Mbak Nawiro masih belum mengerti point diskusinya? :) It's what at the back of your head. Terkait dng apa yg mbak Mia sebut sebagai konsep "feminitas" dan "maskulinitas". Dan soal buku bacaan yg mbak kutip, bahasan di milis ini soal homoseksual sudah lebih jauh dari sekedar persoalan homoseksual itu dosa. Soal justifikasi juga demikian, ketika mbak Mia mengurai dng sistematisnya soal bagaimana kita mengkritisi fenomena homoseksual saat ini di Indonesia yg perlu dibedakan antara homoseksual sbg pilihan orientasi seksual dan gaya hidup. Kritis thd definisi membantu kita utk bisa memilah2 dan lebih jernih dlm melihat persoalan (dari segi bahasa, persoalan beda dng masalah ya :P).
Ini berkaitan juga dng soal bahan bacaan, yg bisa saya komentari cuma, well, sometimes we are what we read, aren't we? :) Saya rasa sudah banyak bahan bacaan yg mengkritisi isi buku yg mbak bawa kesini. Bukan sekedar membaca dari perspektif lain dan kemudian 'memilih' yg mana, tapi apa 'pembacaan' kita dari berbagai macam pemikiran/buku yg kita baca. Kaya bikin paper lah, utk level tertentu, apa yg kita tulis tergantung dari apa yg kita baca (selain dari apa 'pembacaan' kita thd apa yg kita 'baca'). Kalau kata dosenku, critical camps. Dua kata yg bikin saya puziiing selama setahun lebih :-)) Terakhir, Metode 'googling' sah2 saja. Professor saya sendiri pun sering googling utk data paper, buku, dsb. Karena semakin banyak organisasi, media massa, dsb yg memakan media internet. Masalah kredibilitas datanya, itu masalah kemampuan kita juga dlm menilai suatu data yg kita pakai dari internet bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau tidak. Jadi saya rasa mbak perlu mengikuti jejak mbak Chae ber'googling' ria. Berlatih aja dulu dng menggunakan kotak search yg ada di milis ini, utk liat2 hasil diskusi soal homoseksual di milis ini (dijadiin PR malah lebih baik, bantu kami utk bikin resumenya :P). Ps buat Mas donnie, saya setuju dng observasinya. Gak cuma di milis ini. Dan itu sudah terjadi cukup lama. Saya rasa itu berawal dari tuduhan mereka yg sembrono bahwa milis ini milis liberal. Padahal saya udah bilang berkali2, milis ini milis progresip. Wacana yg kita bangun adalah wacana atau pendekatan kritik. Tapi seperti biasanya, mereka gak paham apa itu 'liberal', pendekatan kritik, dsb. Yg mereka paham itu, liberal dan gak Islami atau 'ndak bener' = memperjuangkan homoseksualitas, menghujat poligami, membela si babi :), dsb. Ikon liberal: playboy :)) --> eh, ini cerita dari milis lain. salam, herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Nawiro Aisyataini <[EMAIL PROTECTED]> wrote: mbak Mia...kan kata lemah gemulainya saya beri tanda kutip...nanti kalo saya bilang kelainan sexual topik diskusi jadi baru lagi.... > > ----- Original Message ---- > From: Mia <[EMAIL PROTECTED]> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Friday, November 17, 2006 6:43:27 PM > Subject: [wanita-muslimah] Re: Poligami - cowok gemulai > > Ini diskusi yang bagus antara mba-mba...cowok yang gimana (gemulai > atau homo), jadi cerminan ke cewek juga kan? > > Mengutip yang dari kitab Ibn Taimiyyah: "Dimana disebutkan salah > satunya dengan memberikan kerja-kerja yang sesuai dengan nalurinya, > semisal kalo orang laki tapi yang orientasinya lemah gemulai maka > dia diberi aktivitas-aktivitas yang keras sebagaimana pria" > > Pertama cowok lemah gemulai itu blum tentu homo (walaupun cowok homo > macho kayaknya sering ngiler sama cowok lemah gemulai). Blum tentu > juga transex / waria mba Chae. Jadi ada spektrum 'feminitas' gitu. > > Saya slalu inget ini lantaran 'dinasehatin' tegas sama anak saya. > Aku kan mancing-mancing dia karena ngliat temennya yang lemah- > gemulai...'hombre' bukan, nak? tanyaku. Dengan tegas sampe gw ciut > anakku bilang, mami jangan sembarangan ya. Dia itu punya pacar > cewek, bukan waria, bukan hombre, tapi cuman gemulai aja. > > Di supermarket, ada anak cowok yang megang-megang boneka binatang > dengan ngilernya. Ibunya buru-buru ambil boneka itu dan bilang, > jangan maen sama itu nak, cowok nggak boleh, ntar jadi hombre. Lha, > gw dulu ngasih anak-anakku yang cowok stuffed animals...:- ( > > Mba Nawiro, apakah kalau cowok gemulai ini demen kursus hairdresser > atau fashion design, misalnya - ini nggak memenuhi kriteria bukunya > Ibn Taimiyyah sebagai aktivitas laki-laki? > > Apakah ada tulisan yang mengimplikasikan Abu Huraira sebagai 'cowok > gemulai' dan ceriwis, karena itu ditempatkan di rumah tangga dengan > perempuan lain, dan karena itu sering 'bersaing' dengan Aisha? Jelas > Abu Huraira nggak disuruh nemenin kepala suku berburu, yang core > aktivitasnya laki-laki. Biasanya Arcon punya sumber-sumber ni. > > Salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, "Chae" > <chairunisa_ mahadewi@ ...> wrote: > > > > Ma'af dech Mba Wiro... (duh jadi inget wiro sableng;)..kalau > begitu.. > > mungkin saya terlalu gegabah mengambil kesimpulan secara > serampangan. > > > > Hanya saja kesimpulan yang saya tarik itu hasil dari apa pengalaman > > saya selama ini. Coba dech Mba Wiro sekali-kali googling tentang > > homoseksual misalnya dengan kata kunci bagaimana mengatasi > homoseksual > > secara islami...biasanya yang keluar ya itu seperti yang saya > > ceritakan hanya mengatakan bahwa homoseksual itu dosa ...harus > > dihindari titik... tanpa ada bagaimana caranya...kalaupun ada > jwabanya > > klise sekalee yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah...tapi > tetep > > aja kebentuk bagaimana??? toh solusi yang diberkan tidak menyentuh > > akar permasalahanya. ..kaya ngasih obat saya yang sakit perut karena > > usus buntu tapi dikasih oralit.. > > > > Mba Wiro, memang sebagian masyrakat kita mempersepsikan homoseksual > > dengan laki-laki yang berprilaku kewanita-wanitaan atau bahasanya > > banci, waria etc...kelompok ini malah cenderung di sebut sebagai > > transeksual di banding homoseksual. > > > > Tapi sebenarnya homoseksual lebih dari itu, kaum homoseksual justru > > menyadari dan merasakan serta mengakui kalau dirinya laki-laki, > > tampilan mereka pun sama seperti laki-laki heteroseksual. Banyak > dari > > mereka menggeluti bidang pekerjaan yang di dominasi laki-laki. > Hanya > > saja secara seksual mereka tertarik dengan laki-laki lagi. > > > > --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, Nawiro Aisyataini > > <ummu.amiq@> wrote: > > > > > > Mbak chae, belum-belum mencontohkan apa yang seharusnya tidak > > dilakukan... yaitu justifikasi. Apakah setelah melihat sinetron > > kemudian langsung menjustifikasi kalo curhat sama pak Ustad atau > kyai > > cuman dikasih tahu soal dosa doang!? Padahal saat iktikaf di sebuah > > masjid di kabupaten Malang saat itu ada khataman ttg kitab As > Siyasah > > Asy Syariyah karangan Ibnu Taimiyah (sudah ada terjemahnya) itu ada > > satu bab tentang bagaimana penanganan terhadap "orientasi sexual" > yang > > mbak maksud. Dimana disebutkan salah satunya dengan memberikan > > kerja-kerja yang sesuai dengan nalurinya, semisal kalo orang laki > tapi > > yang orientasinya lemah gemulai maka dia diberi aktivitas-aktivitas > > yang keras sebagaimana pria. Begitu juga ttg kecenderungan menyukai > > sesama jenis. (lebih lengkapnya.. baca saja bukunya..!! saya sendiri > > lupauraiannya) . Hanya saja mungkin jangan langsung > justifikasi. ..itu > > pointnya > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >