liat akadnya, ada batasan waktu ndak ? kalo masalah nikah misyar yg jadi fenomena esek esek (disalahgunakan), qardhawi, selayaknya mengetahuinya lewat media massa timur tengah. karena penyalahgunaan ini terjadi juga di timteng.
On 8/15/06, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Weik?? Memangnya saya pernah bertanya tentang lafaz nikahnya (ijab > kabulnya)?. Seingat saya, saya mempertanyakan proses yg ada calo > yang meNEGOSIASIkan besarnya mahar dengan lamanya waktu pernikahan. > (Point ini yang menyebabkan saya berfikir bhw ini kawin kontrak). > > Baca keseluruhan proses sehingga terjadinya kawin kontrak tsb > sehingga kita mengerti konteksnya. Lalu kita bandingkan dengan > konteks nikah misyarnya Yusuf Qardhawi dalam islamonline tsb (apakah > ada negosiasi waktu?). Sama gak konteksnya? Bukankah Qardhawi sudah > mengatakan bhw dia tak pernah mengatakan membolehkan (?) misyar > dalam fatwanya dan ceramahnya itu. Dia harus melihat konteksnya > dulu, makanya dia selalu bertanya kepada si penanya "apa yg anda > maksud dgn nikah misyar tsb?". > > Itu masalahnya buat saya. Sekarang ini saya mengertinya yang terjadi > di Cisarua, Puncak itu adalah nikah Muth'ah, karena ada batasan > waktu. > > Masih penasaran? silakan bergenit-genit ria, mumpung masih muda...:-) > Tapi berhati-hatilah dalam membaca. Jangan cuma ikut-ikutan orang. > Kalau ada orang (meskipun org itu sampeyan kagumi)mengatakan A pada > Qardhawi dgn segala alasannya, lalu sampeyan percaya mentah2 tanpa > sampeyan cek kembali apa kata Qardhawi sendiri dalam ucapannya, > fatwanya, bukunya, ttg suatu hal tsb. Masalahnya kan kita gak bisa > nanya langsung ke Qardawi, meski mas DWS dah berusaha ngundang dia > ke WM...:-) > > wassalam, > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>, > "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > mbak lina ... ini bunya lafal nikahnya ... beneran kan, ndak pake > batasan > > waktu. jadi ini memang nikah msyar, bukan mut'ah .... > > > > orang indonesia aja yg endak dong, kalo ini nikah misyar yang > diperbolehkan > > oleh yusuf al qordhlowi dan syaikh bin baz. > > > > > > === > > > > Nikah Kilat Ala Cisarua > > > > [image: Berstatus Istri Untuk Dua Hari (Dok. GATRA/Ilustrasi > Foto)]"Saya > > nikahkan Saudari Lilis binti Mulyana dengan maskawin 2 juta rupiah > dibayar > > kontan," Jamal, 24 tahun, bukan nama sebenarnya, mengucapkan lafaz > ijab > > kabul kepada Ibrahim, 55 tahun, sembari menjabat erat tangannya. > > > > "Saya terima nikahnya Lilis binti Mulyana dengan maskawin 2 juta > rupiah > > dibayar kontan," Ibrahim pun langsung menimpali dengan lancar. > Maklum saja, > > secarik teks berisi lafaz ijab kabul berbahasa Indonesia > tergeletak di > > depannya. > > > > Ini bukan prosesi pernikahan biasa. Ibrahim, lelaki asal Arab > Saudi itu, > > sedang melangsungkan pernikahan kontrak dengan Lilis, 23 tahun, > bukan nama > > sebenarnya, asal Sukabumi, Jawa Barat. > > > > Bertempat di sebuah vila di kawasan Puncak, Bogor, pernikahan yang > terjadi > > setahun lalu itu hanya berlangsung tak lebih dari 15 menit. Tapi > itu sudah > > cukup untuk meng-"halal"-kan Lilis dan Ibrahim sebagai suami-istri. > > > > Selesai ijab kabul, Ibrahim langsung memboyong Lilis ke > penginapannya di > > sebuah vila di Jalan Puncak Raya, Cisarua, Bogor. Tapi, sesuai > dengan > > kontrak sebelum pernikahan, Lilis hanya menjadi "istri" Ibrahim > selama dua > > hari. Setelah itu, status Lilis "bebas" lagi. Ia bisa kembali > mencari > > "suami" baru, yakni orang-orang Arab yang ingin menikahinya dalam > waktu dan > > maskawin tertentu. > > > > "Yang penting bagi saya, orang-orang Arab itu *ngasih* mahar > (maskawin) > > segede-gedenya," kata Lilis kepada *Gatra*. > > > > Lilis menekuni profesi sebagai "pekerja nikah kontrak" sejak tiga > tahun > > lalu. Pada 2003, setelah berpisah dari suami pertamanya asal > Sukabumi, Lilis > > memutuskan menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Riyadh, Arab > Saudi. Di sana > > ia menikah dengan orang Arab Saudi bernama Faris Ma'tuk Al-Maseri, > 40 tahun. > > > > Merasa kurang cocok dengan Faris, Lilis akhirnya pulang ke > Indonesia pada > > 2004. Setelah itu, ia berkali-kali menikah kontrak dengan orang > Arab di > > Indonesia. Dari Umar, 38 tahun, Abdul Aziz, 35 tahun, Hasan, 40 > tahun, > > hingga Ibrahim, 55 tahun. Kini, entah kenapa, Lilis kembali lagi > ke pangkuan > > Faris sebagai pembantu rumah tangga sekaligus istrinya. > > > > "Rasa cemburu antara saya dan istri Faris jelas ada. Tapi saya > menikmatinya, > > kok," tutur Lilis. "Ya, namanya juga cari duit. Beginilah nasib > saya," > > ucapnya, pasrah. > > > > Kekayaan Lilis dari nikah kontrak selama tiga tahun tidaklah > sedikit. Saat > > ini, ia sudah memiliki empang ikan seluas 70 meter persegi dan > sawah > > berpetak-petak di kampung halamannya, Babakan Pari, Cisaat, > Sukabumi. > > > > Bukan hanya itu, putri kedua dari enam bersaudara ini juga bisa > membiayai > > kuliah kakaknya di sebuah perguruan tinggi elite di Bandung, > sekaligus > > merenovasi rumah kedua orangtuanya. Saat *Gatra* berkunjung ke > rumah > > orangtua Lilis, rumah di atas tanah seluas 200 meter persegi itu > tampak > > mentereng. > > > > Pengalaman hampir sama dirasakan Marisa, sebut saja begitu. Wanita > 30 tahun > > asal Cilacap, Jawa Tengah, ini pertama kali menikah dengan orang > Arab pada > > 2004. Namanya Ahmad, 45 tahun, asal Arab Saudi. > > > > Dari Ahmad, Marisa menerima mahar sebesar Rp 3 juta dan nafkah > bulanan juga > > Rp 3 juta. Sebenarnya Marisa ingin hidup selamanya dengan Ahmad. > Tapi, > > karena Ahmad memintanya pindah ke Arab Saudi, Marisa menolak. > Perjalanan > > rumah tangga Ahmad dan Marisa pun berakhir setelah tujuh bulan. > > > > Karena susah mencari pekerjaan, apalagi dengan tiga anak dari dua > suami > > pribumi sebelum Ahmad, Marisa terjun ke dunia nikah kontrak lagi. > Dua tahun > > terakhir, Marisa sudah menikah kontrak lebih dari tujuh kali. > Persisnya, ia > > bahkan lupa. > > > > Buah "kerja" Marisa ini lumayan menggiurkan. Bayangkan, hanya > dalam waktu > > dua tahun, ia sudah mengumpulkan harta sebesar Rp 100 juta. Rumah > senilai Rp > > 60 juta di Bandung, Rp 30 juta di kampung halaman, plus sepeda > motor Honda > > Supra Fit di tempat kosnya di daerah Jakarta Timur. > > > > Yang aneh dari Marisa, meski sudah nikah kontrak dengan Ahmad, ia > juga > > menikah kontrak dengan orang Arab lainnya. Caranya, ketika Ahmad > pulang ke > > Arab Saudi, ia mencari sampingan dengan menikah kontrak lagi > dengan orang > > Arab lainnya. > > > > "Saya kan jualan. Jadi, bisa ditawarkan kepada yang lainnya," kata > Marisa > > sambil tertawa lirih. > > > > Meski orang Arab dikenal tidak romantis, Marisa mengaku merasakan > kepuasan > > tersendiri. Selain berpostur tinggi-besar, kebanyakan orang Arab > selalu *to > > the point* dalam soal hubungan intim. Biasanya, kata Marisa, orang- > orang > > Arab itu meminta dua kali hubungan intim dalam > sehari. "Kemesraannya kalah > > dengan produk Indonesia," ujarnya. > > > > ** > > > > Proses menuju pernikahan kontrak di Cisarua tidaklah rumit. Bisa > menempuh > > tiga jalur: langsung berhubungan dengan mempelai perempuan, > mucikari, atau > > melalui calo yang diteruskan ke mucikari. Kesepakatan biasanya > terjadi > > setelah kedua calon pengantin bertemu membicarakan soal nominal > maskawin dan > > batasan waktu hidup bersama. > > > > Menurut Linda, 31 tahun, bukan nama sebenarnya, seorang mucikari > biasanya > > akan mempersiapkan tempat, wali nikah, dua orang saksi, dan bila > diperlukan > > seorang penghulu untuk prosesi ijab kabul. Acara dilakukan secara > diam-diam, > > tanpa resepsi dan perhelatan gemebyar lainnya. > > > > Lama rata-rata kawin kontrak itu bisa harian, mingguan, atau > bulanan. > > Seperti dilakukan Lilis dan Marisa, menurut Linda, semua itu > tergantung > > keinginan sang wanita Indonesia dan kecocokan orang Arab. Linda > adalah > > seorang mucikari yang biasa memasok wanita Indonesia untuk orang > Arab. > > > > Jumlah maskawinnya pun beragam. Kata Linda, maskawin paling besar > bisa > > mencapai Rp 10 juta. Tapi, menurut Arnold, 30 tahun (juga bukan > nama > > sebenarnya), seorang calo nikah kontrak, jumlah maskawinnya bisa > mencapai > > US$ 2.000. Jumlah yang diterima Lilis dan Marisa, tutur Arnold, > termasuk > > sangat kecil. > > > > Sepintas, prosesi nikah kontrak ini tak jauh beda dengan nikah > permanen. > > Syarat nikahnya juga terpenuhi. Selain ijab kabul, ada pula wali, > saksi > > minimal dua orang, dan mahar yang disepakati. Kalaupun ada yang > aneh adalah > > soal status walinya. > > > > Dalam nikah kontrak di Cisarua, wali bisa siapa saja. Tak harus > saudara > > sedarah atau yang punya pertalian hak waris. Yang penting, ada > figur "wali" > > yang bisa menikahkan mempelai perempuan sudah cukup. Jamal, > contohnya, > > ternyata tak punya hubungan apa-apa dengan Lilis. Untuk aksi > sandiwaranya > > itu, Jamal menerima honor Rp 100.000. > > > > Di sini uang lebih berbicara daripada perdebatan soal sah-tidaknya > nikah > > kontrak atau yang sering disamakan dengan nikah *mut'ah* ini. > Linda menilai, > > nikah kontrak di Cisarua sudah menjadi sumber penghidupan > tersendiri. > > > > Selain Jamal, Lilis, dan Marisa, Linda pun bersemangat mencari > uang dari > > "bisnis" nikah kontrak ini. Lilis, misalnya, meski tidak menerima > utuh, bisa > > mendapat setengah dari maskawinnya, yakni Rp 1 juta. Sisanya, > sebesar Rp 1 > > juta juga, dibagi ke Linda. Di sini berlaku sistem "belah > semangka" alias > > 50:50. > > > > Yang menarik, honor untuk wali dan saksi seperti Jamal biasanya > dibebankan > > pada mempelai laki-laki (orang Arab). Di sini berlaku sistem > > untung-untungan. Kalau orang Arabnya sedang jadi "dermawan", > seorang saksi > > atau wali bisa merima lebih dari Rp 100.000. Sedangkan honor calo > lebih > > pasti. Ia bisa mendapat setengah dari 50% bagian mucikari. > > > > Terlepas dari itu, menurut Arnold, tidak ada standar baku dalam > bisnis nikah > > kontrak ini, baik untuk honor saksi, wali, calo, maupun jumlah > maskawin yang > > harus dibayar orang Arab. "Semua tergantung tawar-menawar," kata > Arnold. > > > > Belakangan, ketika nikah kontrak di kawasan Puncak, Cisarua, marak > lagi, > > polisi pun gerah dan mengamankan puluhan pasangan nikah kontrak. > > Pertanyaannya, akankah praktek nikah kontrak ini benar-benar bisa > > dihilangkan? > > > > Di tempat kosnya di kawasan Jakarta Timur, Marisa memilih mendekam > di rumah. > > Sudah sebulan ini ia tidak beroperasi. "Saya masih ngeri. Lebih > baik tiarap > > dulu," tuturnya. > > > > *Luqman Hakim Arifin dan Deni Muliya Barus* > > [*Laporan Khusus*, *Gatra* Nomor 39 Beredar Kamis, 10 Agustus 2006] > > > > > > ==== > > > > On 7/20/06, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Mengapa saya diam saja ttg kawin (kontrak atau misywar?) di > Puncak?. > > > Buat > > > apa saya bicara, karena saya tak tahu detailnya. Seperti yang > Waluya > > > bilang > > > budaya kawin yang tidak lazim itu sudah ada dari dahulu. Bagi > orang > > > Bugis/Makassar yang pelaut dari dahulu (sudah bukan berita lagi > karena > > > sudah > > > lazim), mempunyai beberapa isteri di beberapa masing-masing > pelabuhan. Di > > > antara isteri-isterinya itu hanya satu yang diam bersama serumah > yaitu > > > yang > > > di kampung mereka masing-masing. Dan isteri-isteri yang di > > > pelabuhan-pelabuhan lain itu tidak serumah. Jadi nikah misywar > itu bagi > > > para > > > pelaut Bugis/Makassar itu bukan barang baru, buat apa > diributkan? Dengan > > > catatan, bahwa nikah misywarnya pelaut Bugis/Makassar itu, > bertanggung > > > jawab > > > atas isteri-isteri dan anak-anaknya, yang merupakan "dignity" > bagi mereka. > > > Fyi, kalau orang Aceh bertegur sapa: Peu khaba, orang Melayu: > Apa kabar, > > > orang Sunda: kumaha damang, orang Jawa:pie kabare, maka orang > > > Bugis/Makassar: siaganatu/siapamintu kamanakang (sudah berapa > jumlahnya > > > kemanakan) . Kemanakan maksudnya anak temannya itu.. > > > > > > HMNA > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > From: "waluya56" <[EMAIL PROTECTED] <waluya56%40yahoo.com>> > > > To: > > > <wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com><wanita-muslimah% > 40yahoogroups.com>> > > > Sent: Thursday, July 20, 2006 10:24 AM > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum perempuan - > Kawin > > > Kontrak > > > di Kawasan Puncak > > > > > > > Ikut nimbrung. Kalau kawin kontrak atau apalah namanya, halal, > kenapa > > > > tidak dilegalkan saja?. Supaya sama-sama senang. Laki-laki > kebutuhan > > > > biologisnya terpenuhi dan keperluan ekonomi perempuan juga > terpenuhi. > > > > Tapi supaya hak-hak perempuan tetap terlindungi, > > > > perjanjian "kawin"nya harus jelas dan harus didepan notaris > (pejabat > > > > negara), bukan didepan "penghulu swasta". Misalnya diatur > bagaimana > > > > kalau "kawin" ini menghasilkan anak/keturunan. > > > > > > > > Perempuan Indonesia di jaman kolonial juga ada > yang "dipelihara" > > > > alias tidak dinikah resmi oleh Tuan-tuan Belanda atau oleh > Tuan-tuan > > > > pendatang dari Asia non pribumi. Di Jawa Barat perempuan ini > biasa > > > > disebut "Nyai-nyai" (Ingat cerita Nyai Dasima di Betawi?). Nah > > > > sekarang masalahnya apa? Toh "budaya" ini sudah ada sejak > jaman dulu! > > > > > > > > Salam, > > > > WALUYA > > > > > > > > > > > > --- In > > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > <wanita-muslimah% > > 40yahoogroups.com>, > > > "Ari Condro" <masarcon@> > > > > wrote: > > > > > > > > > > FYI, yg dilakukan di puncak bukan kawin kontrak, tapi nikah > > > > miswar. karena > > > > > pelakunya adalah lelaki arab salafi aliran wahabi. justru > mereka > > > > ini > > > > > dilarang kawin kontrak/mut'ah. > > > > > > > > > > Di malaysia, brunei, filipina dan thailand selatan, di > kantong > > > > kantong > > > > > muslim, nikah miswar ini makin sering terjadi, tidak hanya di > > > > puncak. anda > > > > > tahu kenapa bisa begitu ??? > > > > > > > > > > dan apakah kita mendengar ucapan ulama lokal kita sekelas > hmna atau > > > > adian > > > > > husaini atau orang orang HT semisal ismail yusanto atau > muhamad al > > > > khattat, > > > > > ataupun orang orang PKS di syariah online yg menolak praktek > nikah > > > > miswar > > > > > ini ? > > > > > > > > > > TIDAK PERNAH .... > > > > > > > > > > dugaan jelek saya, karena jusuf kalla mendukung nikah miswar > ini, > > > > dan yusuf > > > > > kalla adalah orang yg menjadi pengayom KPPSI dan pendukung > dana > > > > nya .... > > > > > orang PKS dan orang salafi ndak berani nolak, soale ada yusuf > > > > qardhawi dan > > > > > bin baz yg setuju praktik nikah miswar ini di timur tengah. > > > > > > > > > > susah gitu lho kalo urusan duwit. > > > > > > > > > > > > > > > salam, > > > > > Ari Condro > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > On 7/19/06, Lina Dahlan <linadahlan@> wrote: > > > > > > > > > > > > Mengapa tidak boleh berharap? Fatwa itu kan bisa dibuat > > > > berdasarkan > > > > > > skala prioritas. > > > > > > > > > > > > Kawin kontrak seperti yang dikisahkan oleh Iwan Santosa > (dan > > > > > > dipostingkan oleh mbak Aisha Yasmina) kan beda dengan > nikah sirri, > > > > > > sikonnya. > > > > > > > > > > > > Yusuf AlQardhawi, dan para fuqaha lainnya tentu akan > berpendapat > > > > > > sama ttg nikah bahwa sahnya nikah ditentukan oleh rukunnya > yg > > > > > > terpenuhi or tidak. Nah kapan milih nikah misywar, sirri, > dllnya > > > > > > perlu fatwa...karena bergantung sikon...:-). Misywar bisa > > > > difatwakan > > > > > > di Arab krn sikonnya memang membutuhkan spt itu. Sama saja > dengan > > > > > > poligami, bisa ditutup rapat dan bisa dibuka lebar...:-) > > > > > > > > > > > > Tapi kalo kawin kontrak ala puncak???? kok ada negosiasi > harga dan > > > > > > waktu?? Apa ada rukun nikah spt itu? Itu harus dihentikan > or > > > > difatwa > > > > > > haramkan. > > > > > > > > > > > > wassalam wr wb., > > > > > > > > > > > > --- In > > > > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > <wanita-muslimah% > 40yahoogroups.com><wanita-muslimah% > > > > > 40yahoogroups.com>, > > > > > > "Ari Condro" <masarcon@> > > > > > > > > > > > > wrote: > > > > > > > > > > > > > > nikah misyar disutujui oleh bin baz dan yusuf al > qordhowi. MUI > > > > > > juga setuju > > > > > > > nikah sirri. jadi jgn harap yg enggak enggak deh .. mbak > > > > Lina ... > > > > > > > > > > > > > > oh ya, minggu kemarin siaran infonya hasan turabi di bom > ama > > > > > > kelompok > > > > > > > fanatik. mas dwi ndak ada infornya ... gendengnya di tv > dibilang > > > > > > kalo hasan > > > > > > > turabi itu ulama shiah .. payah nih reporternya .... > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > On 7/19/06, Lina Dahlan <linadahlan@> wrote: Minimal > minta MUI > > > > > > > > > > > > tuk > > > > > > > buat fatwa haram kawin kontrak...:-). Trus > > > > > > > pasang deh spanduk2 di Puncak "MUI: kawin kontrak itu > > > > haram"...:-) > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/