kang muncar, bukan berarti ngecu adalah satu2nya mata mencaharian; tapi menyerbu kafilah dagang, bukan kriminal dan tidak tabu pada masa itu (selama merasa kuat) ini semacam show off kekuatan dan biasanya dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan atas jalur dagang. Itulah sebabnya sering saya kemukakan dalam perang badar pun ada motif ekonomi yang cukup kuat. Beratnya member seperti jano, fauzan, ari setiawan dan banyak lagi kalo saya kemukakan masalah ini pasti akan mengkopi paste puluhan hadits dan mengancam, kalo tidak percaya hadits berarti inkaru sunnah. bagi saya bukan cuma di milis, di dunia nyata juga terjadi beberapa kali, selesai memberikan "ceramah" dicegat gerombolan orang. saya bukanlah penceramah agama, tapi sesekali diminta mengemukakan pendapat di depan sebuah majlis (kelompok pengajian, rukun kematian, majlis dszikir, dan banyak sekali penamaan kelompok)
soal senjata sebagai lambang, sudah lama saya tidak setuju dengan ini, kalo mau memperhatikan pem prov/kab di indonesia juga banyak menggunakan ini, pemkab aceh utara misalnya menggunakan Rencong, kal bar, bulungan, barito utara, nunukan, belitung, surakarta, bondowoso masih menyisakan gambar pedang/keris. saya bersyukur pekalongan menggunakan gambar canthing (alat untuk membathik). nah kalo ksa udah ndak suka perang, mereka malah takut perang lha hidup sudah sangat enak dengan hasil minyak bumi yg melimpah. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "bmuncar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Sabri, jadi mengerti saya sekarang. Karena mata pencaharian satu- > satunya merampok dan ngecu ya apa boleh buat, mau nggak mau dianggap > kepantasan, sebagaimana menjadi petani maupun nelayan. Apalagi orang > Arab memang suka perang, lambangnya saja pedang. Negara-negara lain > biasanya lambangnya burung, padi, kapas, gerigi roda, dan ada juga > yang perkakas tukang. > Nggak mungkinlah Pak Sabri di ruqyah, yang harus diruqyah justru > demitnya... he..he... > > Salam