Chae: kumaha atuh Abah...sikap Abah sebagai seorang ulama tanah air terhadap fenomena di puncak?? ----------------------------- HMNA: Pertanyaan saya, apakah yang di Puncak itu sama betul dengan apa yang diceritakan Bung Karno di suatu tempat di Jawa Barat pada sebuah rumah "penghulu" dalam Seri 223 di bawah? Atau sama dengan "travellers' marriage" pelaut Bugis? Atau ada yang seperti yang pertama, ada pula seperti yang kedua. Kalau kedua jenis itu ada di Puncak, maka harus dipilah-pilah, jangan pukul rata. Siapa yang bisa memberikan kepada saya informasi yang akurat? Wassalam,
********************************************************** BISMILLA-HITTAHMA-NIRRAHIYM WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar] 223. Antara Fiqh, Normatif dan Rechtmatigheid dengan Hakikat, Fundamental dan Doelmatigheid OBT, seorang mahasiswa ITB dahulu mendapat tugas sarjana pada bagian mesin yaitu merancang (to design). Tugas sarjana OBT itu adalah merancang ketel (al ghallayah, boiler). Dalam sidang ujian meja OBT mendapat serangan dari bidang hukum. Rancangan ketel OBT tersebut melanggar Undang-undang Keselamatan Kerja (UUKK). Fasalnya, OBT cuma memakai satu buah pompa pengisi air ketel, sedangkan ketentuan dalam UUKK pompa pengisi air ketel harus dua buah. UUKK turut campur dalam urusan ketel ini oleh karena jika pompa pengisi air ketel macet, sedangkan tidak ada pompa reserve, maka ketel akan meledak, jadi harus dilindungi oleh hukum. Dalam rancangan ketel OBT itu, OBT capek-capek merancang mekanisme pengontrol untuk mencegah ledakan. Begitu pompa pengisi air ketel macet, mekanisme itu bekerja dan dalam sekejap itu juga api dalam ketel padam, sehingga tidak akan terjadi ledakan. Tentu saja OBT ngotot mempertahankan rancangannya itu. OBT menjawab, bahwa secara normatif dia itu kelihatannya tidak memperdulikan keselamatan karyawan pabrik (baca melanggar UUKK), akan tetapi secara fundamental OBT sungguh-sungguh memperhatikan keselamatan karyawan pabrik. Ketentuan normatif UUKK harus mempergunakan dua buah pompa pengisi air ketel, secara fundamental telah digantinya dengan mekanisme pengontrol yang mencegah ledakan. Atau dalam bahasa hukum, jangan hanya dilihat dari segi yang rechtmatigheid menurut UUKK secara kaku, melainkan sangat patut pula dengan sungguh-sungguh dilihat dari segi yang doelmatigheid, yaitu tercegahnya bahaya peledakan oleh mekanisme pengontrol. *** Penghuni asrama mahasiswa OBT rumah G (barrac) mempunyai keunikan dalam bermain bola. Apabila kekurangan pemain, maka wasit ikut main di salah satu pihak. Dapat dibayangkan jika wasit ikut main, maka bagaimanapun juga sukar untuk jadi obyektif, dan itu manusiawi. Barangkali terbentuknya KIPP (Komite Independen Pengawas Pemilu) ataupun (Komisi Intelektual Peduli Pemilu) antara lain didorong oleh adanya sifat "manusiawi" dalam kalangan birokrat yang di samping sebagai panitia pelaksana Pemilu (tahap pendaftaran, pemungutan dan perhitungan suara), adalah pula anggota Korpri yang berafiliasi pada Golkar. Jadi ia sebagai wasit juga sekali gus sebagai pemain, dan ini ada persamaannya dengan permainan bola unik yang diceritakan di atas itu. Tidak persis sama betul, oleh karena permainan bola di atas itu hanya main-main saja, sedangkan aktivitas Pemilu tidaklah main-main. Secara normatif KIPP tidak seperti Panwaslak. Sebagai unit pemantau KIPP berada di luar sistem panitia Pemilu, karena tidak ada dalam undang-undang. Akan tetapi dilihat secara hakikat, bukankah rakyat seluruhnya diminta pula mengawasi Pemilu. Apa salahnya rakyat membentuk unit organisasi semacam KIPP itu. Apabila jalannya Pemilu bersih dalam arti Luber (istilah yang normatif), dan Jurdil (istilah yang tidak normatif) akan dipantau pula oleh KIPP yang akan disebar luaskan. Bukankah itu menolong mempertinggi keyakinan rakyat tentang suksesnya Pemilu? Dan adaikata belum Luber betul ataupun belum Jurdil betul, jika disebar luaskan oleh KIPP dilihat dari segi hakikat, bukankah KIPP membantu pula untuk apa yang dikehendaki bersama, yaitu sifat keterbukaan? Bahkan ini dapat memacu mempertinggi kinerja dan kejurdilan Panitia (yang normatif) untuk Pemilu yang akan datang? *** Satu generasi sebelum generasi saya adalah generasi terakhir yang masih menjumpai Selayar sebagai penghasil jeruk manis. Jika musim jerus manis tiba, maka aktiflah pula pedagang musiman yang berdagang jeruk manis. Modal pedagang musiman itu berasal dari hasil "penjualan" ringgit emas pada "pedagang khusus" emas. Seperti lazimnya harga jual emas berbeda dengan harga beli (bandingkan misalnya harga beli uang seumpama $ berbeda dengan harga jualnya di bank). Biasanya waktu itu harga jual ringgit emas 2% lebih rendah, sedangkan harga beli lebih tinggi 2% dari harga di pasar bebas. Setelah pedagang musiman itu selesai berdagang jeruk, maka mereka itu pergi pula kepada "pedagang khusus" emas yang bersangkutan menanyakan apakah ada tersedia ringgit emas yang akan "dijual". Maka "pedagang khusus" itu menjawab tersedia ringgit emas yang akan "dijual", yang jumlahnya sebanyak keping ringgit emas yang pernah "dijual" oleh pedagang musiman itu kepada "pedagang khusus" itu sebelumnya. Maka terjadilah pula transaksi "jual-beli", sehingga pedagang musiman itu memperoleh lagi keping ringgit emasnya, yang akan "dijual" nanti pada musim jeruk tahun berikutnya untuk mendapatkan modal berdagang jeruk. Namun transaksinya berbeda dengan harga pasar, harga jual dahulu 20% lebih rendah, namun harga beli 20% lebih tinggi dari "pedagang khusus" emas itu ketimbang harga pasar . Apa yang terjadi dalam proses jual beli ringgit emas itu tidak melanggar syari'at menurut penjabaran fiqh. Ketentuan syari'at menurut Al Quran: Ahalla Llahu lBay'a wa Harrama rRibaw- (S.Al Baqarah, 275). Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba (2:275). Akan tetapi kalau kita melihatnya menurut kacamata hakikat, maka proses "jual-beli" antara "pedagang khusus" emas dengan pedagang musiman itu berbeda dengan kacamata fiqh. "Pedagang khusus" emas itu pada hakikatnya adalah bankir gelap, rentenir pemakan riba yang biasa dijuluki dengan ungkapan lintah darat, yang mendapat keuntungan 40% dalam waktu 2 bulan. *** Dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi karangan Bung Karno ada pula cerita yang menarik. Walaupun buku itu sudah tidak ada pada saya (dipinjam teman dan tidak dikembalikan), namun masih mengendap dalam ingatan saya. Di suatu tempat di Jawa Barat terdapat sebuah rumah "penghulu". Orang yang menginginkan "isteri" dapat datang ke rumah itu yang menyediakan "calon-calon" isteri. Apabila terjalin kesepakatan antara yang bersangkutan dengan "penghulu" dan "calon isteri", maka "yang mencari isteri" dinikahkanlah dengan "calon isteri" oleh "penghulu", di hadapan para "saksi". Bung Karno mengeritik hal ini, bagaimana pelacuran dapat dihalalkan dengan upaya fiqh. Bukankah secara hakikat "yang mencari isteri" itu adalah pelanggan yang hidung belang, "penghulu" pada hakikatnya adalah germo, "calon isteri" itu secara hakikat adalah pelacur, dan para "saksi" adalah karyawan rumah bordel itu? WaLlahu A'lamu bi shShawab. *** Makassar 14 April 1996 [H.Muh.Nur Abdurrahman] ----- Original Message ----- From: "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Tuesday, August 15, 2006 17:27 Subject: [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum perempuan - Kawin Kontrak di Kawasan Puncak Salah kita sendiri sih suka sekali merujuk pada pendapat orang-orang yang dianggap berilmu lebih dalam hal pengetahuan agama. Padahal walau Pak Yusuf Qardlawi sudah diakui mumpuni soal agama tapi beliau kan ndak pernah tinggal di puncak, ndak tahu bagaimana kehidupan di puncak, tidak tahu bagaimana masyrakat yang tinggak di puncak dengan segala kondisi lingkungan dan kesejahteraanya. Kalau demikian kondisinya sangat tidak layak fatwa2 dari Pak Qardlawi di gunakan atau dipake untuk membuat satu produk hukum di sini. Fatwa2 Pak Qardlawi dipakai hanya untuk kalangan, golongan dan bangsa tertentu tidak bisa dipakai untuk semua umat Islam di seluruh dunia. Biarlah untuk umat Islam di indonesia ditentukan oleh fatwa2 yang dilahirkan dari umat islam di indonesia sendiri.. Seharusnya Abah HMNA lebih mau peduli masalah yang ada di tanah air daripada tergantung dari fatwa Pak yusuf Q... kumaha atuh Abah...sikap Abah sebagai seorang ulama tanah air terhadap fenomena di puncak?? setuju atau tidak setuju??;) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > kalau begitu kenapa tidak kita dengar keberatan dari para ulama seperti > yusuf al qardhlowi dan syaikh bin baz aka kejadian penyelewengan nikah > misyaar baik di timteng maupun di negara lain (yang banyak muslimnya). > > tidak adanya penolakan inilah yang mengindikasikan sikap tidak sensitif > gender. sikap yang sama dengan stand yang diambil oleh abah hmna. > > salam, > > On 8/15/06, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Nah berarti kita harus hati-hati kan kalau mau mengatakan : "Yusuf > > Qardlawi mendukung nikah Misyar"? Yakinkah kita akan hal itu sebelum > > mengatakannya? Lalu dikaitkan pula dengan praktek yang berjalan di Puncak? > > > > Tidak tahunya kita akan pendapat seorang ulama atas suatu kasus, misalnya > > kasus semacam Puncak yang terjadi di wilayah Timur Tengah sana, belum > > tentu menunjukkan bahwa ulama itu mendiamkan dan setuju dengan fenomena > > itu. Siapa tahu kitanya saja yang belum menemukan pendapat ulama itu > > terkait fenomena itu. Kenapa kita tidak berbaik sangka saja? Saya yakin - > > insya Allah - Yusuf Qardlawi tidak akan menyetujui fenomena Puncak jika > > dia mengetahuinya. Jadi mohon jangan lagi membawa namanya untuk > > membenarkan fenomena yang terjadi di Puncak itu. > > > > "Jauhilah olehmu berburuk sangka, karena sebagian besar persangkaan itu > > adalah dosa." (al-Qur'an) > > > > Salam, > > > > "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED] <linadahlan%40yahoo.com>> > > > > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > 08/15/2006 02:42 PM > > Please respond to > > wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > > > > > To > > wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > cc > > > > > > Subject > > [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum perempuan - Kawin Kontrak di > > Kawasan Puncak > > > > Betul sekali Mas Ary bhw yg dimaksudkan Qardhawi secara fiqih itu > > sah. Betul kah Qardhawi tak tegas?. Mungkin, karena harus lihat > > konteksnya. > > > > Coba kita pelajari apa yang ada si wikipedia tsb dari apa saja yang > > dikatakan Qardhawi ttg nikah misyar. Artinya Wikipedia telah > > mengutip pendapat2 Qardhawi. Saya telah sunting sbb dan selamat > > menikmati. > > ************ > > (1) Al-Qaradawi, Yusuf : Misyar marriage [1] > > Nikah Misyar or "travellers' marriage" (Arabic: äßÇÍ ÇáãÓíÇÑ) can be > > described as a legal framework of marriage in which a Muslim couple > > is united by the bonds of marriage, based on the usual Islamic > > marriage contract, but without the husband having to take the usual > > financial commitments with respect to his wife. The latter exempts > > him from some of them by a clause of the marriage contract through > > which she gives up some of her rights (such as cohabitation with the > > husband, the equal division of the nights between all the wives in > > the event of polygamy, the residence, the subsidy of > > maintenance "nafaqa", etc...). (1) > > [Ini konteksnya misyar menurut Qardhawi] > > > > (2) Al-Qaradawi, Yusuf : Misyar marriage [2] > > The marriage misyar represents, according to some, a spontaneous > > adaptation of the mode of marriage to the concrete needs of people > > who are not able any more to marry in the traditional way in > > countries such as Saudi Arabia, Kuwait or the United Arab Emirates, > > because of the dearness of the rents ; the high cost-of-life in > > general; the high amounts of dowry required; and other similar > > economic and financial reasons. (2) > > [Perhatikan Qardhawi mengatakan "hal ini menurut bbrp orang"] > > > > (3) Al-Qaradawi, Yusuf : Zawaj al misyar, (1999), (in arabic), p 10 > > It fits the needs of a conservative society which punishes > > severely "zina" (fornication) and other sexual relationships which > > are established outside the bonds of marriage. The theologians > > explain that it is suitable for young people whose resources are too > > limited to found a home ; for the all too-numerous widows living in > > the area, who have their own residence and their own financial > > resources, and who cannot hope to marry again according to the usual > > formula (or do not wish to), because they have dependent children, > > for example ; for the numerous divorcees ; as well as for the "old > > maids" who see their youth fading in an involuntary celibacy, > > without having tasted the joys of marriage, for one reason or > > another. Thus, a million and half women are reduced to a situation > > of forced celibacy in Saudi Arabia alone. (3) > > [perhatikan konteks didalam masyarakat yg konservativ akan zina] > > > > (5) Al-Qaradawi, Yusuf : Mut'ah marriage [4] > > Some traits of this marriage are reminiscent of the Nikah Mut'ah > > which was practised in Arabia before Islam, and is still practised > > by Shia Muslims as a legitimate form of marriage, although it is > > considered as an illicit one by Sunni Muslims. (5) > > [Perhatikan kepekaan Qardhawi akan kesamaan nikah ini dengan Nikah > > muth'ah, yang mendapatkan legitimasi di Syiah tetapi tidak bagi > > Sunni. Dimana Qardhawi berada: Syiah or Sunni?] > > > > (14) Al-Qaradawi, Yusuf : Zawaj al misyar p. 8 > > Professor Yusuf Al-Qaradawi , for his part, observes that he doesn't > > support this type of marriage, but has to recognize that it is licit > > (14). > > [Apakah kurang tegasnya Qardhawi?, tentunya secara fiqh itu sah] > > > > (15) Al-Qaradawi, Yusuf : Zawaj al misyar , pp.13-14 > > He then states straightforwardly his preference that the clause of > > renunciation be not included within the marriage contract, but be > > the subject of a simple verbal agreement between the parties (15). > > [Bukankah jelas alasan penolakannya?] > > > > (18) Al-Qaradawi, Yusuf : Zawaj al misyar, p. 24 ? > > It leads to a degradation of men's morals, resulting in an > > irresponsible behaviour towards their spouses. Based on the > > experience of the "misyar marriage agencies", the man who resorts to > > the "misyar" marriage is usually married to a first wife with whom > > he shares a residence, and to the financial needs of whom he > > provides. (18) > > [Dia juga mengatakan hal ini akan membuat moral laki2 mengalamai > > degradasi, lalu apakah Qardhawi akan mendukung???? yg bener aja!] > > ************* > > > > Itulah mas Ary, saya bingung juga kalau orang gak mau berbaik sangka > > dulu. Kalau mereka non-muslim kaya Sato sotoy sih, saya mau bilang > > apa? Tapi kalau sesama muslim aja dah saling negatif > > thinking...ya...mo bilang apa juga ya? Saya percaya kalo Qardhawi > > itu manusia yang bisa juga khilaf, tapi saya juga percaya dia akan > > berhati-hati dan mempunyai alasan kuat utk dpt mengeluarkan pendapat > > apa lagi fatwa. > > > > Wajahnya yang jelek kok cermin yang disalahin, gitu lho! > > > > wassalam, > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>, > > "Ary Setijadi Prihatmanto" > > <asetijadi@> wrote: > > > > > > IMHO, mungkin baiknya kita lepas dari belenggu istilah. > > > bisa saja ini campuran kontrak dan misyar > > > atau new breed yang butuh istilah baru, Jawaz al puncak Indonesi, > > Al Jannah > > > fil Ardh > > > ;-)) > > > > > > Yang pastikan apapun istilahnya rukun nikahnya terpenuhi, > > > artinya secara fiqh itu sah. > > > Pak Qardhawi spt.nya sudah tegas di sini "tidak mengharamkan apa > > yang halal" > > > ;-)) > > > > > > Tapi jika dilihat dari semangat spt.nya menyalahi. > > > Pak Qardhawi sepertinya nggak berani bilang tegas di sini. > > > Memang mungkin ada pengecualian, tapi seharusnya ada penekanan thd > > semangat. > > > Jika tidak, bisa liar spt. yang di puncak itu... > > > Di situ keberatan temen2 kayaknya... > > > ;-)) > > > > > > ----- Original Message ----- > > > From: "Ari Condro" <masarcon@> > > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > > > > > Sent: Tuesday, August 15, 2006 5:07 AM > > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum perempuan - > > Kawin > > > Kontrak di Kawasan Puncak > > > > > > > > > > liat akadnya, ada batasan waktu ndak ? > > > > > > > > kalo masalah nikah misyar yg jadi fenomena esek esek > > (disalahgunakan), > > > > qardhawi, selayaknya mengetahuinya lewat media massa timur > > tengah. karena > > > > penyalahgunaan ini terjadi juga di timteng. > > > > > > > > On 8/15/06, Lina Dahlan <linadahlan@> wrote: > > > > > > > > > > Weik?? Memangnya saya pernah bertanya tentang lafaz nikahnya > > (ijab > > > > > kabulnya)?. Seingat saya, saya mempertanyakan proses yg ada > > calo > > > > > yang meNEGOSIASIkan besarnya mahar dengan lamanya waktu > > pernikahan. > > > > > (Point ini yang menyebabkan saya berfikir bhw ini kawin > > kontrak). > > > > > > > > > > Baca keseluruhan proses sehingga terjadinya kawin kontrak tsb > > > > > sehingga kita mengerti konteksnya. Lalu kita bandingkan dengan > > > > > konteks nikah misyarnya Yusuf Qardhawi dalam islamonline tsb > > (apakah > > > > > ada negosiasi waktu?). Sama gak konteksnya? Bukankah Qardhawi > > sudah > > > > > mengatakan bhw dia tak pernah mengatakan membolehkan (?) misyar > > > > > dalam fatwanya dan ceramahnya itu. Dia harus melihat konteksnya > > > > > dulu, makanya dia selalu bertanya kepada si penanya "apa yg > > anda > > > > > maksud dgn nikah misyar tsb?". > > > > > > > > > > Itu masalahnya buat saya. Sekarang ini saya mengertinya yang > > terjadi > > > > > di Cisarua, Puncak itu adalah nikah Muth'ah, karena ada batasan > > > > > waktu. > > > > > > > > > > Masih penasaran? silakan bergenit-genit ria, mumpung masih > > muda...:-) > > > > > Tapi berhati-hatilah dalam membaca. Jangan cuma ikut-ikutan > > orang. > > > > > Kalau ada orang (meskipun org itu sampeyan kagumi)mengatakan A > > pada > > > > > Qardhawi dgn segala alasannya, lalu sampeyan percaya mentah2 > > tanpa > > > > > sampeyan cek kembali apa kata Qardhawi sendiri dalam ucapannya, > > > > > fatwanya, bukunya, ttg suatu hal tsb. Masalahnya kan kita gak > > bisa > > > > > nanya langsung ke Qardawi, meski mas DWS dah berusaha ngundang > > dia > > > > > ke WM...:-) > > > > > > > > > > wassalam, > > > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > > <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>, > > > > > "Ari Condro" <masarcon@> > > > > > wrote: > > > > > > > > > > > > mbak lina ... ini bunya lafal nikahnya ... beneran kan, ndak > > pake > > > > > batasan > > > > > > waktu. jadi ini memang nikah msyar, bukan mut'ah .... > > > > > > > > > > > > orang indonesia aja yg endak dong, kalo ini nikah misyar yang > > > > > diperbolehkan > > > > > > oleh yusuf al qordhlowi dan syaikh bin baz. > > > > > > > > > > > > > > > > > > === > > > > > > > > > > > > Nikah Kilat Ala Cisarua > > > > > > > > > > > > [image: Berstatus Istri Untuk Dua Hari (Dok. GATRA/Ilustrasi > > > > > Foto)]"Saya > > > > > > nikahkan Saudari Lilis binti Mulyana dengan maskawin 2 juta > > rupiah > > > > > dibayar > > > > > > kontan," Jamal, 24 tahun, bukan nama sebenarnya, mengucapkan > > lafaz > > > > > ijab > > > > > > kabul kepada Ibrahim, 55 tahun, sembari menjabat erat > > tangannya. > > > > > > > > > > > > "Saya terima nikahnya Lilis binti Mulyana dengan maskawin 2 > > juta > > > > > rupiah > > > > > > dibayar kontan," Ibrahim pun langsung menimpali dengan > > lancar. > > > > > Maklum saja, > > > > > > secarik teks berisi lafaz ijab kabul berbahasa Indonesia > > > > > tergeletak di > > > > > > depannya. > > > > > > > > > > > > Ini bukan prosesi pernikahan biasa. Ibrahim, lelaki asal Arab > > > > > Saudi itu, > > > > > > sedang melangsungkan pernikahan kontrak dengan Lilis, 23 > > tahun, > > > > > bukan nama > > > > > > sebenarnya, asal Sukabumi, Jawa Barat. > > > > > > > > > > > > Bertempat di sebuah vila di kawasan Puncak, Bogor, > > pernikahan yang > > > > > terjadi > > > > > > setahun lalu itu hanya berlangsung tak lebih dari 15 menit. > > Tapi > > > > > itu sudah > > > > > > cukup untuk meng-"halal"-kan Lilis dan Ibrahim sebagai suami- > > istri. > > > > > > > > > > > > Selesai ijab kabul, Ibrahim langsung memboyong Lilis ke > > > > > penginapannya di > > > > > > sebuah vila di Jalan Puncak Raya, Cisarua, Bogor. Tapi, > > sesuai > > > > > dengan > > > > > > kontrak sebelum pernikahan, Lilis hanya menjadi "istri" > > Ibrahim > > > > > selama dua > > > > > > hari. Setelah itu, status Lilis "bebas" lagi. Ia bisa kembali > > > > > mencari > > > > > > "suami" baru, yakni orang-orang Arab yang ingin menikahinya > > dalam > > > > > waktu dan > > > > > > maskawin tertentu. > > > > > > > > > > > > "Yang penting bagi saya, orang-orang Arab itu *ngasih* mahar > > > > > (maskawin) > > > > > > segede-gedenya," kata Lilis kepada *Gatra*. > > > > > > > > > > > > Lilis menekuni profesi sebagai "pekerja nikah kontrak" sejak > > tiga > > > > > tahun > > > > > > lalu. Pada 2003, setelah berpisah dari suami pertamanya asal > > > > > Sukabumi, Lilis > > > > > > memutuskan menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Riyadh, Arab > > > > > Saudi. Di sana > > > > > > ia menikah dengan orang Arab Saudi bernama Faris Ma'tuk Al- > > Maseri, > > > > > 40 tahun. > > > > > > > > > > > > Merasa kurang cocok dengan Faris, Lilis akhirnya pulang ke > > > > > Indonesia pada > > > > > > 2004. Setelah itu, ia berkali-kali menikah kontrak dengan > > orang > > > > > Arab di > > > > > > Indonesia. Dari Umar, 38 tahun, Abdul Aziz, 35 tahun, Hasan, > > 40 > > > > > tahun, > > > > > > hingga Ibrahim, 55 tahun. Kini, entah kenapa, Lilis kembali > > lagi > > > > > ke pangkuan > > > > > > Faris sebagai pembantu rumah tangga sekaligus istrinya. > > > > > > > > > > > > "Rasa cemburu antara saya dan istri Faris jelas ada. Tapi > > saya > > > > > menikmatinya, > > > > > > kok," tutur Lilis. "Ya, namanya juga cari duit. Beginilah > > nasib > > > > > saya," > > > > > > ucapnya, pasrah. > > > > > > > > > > > > Kekayaan Lilis dari nikah kontrak selama tiga tahun tidaklah > > > > > sedikit. Saat > > > > > > ini, ia sudah memiliki empang ikan seluas 70 meter persegi > > dan > > > > > sawah > > > > > > berpetak-petak di kampung halamannya, Babakan Pari, Cisaat, > > > > > Sukabumi. > > > > > > > > > > > > Bukan hanya itu, putri kedua dari enam bersaudara ini juga > > bisa > > > > > membiayai > > > > > > kuliah kakaknya di sebuah perguruan tinggi elite di Bandung, > > > > > sekaligus > > > > > > merenovasi rumah kedua orangtuanya. Saat *Gatra* berkunjung > > ke > > > > > rumah > > > > > > orangtua Lilis, rumah di atas tanah seluas 200 meter persegi > > itu > > > > > tampak > > > > > > mentereng. > > > > > > > > > > > > Pengalaman hampir sama dirasakan Marisa, sebut saja begitu. > > Wanita > > > > > 30 tahun > > > > > > asal Cilacap, Jawa Tengah, ini pertama kali menikah dengan > > orang > > > > > Arab pada > > > > > > 2004. Namanya Ahmad, 45 tahun, asal Arab Saudi. > > > > > > > > > > > > Dari Ahmad, Marisa menerima mahar sebesar Rp 3 juta dan > > nafkah > > > > > bulanan juga > > > > > > Rp 3 juta. Sebenarnya Marisa ingin hidup selamanya dengan > > Ahmad. > > > > > Tapi, > > > > > > karena Ahmad memintanya pindah ke Arab Saudi, Marisa menolak. > > > > > Perjalanan > > > > > > rumah tangga Ahmad dan Marisa pun berakhir setelah tujuh > > bulan. > > > > > > > > > > > > Karena susah mencari pekerjaan, apalagi dengan tiga anak > > dari dua > > > > > suami > > > > > > pribumi sebelum Ahmad, Marisa terjun ke dunia nikah kontrak > > lagi. > > > > > Dua tahun > > > > > > terakhir, Marisa sudah menikah kontrak lebih dari tujuh kali. > > > > > Persisnya, ia > > > > > > bahkan lupa. > > > > > > > > > > > > Buah "kerja" Marisa ini lumayan menggiurkan. Bayangkan, hanya > > > > > dalam waktu > > > > > > dua tahun, ia sudah mengumpulkan harta sebesar Rp 100 juta. > > Rumah > > > > > senilai Rp > > > > > > 60 juta di Bandung, Rp 30 juta di kampung halaman, plus > > sepeda > > > > > motor Honda > > > > > > Supra Fit di tempat kosnya di daerah Jakarta Timur. > > > > > > > > > > > > Yang aneh dari Marisa, meski sudah nikah kontrak dengan > > Ahmad, ia > > > > > juga > > > > > > menikah kontrak dengan orang Arab lainnya. Caranya, ketika > > Ahmad > > > > > pulang ke > > > > > > Arab Saudi, ia mencari sampingan dengan menikah kontrak lagi > > > > > dengan orang > > > > > > Arab lainnya. > > > > > > > > > > > > "Saya kan jualan. Jadi, bisa ditawarkan kepada yang > > lainnya," kata > > > > > Marisa > > > > > > sambil tertawa lirih. > > > > > > > > > > > > Meski orang Arab dikenal tidak romantis, Marisa mengaku > > merasakan > > > > > kepuasan > > > > > > tersendiri. Selain berpostur tinggi-besar, kebanyakan orang > > Arab > > > > > selalu *to > > > > > > the point* dalam soal hubungan intim. Biasanya, kata Marisa, > > orang- > > > > > orang > > > > > > Arab itu meminta dua kali hubungan intim dalam > > > > > sehari. "Kemesraannya kalah > > > > > > dengan produk Indonesia," ujarnya. > > > > > > > > > > > > ** > > > > > > > > > > > > Proses menuju pernikahan kontrak di Cisarua tidaklah rumit. > > Bisa > > > > > menempuh > > > > > > tiga jalur: langsung berhubungan dengan mempelai perempuan, > > > > > mucikari, atau > > > > > > melalui calo yang diteruskan ke mucikari. Kesepakatan > > biasanya > > > > > terjadi > > > > > > setelah kedua calon pengantin bertemu membicarakan soal > > nominal > > > > > maskawin dan > > > > > > batasan waktu hidup bersama. > > > > > > > > > > > > Menurut Linda, 31 tahun, bukan nama sebenarnya, seorang > > mucikari > > > > > biasanya > > > > > > akan mempersiapkan tempat, wali nikah, dua orang saksi, dan > > bila > > > > > diperlukan > > > > > > seorang penghulu untuk prosesi ijab kabul. Acara dilakukan > > secara > > > > > diam-diam, > > > > > > tanpa resepsi dan perhelatan gemebyar lainnya. > > > > > > > > > > > > Lama rata-rata kawin kontrak itu bisa harian, mingguan, atau > > > > > bulanan. > > > > > > Seperti dilakukan Lilis dan Marisa, menurut Linda, semua itu > > > > > tergantung > > > > > > keinginan sang wanita Indonesia dan kecocokan orang Arab. > > Linda > > > > > adalah > > > > > > seorang mucikari yang biasa memasok wanita Indonesia untuk > > orang > > > > > Arab. > > > > > > > > > > > > Jumlah maskawinnya pun beragam. Kata Linda, maskawin paling > > besar > > > > > bisa > > > > > > mencapai Rp 10 juta. Tapi, menurut Arnold, 30 tahun (juga > > bukan > > > > > nama > > > > > > sebenarnya), seorang calo nikah kontrak, jumlah maskawinnya > > bisa > > > > > mencapai > > > > > > US$ 2.000. Jumlah yang diterima Lilis dan Marisa, tutur > > Arnold, > > > > > termasuk > > > > > > sangat kecil. > > > > > > > > > > > > Sepintas, prosesi nikah kontrak ini tak jauh beda dengan > > nikah > > > > > permanen. > > > > > > Syarat nikahnya juga terpenuhi. Selain ijab kabul, ada pula > > wali, > > > > > saksi > > > > > > minimal dua orang, dan mahar yang disepakati. Kalaupun ada > > yang > > > > > aneh adalah > > > > > > soal status walinya. > > > > > > > > > > > > Dalam nikah kontrak di Cisarua, wali bisa siapa saja. Tak > > harus > > > > > saudara > > > > > > sedarah atau yang punya pertalian hak waris. Yang penting, > > ada > > > > > figur "wali" > > > > > > yang bisa menikahkan mempelai perempuan sudah cukup. Jamal, > > > > > contohnya, > > > > > > ternyata tak punya hubungan apa-apa dengan Lilis. Untuk aksi > > > > > sandiwaranya > > > > > > itu, Jamal menerima honor Rp 100.000. > > > > > > > > > > > > Di sini uang lebih berbicara daripada perdebatan soal sah- > > tidaknya > > > > > nikah > > > > > > kontrak atau yang sering disamakan dengan nikah *mut'ah* ini. > > > > > Linda menilai, > > > > > > nikah kontrak di Cisarua sudah menjadi sumber penghidupan > > > > > tersendiri. > > > > > > > > > > > > Selain Jamal, Lilis, dan Marisa, Linda pun bersemangat > > mencari > > > > > uang dari > > > > > > "bisnis" nikah kontrak ini. Lilis, misalnya, meski tidak > > menerima > > > > > utuh, bisa > > > > > > mendapat setengah dari maskawinnya, yakni Rp 1 juta. Sisanya, > > > > > sebesar Rp 1 > > > > > > juta juga, dibagi ke Linda. Di sini berlaku sistem "belah > > > > > semangka" alias > > > > > > 50:50. > > > > > > > > > > > > Yang menarik, honor untuk wali dan saksi seperti Jamal > > biasanya > > > > > dibebankan > > > > > > pada mempelai laki-laki (orang Arab). Di sini berlaku sistem > > > > > > untung-untungan. Kalau orang Arabnya sedang jadi "dermawan", > > > > > seorang saksi > > > > > > atau wali bisa merima lebih dari Rp 100.000. Sedangkan honor > > calo > > > > > lebih > > > > > > pasti. Ia bisa mendapat setengah dari 50% bagian mucikari. > > > > > > > > > > > > Terlepas dari itu, menurut Arnold, tidak ada standar baku > > dalam > > > > > bisnis nikah > > > > > > kontrak ini, baik untuk honor saksi, wali, calo, maupun > > jumlah > > > > > maskawin yang > > > > > > harus dibayar orang Arab. "Semua tergantung tawar-menawar," > > kata > > > > > Arnold. > > > > > > > > > > > > Belakangan, ketika nikah kontrak di kawasan Puncak, Cisarua, > > marak > > > > > lagi, > > > > > > polisi pun gerah dan mengamankan puluhan pasangan nikah > > kontrak. > > > > > > Pertanyaannya, akankah praktek nikah kontrak ini benar-benar > > bisa > > > > > > dihilangkan? > > > > > > > > > > > > Di tempat kosnya di kawasan Jakarta Timur, Marisa memilih > > mendekam > > > > > di rumah. > > > > > > Sudah sebulan ini ia tidak beroperasi. "Saya masih ngeri. > > Lebih > > > > > baik tiarap > > > > > > dulu," tuturnya. > > > > > > > > > > > > *Luqman Hakim Arifin dan Deni Muliya Barus* > > > > > > [*Laporan Khusus*, *Gatra* Nomor 39 Beredar Kamis, 10 > > Agustus 2006] > > > > > > > > > > > > > > > > > > ==== > > > > > > > > > > > > On 7/20/06, H. M. Nur Abdurrahman <hmna@> wrote: > > > > > > > > > > > > > > Mengapa saya diam saja ttg kawin (kontrak atau misywar?) di > > > > > Puncak?. > > > > > > > Buat > > > > > > > apa saya bicara, karena saya tak tahu detailnya. Seperti > > yang > > > > > Waluya > > > > > > > bilang > > > > > > > budaya kawin yang tidak lazim itu sudah ada dari dahulu. > > Bagi > > > > > orang > > > > > > > Bugis/Makassar yang pelaut dari dahulu (sudah bukan berita > > lagi > > > > > karena > > > > > > > sudah > > > > > > > lazim), mempunyai beberapa isteri di beberapa masing-masing > > > > > pelabuhan. Di > > > > > > > antara isteri-isterinya itu hanya satu yang diam bersama > > serumah > > > > > yaitu > > > > > > > yang > > > > > > > di kampung mereka masing-masing. Dan isteri-isteri yang di > > > > > > > pelabuhan-pelabuhan lain itu tidak serumah. Jadi nikah > > misywar > > > > > itu bagi > > > > > > > para > > > > > > > pelaut Bugis/Makassar itu bukan barang baru, buat apa > > > > > diributkan? Dengan > > > > > > > catatan, bahwa nikah misywarnya pelaut Bugis/Makassar itu, > > > > > bertanggung > > > > > > > jawab > > > > > > > atas isteri-isteri dan anak-anaknya, yang > > merupakan "dignity" > > > > > bagi mereka. > > > > > > > Fyi, kalau orang Aceh bertegur sapa: Peu khaba, orang > > Melayu: > > > > > Apa kabar, > > > > > > > orang Sunda: kumaha damang, orang Jawa:pie kabare, maka > > orang > > > > > > > Bugis/Makassar: siaganatu/siapamintu kamanakang (sudah > > berapa > > > > > jumlahnya > > > > > > > kemanakan) . Kemanakan maksudnya anak temannya itu.. > > > > > > > > > > > > > > HMNA > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > > > > > > From: "waluya56" <waluya56@ <waluya56%40yahoo.com>> > > > > > > > To: > > > <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > <wanita-muslimah% > > 40yahoogroups.com><wanita-m > > > uslimah% > > > > > 40yahoogroups.com>> > > > > > > > Sent: Thursday, July 20, 2006 10:24 AM > > > > > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Marjinalisasi kaum > > perempuan - > > > > > Kawin > > > > > > > Kontrak > > > > > > > di Kawasan Puncak > > > > > > > > > > > > > > > Ikut nimbrung. Kalau kawin kontrak atau apalah namanya, > > halal, > > > > > kenapa > > > > > > > > tidak dilegalkan saja?. Supaya sama-sama senang. Laki- > > laki > > > > > kebutuhan > > > > > > > > biologisnya terpenuhi dan keperluan ekonomi perempuan > > juga > > > > > terpenuhi. > > > > > > > > Tapi supaya hak-hak perempuan tetap terlindungi, > > > > > > > > perjanjian "kawin"nya harus jelas dan harus didepan > > notaris > > > > > (pejabat > > > > > > > > negara), bukan didepan "penghulu swasta". Misalnya diatur > > > > > bagaimana > > > > > > > > kalau "kawin" ini menghasilkan anak/keturunan. > > > > > > > > > > > > > > > > Perempuan Indonesia di jaman kolonial juga ada > > > > > yang "dipelihara" > > > > > > > > alias tidak dinikah resmi oleh Tuan-tuan Belanda atau > > oleh > > > > > Tuan-tuan > > > > > > > > pendatang dari Asia non pribumi. Di Jawa Barat perempuan > > ini > > > > > biasa > > > > > > > > disebut "Nyai-nyai" (Ingat cerita Nyai Dasima di > > Betawi?). Nah > > > > > > > > sekarang masalahnya apa? Toh "budaya" ini sudah ada sejak > > > > > jaman dulu! > > > > > > > > > > > > > > > > Salam, > > > > > > > > WALUYA > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- In > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > > > > <wanita-muslimah% > > > > > > > > > > 40yahoogroups.com>, > > > > > > > "Ari Condro" <masarcon@> > > > > > > > > wrote: > > > > > > > > > > > > > > > > > > FYI, yg dilakukan di puncak bukan kawin kontrak, tapi > > nikah > > > > > > > > miswar. karena > > > > > > > > > pelakunya adalah lelaki arab salafi aliran wahabi. > > justru > > > > > mereka > > > > > > > > ini > > > > > > > > > dilarang kawin kontrak/mut'ah. > > > > > > > > > > > > > > > > > > Di malaysia, brunei, filipina dan thailand selatan, di > > > > > kantong > > > > > > > > kantong > > > > > > > > > muslim, nikah miswar ini makin sering terjadi, tidak > > hanya di > > > > > > > > puncak. anda > > > > > > > > > tahu kenapa bisa begitu ??? > > > > > > > > > > > > > > > > > > dan apakah kita mendengar ucapan ulama lokal kita > > sekelas > > > > > hmna atau > > > > > > > > adian > > > > > > > > > husaini atau orang orang HT semisal ismail yusanto atau > > > > > muhamad al > > > > > > > > khattat, > > > > > > > > > ataupun orang orang PKS di syariah online yg menolak > > praktek > > > > > nikah > > > > > > > > miswar > > > > > > > > > ini ? > > > > > > > > > > > > > > > > > > TIDAK PERNAH .... > > > > > > > > > > > > > > > > > > dugaan jelek saya, karena jusuf kalla mendukung nikah > > miswar > > > > > ini, > > > > > > > > dan yusuf > > > > > > > > > kalla adalah orang yg menjadi pengayom KPPSI dan > > pendukung > > > > > dana > > > > > > > > nya .... > > > > > > > > > orang PKS dan orang salafi ndak berani nolak, soale > > ada yusuf > > > > > > > > qardhawi dan > > > > > > > > > bin baz yg setuju praktik nikah miswar ini di timur > > tengah. > > > > > > > > > > > > > > > > > > susah gitu lho kalo urusan duwit. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > salam, > > > > > > > > > Ari Condro > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > On 7/19/06, Lina Dahlan <linadahlan@> wrote: > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Mengapa tidak boleh berharap? Fatwa itu kan bisa > > dibuat > > > > > > > > berdasarkan > > > > > > > > > > skala prioritas. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Kawin kontrak seperti yang dikisahkan oleh Iwan > > Santosa > > > > > (dan > > > > > > > > > > dipostingkan oleh mbak Aisha Yasmina) kan beda dengan > > > > > nikah sirri, > > > > > > > > > > sikonnya. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Yusuf AlQardhawi, dan para fuqaha lainnya tentu akan > > > > > berpendapat > > > > > > > > > > sama ttg nikah bahwa sahnya nikah ditentukan oleh > > rukunnya > > > > > yg > > > > > > > > > > terpenuhi or tidak. Nah kapan milih nikah misywar, > > sirri, > > > > > dllnya > > > > > > > > > > perlu fatwa...karena bergantung sikon...:-). Misywar > > bisa > > > > > > > > difatwakan > > > > > > > > > > di Arab krn sikonnya memang membutuhkan spt itu. > > Sama saja > > > > > dengan > > > > > > > > > > poligami, bisa ditutup rapat dan bisa dibuka > > lebar...:-) > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Tapi kalo kawin kontrak ala puncak???? kok ada > > negosiasi > > > > > harga dan > > > > > > > > > > waktu?? Apa ada rukun nikah spt itu? Itu harus > > dihentikan > > > > > or > > > > > > > > difatwa > > > > > > > > > > haramkan. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > wassalam wr wb., > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- In > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > <wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > > > > <wanita-muslimah% > > > > > 40yahoogroups.com><wanita-muslimah% > > > > > > > > > > > > > 40yahoogroups.com>, > > > > > > > > > > "Ari Condro" <masarcon@> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > wrote: > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > nikah misyar disutujui oleh bin baz dan yusuf al > > > > > qordhowi. MUI > > > > > > > > > > juga setuju > > > > > > > > > > > nikah sirri. jadi jgn harap yg enggak enggak > > deh .. mbak > > > > > > > > Lina ... > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > oh ya, minggu kemarin siaran infonya hasan turabi > > di bom > > > > > ama > > > > > > > > > > kelompok > > > > > > > > > > > fanatik. mas dwi ndak ada infornya ... gendengnya > > di tv > > > > > dibilang > > > > > > > > > > kalo hasan > > > > > > > > > > > turabi itu ulama shiah .. payah nih > > reporternya .... > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > On 7/19/06, Lina Dahlan <linadahlan@> wrote: > > Minimal > > > > > minta MUI > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > tuk > > > > > > > > > > > buat fatwa haram kawin kontrak...:-). Trus > > > > > > > > > > > pasang deh spanduk2 di Puncak "MUI: kawin kontrak > > itu > > > > > > > > haram"...:-) > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > ======================= > > Milis Wanita Muslimah > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com> > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]<wanita-muslimah-unsubscri be%40yahoogroups.com> > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com<keluarga-sejahtera%40yahoogroups.c om> > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com<majelismuda%40yahoogroups.com> > > > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... > > > > > > Yahoo! Groups Links > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/