http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/25/0902.htm


Umar bin Khattab dan Rawan Pangan
Oleh H. USEP ROMLI H.M 
  LEBIH dari 40.000 orang di Kec. Pakenjeng, Kab. Garut, menderita rawan 
pangan. Tak lagi memiliki beras dan uang. Untuk bertahan hidup, mereka terpaksa 
memakan ketela pohon, gadung, bahkan pisang muda. Kondisi itu sudah berlangsung 
tiga mingguan ("PR", 22/9). 

Benar-benar gawat. Jika tidak cepat ditangani, mungkin mereka terpaksa melahap 
"bodogol cau". Suatu kenyataan yang pernah terjadi pada zaman penjajahan Jepang 
(1942-1945). Ketika itu, bahan pangan dari setiap perdesaan, banyak dikuras 
oleh "Saudara Tua" untuk membiayai perang "Asia Raya". Ya, namanya juga 
penjajah. Tak peduli akan nasib rakyat yang dijajahnya.

Tapi situasi semacam itu, sekarang mungkin saja dapat muncul di mana-mana. 
Sebab krisis ekonomi masih terus berlangsung. Kendati Indonesia punya sepuluh 
orang terkaya di dunia, versi majalah "Forbes" edisi Agustus 2006, toh orang 
miskin berjumlah jutaan. Sementara perhatian pemerintah daerah (kabupaten/kota) 
untuk menanggulangi gejala kekurangan pangan sangat kurang. Tampak dari 
peristiwa rapat Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Jawa Barat di Gedung Sate (21/9), 
yang hanya dihadiri dua kepala daerah yaitu Wali Kota Bekasi dan Bupati Kab. 
Bekasi, ditambah Wakil Bupati Kab.Tasikmalaya. Para bupati/wali kota 
selebihnya, hanya mengutus pejabat setingkat kepala dinas yang bukan penentu 
kebijakan di daerah masing-masing. Pantas Gubernur H. Danny Setiawan marah. 
Sebab masalah rawan pangan dan kemiskinan di Jawa Barat, bukan sepele. Terbukti 
dari peningkatan jumlah penduduk miskin dari 2,9 juta jiwa tahun 2005, menjadi 
5,31 juta jiwa tahun 2006. Belum terhitung jumlah rumah tangga yang mengalami 
defisit kalori, dan defisit energi mencapai rata-rata 60 % hingga 80 % di 
setiap kota/kabupaten. Baik rawan pangan, maupun defisit kalori, dan energi, 
tak begitu jauh berbeda. Sama-sama menunjukkan gejala ketidakmampuan 
mengonsumsi makanan yang layak bagi kebutuhan tubuh yang wajar.

Kenyataan di lapangan sudah jelas. Rawan pangan di Kec. Pakenjeng, Kab.Garut 
adalah fakta. Sementara di Bekasi, berdasarkan laporan Pj. Bupati Tenny 
Wishramwan, terdapat 11 kecamatan menderita rawan daya beli. Empat kecamatan di 
antaranya sudah masuk kategori rawan pangan. Itu di Bekasi, yang berdekatan 
dengan ibu kota negara. Dapat dibayangkan, bagaimana daerah-daerah nun jauh 
terpencil, seperti Pakenjeng, Garut.

Suatu ironi besar. Ketika di berbagai tempat berdiri restoran-restoran baru 
yang menyita lahan-lahan pesawahan produktif -- termasuk di kawasan utara Garut 
-- di berbagai tempat lainnya, puluhan ribu penduduk kelabakan mencari "bodogol 
cau" sekadar mengganjal perut lapar.

Di tengah suasana seperti itu, juga di tengah Ramadan penuh berkah kini, tak 
salah jika kita mendambakan figur pemimpin seideal Umar bin Khattab. Khalifah 
kedua dalam jajaran "Khulafaur Rasyidin" itu, walaupun hidup 1.500 tahun yang 
lalu telah meninggalkan jejak-jejak beradab, modern, dan dedikasi tinggi. Dr. 
Mustafa Mahmud, penulis "Abqariyah Umar" (1974) menuturkan kisah ketelatenan 
Umar dalam memerhatikan kehidupan rakyatnya. Suatu malam ia bersama sahabatnya 
menemukan ibu rumah tangga sedang merebus batu. Di dekatnya, empat orang anak 
merengek-rengek kelaparan. Setiap kali mereka menangis meminta makan, Si Ibu 
itu membujuk-bujuk agar sabar, karena makanan belum masak.

Ya, mana mungkin batu akan masak. Hingga anak-anak terlelap tidur, membawa 
perut kosong, periuk berisi batu masih terus terpajang di atas tungku. Umar 
segera bertindak. Ia mengambil sekarung terigu dari gudang Baitul Maal. 
Dipanggulnya sendiri menuju gubuk keluarga miskin itu. Sahabatnya yang kasihan 
menyaksikan Umar terengah-engah, mencoba membantu. Tapi Umar menolak keras. Ia 
menyatakan, "Engkau di sini sekarang, mampu membantu memikulkan karung terigu 
ini. Tapi di sana nanti, pada hari perhitungan, mampukah engkau membantuku 
memberi pertanggung jawaban? Tidak! Ini dosaku pribadi sebagai pemimpin yang 
lalai mengurus rakyatnya, sehingga kelaparan dan harus menipu anak-anaknya 
dengan rebusan batu! Dosaku berlipat ganda! Membiarkan seorang rakyatku lapar 
dan menjadikan ia seorang penipu! Aku tak punya dalih apa pun jika Allah Azza 
wa Jalla mendakwaku kelak !"

Setelah menyerahkan sekarung terigu, Umar sendiri yang membuat adonan makanan, 
memasaknya, dan menyuapkannya kepada anak-anak tadi, hingga merasa yakin bahwa 
perut mereka sudah kenyang.

Sayang, jejak langkah dan watak kepemimpinan Umar bin Khattab hanya tinggal 
catatan di buku-buku sejarah. Sudah amat jarang yang mengikutinya lagi. Mungkin 
sudah dianggap kuno dan "tidak bergengsi" bagi pemimpin masa kini .*** 

Penulis, wartawan senior.


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke