nambah contoh yang kontemporer: Hillary Clinton.

dulu waktu suaminya nyalon presiden
kena isu WIL
dia selalu di samping suaminya.
Sudah jadi presiden, lagi-lagi isu WIL, Lewinskygate
tak bergeming dia.

Suaminya pensiun, giliran dia yang naik
dan bakal nyalon presiden.
Giliran Bill yang di belakang (entah apa masih "maen" di belakang :-) )

Mestinya posisinya Yahya Zaini digantikan saja oleh istrinya :-)

salam,
DWS

On 1/28/07, ritajkt <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
>  Lagipula, dibalik nama besar seorang perempuan, pasti ada keluarga
>  yang mendukungnya. Begitu juga sebaliknya. Setiap lelaki hebat juga
>  punya nama hebat yang mendukungnya dari belakang.
>
>  Yang di belakang layar ini bisa berarti suami/istri, bisa juga
>  orangtua atau anak-anak. kalau tak ada itu, saya rasa, orang-orang
>  besar itu tidak akan mampu memaksimalkan dirinya untuk "berguna"
>  dan "menjadi besar".
>
>  Dengan pandangan seperti itu, saya jadi ingat kasus poligami Aa Gym.
>  Saya kira, seandainya saja Teh Ninih berani bercerai, dan kemudian
>  (dengan tidak melupakan bisnis dakwah DT yang omzetnya jutaan itu)
>  tetap bekerja seperti sebelumnya dengan menjadi pendakwah maka saya
>  yuakin banget,Teh Ninih pasti akan lebih sukses dari suaminya.
>  Begitu juga dengan kasus Yahya Zaini. Seandainya saja Ny Yahya Zaini
>  yg tegar, intelek, dan cuantik (jauh lebih cantik dari si ME kalo
>  saya bilang :-))) itu maju berpolitik praktis, saya yakin ia pasti
>  dengan mudah bisa melampaui posisi suaminya. Soalnya, "kebesaran" si
>  Aa dan YZ selama ini ternyata terjadi karena di belakang layar itu
>  mereka di-support oleh istri yang hebat.
>
>  salam
>

Reply via email to