya justru di laki2 yg gagap merespon
>   > perubahan yg terjadi pada perempuan masa kini :-) Mungkin gejala
>   > krisis maskulinitas, hehehe... which is very normal. Itu yg terjadi
>   > ketika kita hanya fokus pada pemberdayaan perempuan tapi tidak
>   > memberdayakan atau tidak mengikutsertakan laki2nya dalam proses
>   > perubahan. Yg terjadi adalah, perempuan berkembang pesat tapi tidak
>   > menyelesaikan masalah dan malah menimbulkan masalah baru karena
tidak
>   > mengubah relasi kekuasaanya. Level playing fieldnya tidak berubah.
>   >
>   >
>   > wassalam,
>   > herni
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke