Emang metode fundies tentang teks itu gimana , saya ambil contoh perda
bulukumba
lagi.Ini kan keliatan kalo fundies pake metode yang sangat ngaco dan sesat.
Dalam menetapkan hukum fundies itu tidak merujuk pada teks , tapi tetapkan
dulu hukumnya lalu comot hadis atau ayat mana aja sebagai pembenaran
walaupun
kagak nyambung sama sekali.Liat aja perda larangan nikah bagi yang nggak
bisa ngaji dalilnya dibebaskannya tawanan perang badar kalo mengajar
baca tulis.Lha hubungannya mana..? , makanya berulang kali gw katakan
kepada orang-orang fundies dalam hubungannya dengan JIL  "SESAMA ORANG
SESAT DILARANG SALING MENYESATKAN"


----- Original Message -----
From: "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Cc: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, August 09, 2006 10:42 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Nikah Misyar : Praktek Perzinahan , Sex
bebas , dan Prostitusi ala Harokah


> ArCon masuk Fajar, yang Seri 655, 656 di bawah bukan?
> Kok merasa terhina, karena kagak bisa jawab, ya ?
>
> HMNA.
>
> *****************************************************************
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 655 Jaringan Tangan-Tangan Gurita
>
> Dalam Seri 654 ybl telah ditulis bahwa kebudayaan menyembah berhala modern
> itu ibarat gurita yang menjulurkan tangan-tangannya membentuk jaringan ke
> seluruh permukaan globa kita ini yang berwujud globalisasi.
>
> Cobalah disimak sikap berpikir penyembah berhala modern ini. Berikut
> contohnya: "Berpegang pada teks atau tidak hanya merupakan soal pilihan.
> Artinya, dengan atau tanpa teks, manusia dengan potensi dasarnya berupa
> rasionalitas dan kebebasan bisa mengatasi diri serta dunianya jika mampu
> mengembangkan akalnya seluas-luasnya. Tanpa mempercayai kemampuan manusia,
> sangat sulit mengharapkan perubahan-perubahan ke arah yang lebih beradab.
> Dengan mengembalikan fungsi rasio serta kebebasan akal, manusia akan
kembali
> menjadi makhluk dengan kemampuan tak terduga." Demikian pernyataan Masdar
> Farid Mas'udi pengagas reka-yasa "fiqh baru" yang telah menulis "Meninjau
> Ulang Waktu Pelaksanaan Haji".
>
> Beberapa waktu lalu, juluran tangan gurita itu berwujud sebuah workshop
> bertemakan 'Kritik Wacana Agama' digelar di Jakarta. Penyelenggaranya,
yang
> menamakan diri Jaringan Islam Liberal (JIL) dan International Center for
> Islam and Pluralism (ICIP), menghadirkan Nasr Hamid Abu Zayd sebagai
> pembicara utama. Acara tersebut dilaporkan oleh media masa seperti Suara
> Merdeka, Media Indonesia, dll. Nasr Hamid Abu Zayd ini, yang berupa pion
> yang melekat pada ujung jari gurita, adalah salah seorang gembong pemuja
> berhala modern, yang antara lain berpendapat dan mengatakan bahwa iman
> kepada perkara-perkara ghaib merupakan indikator akal yang larut dalam
> mitos. Berpendapat dan mengatakan bahwa patuh dan tunduk kepada teks-teks
> agama adalah salah satu bentuk perbudakan.
>
> Abu Zayd mengakui pengalamannya belajar di Amrik sungguh-sungguh membawa
> hasil, dan ia menyatakan sangat berhutang budi atas kesempatan yang
> diberikan kepadanya itu. Di sanalah ia terbelalak matanya bertemu ilmu
yang
> belum pernah terlintas dalam benaknya selama ini, yaitu hermeneutika.
> Baginya, hermeneutika adalah ilmu baru yang bermanfaat dalam berolah otak.
> "My academic experience in the United States turned out to be quite
> fruitful. I did a lot of reading on my own, especially in the fields of
> philosophy and hermeneutics. Hermeneutics, the science of interpreting
> texts, opened up a brand-new world for me. I owe much of my understanding
of
> hermeneutics to opportunities offered me during my brief sojourn in the
> United States"
>
> Seperti anak kecil yang baru dapat pistol mainan, ia segera mencari
sasaran
> tembak di sekitarnya. Kalau pisau hermeneutika bisa dipakai untuk membedah
> Bibel, maka tentu itu dapat pula digunakan untuk mengkritisi Al Quran.
> Bukankah keduanya itu sama, sama-sama kitab suci. Demikian logika Abu Zayd
> yang memakai asas paralelisme. Itulah dia Abu Zayd yang memposisikan
akalnya
> mengatasi wahyu, penyembah berhala modern. Maka hasil benak Abu Zayd tidak
> lain dari gagasan-gagasan 'nyleneh' yang diisapnya dari tradisi pemikiran
> dan pengalaman intelektual barat, yang menyembah berhala modern dan suka
> mengolok-olok dan mengutak-atik Islam.(*)
>
> Kegenitan mengkritisi Al Quran dan asas paralelisme ini berimbas pula
kepada
> beberapa orang yang saya jumpai di cyber space, antara lain (cukup dua
orang
> saja). Muh. Syafei dalam gaya bahasa gaul nyleneh: Apa iya kritik matan
> Hadits bisa dibawa ke tingkat yg lebih tinggi (Quran)? Mestinya sih bisa
ya
> .. cuman, resistensinya itu lho .. mana tahan. Ari Condro yang berlagak
> seperti juru damai mengoceh: Kalau para penafsir Injil sudah berdamai
dengan
> metode hermeneutika, maka para penafsir Al Quran logikanya secara legowo
> berdamai pula dengan metode hermeneutika ini.
>
> Itu dua orang dari cyber space. Berikut ini saya kemukakan yang bukan dari
> cyber space, tetapi pernah bertemu dengan saya face to face dalam forum
> mujadalah (diskusi) bulanan yang diselenggarakan oleh DPP Ikatan Masjid
> Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM) di Islamic Centre pada 5 Sya'ban
1423
> H / 12 Oktober 2002, namun bukan mengenai hermeneutika, tetapi tentang
Islam
> Liberal. Yaitu Drs. Taufik Adnan Amal MA (TAA), seorang tokoh dari
Jaringan
> Islam Liberal, dosen Institut Agama Islam Negeri Alauddin Makassar.
>
> Dalam karya otaknya dengan pisau analisis hermeneutika yang berjudul "Al
> Quran Antara Fakta dan Fiksi" TAA antara lain menulis: "Sejak pewahyuannya
> hingga kini, al-Quran telah mengarungi sejarah panjang selama empat belas
> abad lebih. Rincian perjalanan historis kitab suci ini, terutama pada
> tahapan awalnya, telah ditempa serta dijalin dengan sejumlah fiksi dan
mitos
> yang belakangan diterima secara luas sebagai fakta sejarah. Selanjutnya,
> kiraat pra-utsmani terkadang memberikan makna yang lebih masuk akal
> dibanding kiraat dalam tradisi teks utsmani. Saya ingin mengulang kembali
> contoh yang pernah dikemukakan Luthfi (juga seorang tokoh JIL -HMNA-):
> Bacaan 'ibil' (unta, 88:17) dalam konteks 88:17-20, sangat tidak koheren
> dengan ungkapan 'al-sama'' (langit), 'al-jibal' (gunung-2), dan 'al-ardl'
> (bumi). Dalam bacaan Ibn Mas'ud, Aisyah, Ubay, kerangka grafis yang sama
> dibaca dengan mendobel 'lam', yakni 'ibill' (awan). Bacaan pra-utsmani
ini,
> jelas lebih koheren dan memberikan makna yang lebih logis ketimbang bacaan
> mutawatir ibil. Selanjutnya pula: Bagi rata-rata sarjana Muslim,
> 'keistimewaan' rasm utsmani merupakan misteri ilahi dan karakter
> kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini lebih merupakan mitos
ketimbang
> prasangka dogmatis. Manuskrip-manuskrip mushaf utsmani yang awal cenderung
> menyangkali karakter ilahiyah semacam itu. Dalam manuskrip-manuskrip ini,
> tidak terlihat adanya kesepakatan dan keseragaman dalam penyalinan teks
> al-Quran. [sumber: www.Islamlib.com].
>
> Maka Jaringan Tangan-Tangan Gurita itu wajib hukumnya untuk dijawab,
karena
> ini termasuk jihad intelektual. Sudilah kiranya para pembaca sabar
menanti,
> insya-Allah akan dijawab dalam Seri 656 yad. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 19 Desember 2004
>      [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> -----------------------------------
> (*)
> Hermenutika bertitik tolak dari asumsi sebagai postulat. Hermeneutika
> epistemologis dialektis yang diterapkan Abu Zayd mempunyai asumsi bahwa
> kenabian adalah merupakan tingkatan yang kuat dari tahap tingkatan khayal
> yang timbul dari efektifitas daya khayal manusia. Perbedaan antara para
> Nabi, sufi dan pujangga hanyalah merupakan perbedaan gradual, bukan
> perbedaan dalam jenis. Berangkat dari asumsi ini Abu Zaid mempergunakan
tool
> hermeneutika epistemologis dialektis untuk mengkritisi Al-Quran. Menurut
Dr.
> Emarah, Abu Zayd adalah salah seorang kader di antara para kader
> sosialis-marxis arab muda saat ini.
>
> ===================================
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 656 Menjawab Tangan-Tangan Gurita
>
> Sebermula, perlu kiranya pembaca menengok kembali Seri 655 yang baru lalu.
> Metode yang termaktub dalam Al Quran, yaitu metode yang eksak secara
> matematis, sistem keterkaitan 19, seperti yang sering dibahas dalam Serial
> ini:
> -- 'ALYHA TS'At 'ASyR, (S. ALMDTSR, 74:30), dibaca: 'alayha- tis'ata
> 'asyara, artinya: Padanya sembilan belas, lebih "sophisticated" dari
metode
> hermeneutika. Mengapa? Karena metode hermeneutika hanya sampai
membicarakan
> kata, akan tetapi metode Al Quran bukan hanya sampai pada kata, tetapi
> sampai kepada huruf dan bilangan, sedangkan pada Bible orang tidak bisa
> bicara huruf, dalam bahasa apa dan huruf mana dari Bible yang akan diambil
> jadi obyek pembahasan?
>
> Perkara para penafsir Injil (bukan Injil saja, melainkan Bible secara
> keseluruhan -HMNA-) sudah berdamai dengan metode hermeneutika, maka
mengapa
> para penafsir Al Quran tidak mau legowo berdamai pula dengan metode
> hermeneutika ini, seperti dikehendaki oleh Ari Condro, maka dengan tegas
> saya jawab: Itu urusan ummat Nashrani mau berdamai dengan hermeneutika,
> tetapi para penafsir Al Quran tidak perlu dan tidak ada gunanya berdamai
> dengan hermeneutika dengan argumentasi seperti berikut:
> -- pertama, ketiadaan bahasa asal Bible dewasa ini, maka mau tidak mau,
suka
> atau tidak suka para theolog Yahudi dan Nashrani mencari jalan dan
> metodologi untuk memahami kembali Bible melalui hermeneutika, sedangkan
> bahasa asal Al Quran tetap exist, bahkan bahasa Arab itu hidup karena
> pengaruh yang dihidupkan oleh bahasa Al Quran (bandingkan dengan nasibnya
> bahasa yang dipakai dalam Taurah, yaitu bahasa 'Ibriyyah (Hebrew) kuno
yang
> telah mati, nasibnya bahasa yang dipakai dalam Injil, yaitu bahasa Aram
yang
> telah mati, dan nasibnya bahasa yang dipakai dalam Veda, yaitu bahasa
> Sangsekerta yang telah mati).
> -- kedua, mau tidak mau, suka tidak suka, mereka harus berdamai, berhubung
> di dalam Bible tidak ada termaktub tentang metode yang menentang metode
> hermeneutika ini, sedangkan seperti dikemukakan di atas dalam Al Quran ada
> termaktub metode yang eksak secara matematis, yaitu metode sistem
> keterkaitan 19 untuk melawan metode hermeneutika yang antara lain berupaya
> dengan sia-sia untuk membongkar keotentikan mushhaf (teks) Al Quran Rasm
> 'Utsmaniy, seperti yang diupayakan oleh Taufik Adnan Amal MA (TAA), dalam
> karya otaknya berjudul "Al Quran Antara Fakta dan Fiksi" tersebut.
>
> Maka asas paralelisme Abu Zayd dan Ari Condro yang memparalelkan Al Quran
> dengan Bibel tersungkurlah sudah dengan kedua argumentasi di atas itu.
>
> Akan diberikan sebuah contoh di antara sekian banyak contoh yang telah
> dikemukakan dalam Kolom yang saya asuh ini. Khusus untuk menjawab bahasa
> gaulnya Muh Syafei yang nyleneh tersebut, saya ulang menulisnya: Apa iya
> kritik matan Hadits bisa dibawa ke tingkat yg lebih tinggi (Quran)?
Mestinya
> sih bisa ya .. cuman, resistensinya itu lho .. mana tahan. Maka ini
jawaban
> saya: Bukan mana tahan, tetapi ditahan oleh sistem keterkaitan matematis
19.
> Memang ada perbedaan antara Al Quran dengan Hadits, pertama dari segi
> balaghah bahasa Al Quran lebih tinggi dari bahasa yang dipakai dalam
Hadits,
> kedua dalam hal Al Quran substansi dan redaksionalnya (teks) otentik,
> sedangkan dalam hal Hadits substansinya yang otentik, tetapi teksnya
tidak,
> sehingga adab mengucapkan atau menuliskan Hadits dianjurkan ditambah
dengan
> aw kamaa qaala (atau seperti yang dikatakan). Mengapa saya katakan kritik
> matan (teks) Al Quran bukan mana tahan tetapi ditahan?
>
> Mari kita kritik kata BSM (bismi) dalam BSM  ALLH  ALRHMN  ALRHYM.
> Sebenarnya BSM harus terdiri dari 4 huruf, bukan tiga huruf, yaitu
> seharusnya BASM, oleh karena kata ini terdiri dari huruf jar B (bi) dan
ism
> ASM (ismun), jadi dalam menuliskan BSM sebenarnya telah dicopot Alif, dari
> BASM menjadi BSM. Namun kritik ini ditahan (bukan: mana tahan) oleh alat
> kontrol sistem keterkaitan matematis 19. Coba lihat hasil kritik teks,
yaitu
> BSM menjadi BASM, yakni BASM  ALLH  ALRHMN  ALRHYM, silakan dihitung
sendiri
> 20 jumlah huruf bukan? Dan coba hitung sendiri teks yang asli: BSM  ALLH
> ALRHMN  ALRHYM, 19 huruf bukan? Jadi bukan mana tahan tetapi ditahan oleh
> alat kontrol sistem keterkaitan matematis angka 19.
>
> Contoh Basmalah di atas juga untuk menjawab olah akal TAA: "Rincian
> perjalanan historis kitab suci ini, terutama pada tahapan awalnya, telah
> ditempa serta dijalin dengan sejumlah fiksi dan mitos yang belakangan
> diterima secara luas sebagai fakta sejarah. Bagi rata-rata sarjana Muslim,
> 'keistimewaan' rasm utsmani merupakan misteri ilahi dan karakter
> kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini lebih merupakan mitos
ketimbang
> prasangka dogmatis." Wahai TAA, ini bukan fiksi dan mitos, melainkan fakta
> sejarah dan karakter kemu'jizatan Al Quran, karena keotentikan "teks" Rasm
> 'Utsmaniy diperkuat oleh data numerik yang eksak.(*)
>
> Yang terakhir kritik TAA atas teks "ibil" dalam Rasm 'Utsmany dengan
> pendekatan qiraah, bahwa bacaan "ibil" (unta, 88:17) dalam konteks
88:17-20,
> sangat tidak koheren dengan ungkapan "al-sama'" (langit), "al-jibal"
> (gunung-2), dan "al-ardl" (bumi). Dalam bacaan Ibn Mas'ud, Aisyah, Ubay,
> kerangka grafis yang sama dibaca dengan mendobel "lam", yakni "ibill"
> (awan). Bacaan pra-utsmani ini, jelas lebih koheren dan memberikan makna
> yang lebih logis ketimbang bacaan mutawatir ibil.
>
> Perkataan "ibil" (takhfif) mempunyai dua makna: pertama unta, dan yang
kedua
> awan yang membawa hujan. Maka rasm "ibil" itu bisa memuat makna unta dan
> awan sekaligus, sedangkan rasm "ibill" (tatsqil) ia hanya memuat makna
awan
> semata-mata. Lagi pula menurut Imam Al Qurthubi perkataan "ibil" itu
> muannats (gender perempuan), sesuai dengan pemakaian fi'il mabniy majhul
> "khuliqat", dalam ayat:
> -- AFLA YNZHRWN ALY ALABL KYF KHLQT (S. ALGHASYYt, 88:17), dibaca: afala-
> yanzhuru-na ilal ibili kayfa khuliqat (s. algha-syiyah), artinya: Tidakkah
> mereka memperhatikan ibil bagaimana (ia) diciptakan.
>
> Jadi Rasm 'Utsmaniy "ibil" yang berarti awan yang mengandung hujan dan
unta
> lebih komprehensif ketimbang qiraah "ibill" yang hanya berarti awan, yang
> dikemukakan TAA sebagai penyambung lidah Luthfi(**) tersebut. Alih-alih
mau
> mengkitik/meluruskan rasm "ibil" dengan qiraah "ibill", TAA dan sekaligus
> Luthfi jadinya tersungkur.
>
> Tulisan Masdar Farid Mas'udi "Meninjau Ulang Waktu Pelaksanaan Haji",
telah
> dibahas panjang lebar dalam Seri 614, berjudul "Masalah Lempar Jamrah di
> Mina Tidak Perlu Fiqh Baru", jadi yang berminat silakan dibaca Seri 614
> tersebut. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 26 Desember 2004
>      [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> ------------------------------
>
> (*)
> Tabulasi jumlah huruf alif+lam+mim dalam 8 surah yang dibuka dengan 3
huruf
> [alif, lam, mim] setelah Basmalah yang diikat oleh bilangan interlock 19,
> itu menunjukkan:
> 1. mu'jizat Al Quran, karena tidak mungkin jalinan interlock 19 itu buatan
> manusia.
> 2. keotentikan teks Rasm 'Utsmaniy, sebab kalau tidak otentik, tentu saja
> tabulasi itu tidak dapat bertahan terhadap mengalirnya sang waktu.
> 3. teks Rasm 'Utsmaniy bukan mitos, karena siapa bilang data numerik itu
> mitos.
> 4. teks Rasm 'Utsmaniy kebal terhadap hermeneutika.
>
>   Surah               mim       lam      alif
> Al Baqarah        2195    3204    4592
> Ali 'Imran          1251    1885    2578
> Al A'raf             1165    1523    2572
> Ar Ra'd               260      479      625
> Al 'Ankabut         347      554      784
> Ar Rum               318      396      545
> Luqman               177      298      348
> As Sajadah          158     154       268
>                   ____________________
>
>   Jumlah             5871 + 8493+ 12312   = 26676 = 1404 x 19
>
> ***********************************************************************
>
>




=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke