:=))) Kang dws, Thanks atas artikelnya, saya setuju sekali dengan analogi itu. manusia emang paling pinter bikin analogi (saya belum pernah baca celeng bikin analogi sorry celeng ini binatang favorit saya).
kalo mau sedikit meresapi dan belajar dari agama lain, agama paling lama yg mampu bertahan dan ada dalam catatan sejarah adalah agama RA, agamanya orang mesir, bertahan selama 5.000 tahun. Budha berumur sekitar 2.200 tahun, kristen (dengan seluruh distronya -baca ordo-) sudah berumur 2.000 tahun, si bungsu islam sudah 1.400 tahun. Semua agama mengklaim akan menjadi agama sepanjang jaman, padahal sulit meramal berapa tahun umur jagad raya ini bakal bisa bertahan. Budha dan Hindu menempatkan kasta para brahma sebagai satu-satunya pihak dengan otoritas menafsirkan agama : umatnya hanya dianggap kambing congek yg boleh manthuk2 dan diseret kemanapun tanpa boleh memberikan usulan. Katholik roma secara tidak transparan memberikan otoritas kepada dewan ulama (kependetaan) untuk menafsir kitab suci mereka. Analoginya-pun umat adalah domba dan pendeta/pastor adalah gembalanya. Dalam soal ini posisi pendeta/pastor sama dengan cowboy ala amerika dalam iklan rokok produksi phillip morris. Mungkin dikarena Jesus berprofesi sebagai gembala domba. Kanjeng Nabi Muhammad (untunglah Gusti Allah milih dia), seorang pedagang. kebanyakan pedagang yg baik sangat menghormati pelanggan mereka; mungkin karena ini Kanjeng Nabi menghormati umatnya. Pedagang jujur memberitahukan barang dagangan yg kurang baik kepada pelanggan. Kanjeng Nabi ini punya pewaris dibidang perangkat lunak, namanya Linus Torvald. Kanjeng Nabi memberikan 'source code' saja kepada umatnya, silahkan diselidiki sendiri, dibaca, dicompile dan dioperasikan buat menjalankan mesin masing2 yg tidak seragam. Tapi ulama islam kebanyakan merasa diri mereka pewaris nabi dan punya otoritas untuk menafsirkan source code al-qur'an. penafsiran orang lain dianggap 'keliru'. Islam tidak mengenal dewan kependetaan sebagaimana katholik roma atau hindu/budha. Tapi sekarang majlis ulama, dewan ulama, dibentuk dimana-mana dan merasa paling berhak menafsirkan kitab suci. Islam yg mulanya open source oleh beberapa gelintir ulama akan diubah jadi closed source. Tentu saja untuk menafsirkan source code tidak boleh sembarangan, kalo salah compile mesin kagak jalan, selama mesin jalan berarti kompilasinya benar, walo aromanya mungkin beda. sekarang terserah umat islam, akan menyerahkan kompilasi agama kepada beberapa gelintir developer atau kita bersama-sama membaca source code dan menggunakan untuk mesin kita masing2. Mazhab benar-benar mirip distro, hanya sebuah bundel hasil kompilasi. suse membundel aplikasi sebanyak 5 cd, debian sarge bikin sampai 14 cd, ubuntu cukup 1 cd tapi disediakan server untuk update dan instalasi baru, paket yg dibutuhkan. Kita hidup rata-rata 60-70 tahun, tentu tidak membutuhkan seluruh program untuk menjalankan hidup. kebutuhan tukang jualan sarung macam saya beda dengan kebutuhan doktor fisika partikel seperti dws, juga beda kebutuhan seorang dokter ahli bedah kosmetik seperti kang donnie yang sekali melayani pasien fee nya ratusan juta (kalo mau mengubah hidung atau kuping hubungi dia). Kebutuhan he-man yg tiap hari menjaga bengkel mobil pasti beda dengan Mia yg bercita cita jadi nabi dan mempromosikan poliadri life style. Islam menurut saya akan ditinggalkan kalo tetap membiarkan ulama menjadi satu-satunya otoritas penafsir alias menjadi closed source, tapi akan tetap bertahan bila menjaga jiwa open source sebagaimana islam dilahirkan. Gak masalah beda aroma, yg penting mesin kehidupan kita jalan dengan baik, tokh kita tak mungkin menjalankan tafsiran untuk 64 bit di mesin 32 bit, bisa heng terus atau gak jalan sama sekali. salam open source --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > terlepas islam liberal itu imajinasi, > saya lebih suka meneruskan diskusi mazhab islam sebagai distro seperti > dalam linux :-) > > Linux adalah contoh terbaik proyek Open Source. > Kalau MS Windows adalah sistem operasi buatan Microsoft yang pemakai > tidak bisa melihat "jeroannya" hanya boleh tinggal pakai di level user > interface, > maka Linux tersedia "source code" (kalimat-kalimat perintah dalam > bahasa pemrograman), yang bebas dibaca oleh pemakai, diubah (misalnya > nama Ubuntu Linux diganti SabriNux) dikompilasi ulang dan > disebarluaskan kembali. Itu yang dinamakan Open Source. > > Bisakah konsep Open Source diterapkan dalam pemahaman beragama? > Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/