Makanya Kant pernah berujar: yg penting ialah bahwa setiap orang
menegakkah hukum ahlak (moral laws) dalam dirinya sendiri dulu. 
Artinya kendalikan diri sendiri dulu baru orang lain.

Tidak ada pembenaran yg dapat diberikan bagi laki2 yg beralasan bahwa
pelecehan sekusal thd perempuan yg dilakukan itu akibat kesalahan
perempuan karena terlalu menggiurkan.  Kalau si laki2 itu bisa
mengendalikan diri, maka tidak akan terjadi pelecehan seksual thd
perempuan. Mau pandangan mata keq, mau pakai bikini sambil berlenggang
kangkung keq, dll, kalau laki2 bisa mengendalikan diri, kan perempuan
aman.

Belum saya dengar dari ulama di milis ini bahwa tanggung jawab dalam
keputusan terakhirnya ada pada pihak laki2 sehingga merekalah yg harus
dibina utk mengendalikan syahwat dan hasrat seksualnya.  Bukan
perempuannya yg harus menjaga diri jangan sampai menggiurkan.

Bagi saya kelihatannya pemahaman Islam itu lebih suka melempar
kesalahan pada pihak lain.  Perkosaan, salah perempuan.  Perang
saudara, salah kafir.  Miskin dan terbelakang, salah Yahudi, dsb, dsb.

Kapan kita mulai berintrospeksi melihat bahwa salah satu sumber
kemunduran kita adalah kebodohan kita sendiri dan kurangnya upaya utk
mencari solusi yg sebenarnya?

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Penjelasan Mba Aisyah lebih baik ...lebih jelas dan lebih
> tersusun/terperinci daripada penjelasan saya, terima kasih Mba Aisyah:))
> 
> Saya hanya ingin menambahkan sedikit saja kepada Mba Ning mengenai
> masalah Menjaga pandangan dan masalah aurat.
> 
> Pertama menjaga padangan tidak berkonotasi dengan tidak boleh
> memandang sesuatu yang "edun-edun" atau sesuatu yang bikin terangsang
> baik terangsang secara seksual atau terangsang yang lainya seperti
> materi, kecemburuan dll.
> 
> Maksud dari menjaga pandangan adalah memanage atau
> mengatur/mengolah/mengusahakan agar apa yang kita pandang tidak
> menimbulkan effek negatif (mudharat) kepada diri kita.
> 
> Dengan demikian setiap orang akan senantiasa belajar untuk bisa
> mengontrol dirinya, katanya sih bisa karena biasa..
> 
> Kedua masalah aurat, apakah aurat ini selalu berkonotasi dengan ssuatu
> yang merangsang??
> 
> Ada laki-laki yang terangsang melihat hidung, bibir dari seorang
> wanita bahkan ada banyaak laki-laki yang teransang lihat bulu ketiak
> cowo lainya...apakah semua termasuk aurat??
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih
> \(Ning\)" <ninghdw@> wrote:
> >
> >  
> > Dik Aisha,
> >  
> > Kalau dik Aisha mengira saya menganggap memelihara pandangan artinya
> > sama dengan tidak boleh berkontak mata, dik Aisha salah.
> >  
> > Dalam pemahaman saya, memang pada saat berinteraksi atau berdialog
kita
> > harus berkontak mata. Artinya ya harus memandang. Interaksi tidak akan
> > effective bila kontak mata tidak terjadi. Pemahaman saya terhadap
AnNur
> > 30-31 itu (menjaga pandangan), bukan berarti tidak boleh terjadi
contact
> > mata. Tetapi tidak melihat aurat orang lain. Bila masing-masing wanita
> > dan pria itu tertutup aurat-nya dengan sempurna, insya Allah interaksi
> > akan lebih lancar. Karena tidak perlu menghindar-hindarkan mata dari
> > melihat yang bukan haknya.
> >  
> > Jadi TIDAK BENAR bahwa yang namanya memelihara pandangan itu trus
> > jalannya nunduuuk terus, atau kalau lagi ngomong dengan orang lawan
> > jenis nunduuuk terus. Maksudnya memelihara pandangan itu ya,
mengontrol
> > diri, agar TIDAK MELIHAT YANG BUKAN HAK-nya.  Lha sulit kan
pengontrolan
> > diri (agar tidak melihat yang bukan haknya tersebut), kalau banyak
yang
> > - mau tidak mau - pasti akan terlihat, wong berseliweran di depan
> > matanya. 
> >  
> > Ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan apakah dia akan "tergoda
> > syahwatnya" atau tidak. Karena kalau menggunakan indikator tergoda
atau
> > tidak, jadi relative untuk setiap orang. Ada orang yang bisa tergoda
> > hanya dengan mendengar suara perempuan, ada yang sama sekali tidak
> > tergoda biar pun ada orang pamer aurat keseluruhannya di depan
matanya.
> > Kalau menggunakan indikator ini, maka bisa jadi : hukum memandang
aurat
> > perempuan adalah HARAM bagi yang mudah tergoda, dan HALAL(MUBAH) bagi
> > yang tidak mudah tergoda. Apa begitu yang dik Aisha pahami?
> >  
> > Wass,
> > -Ning
> >  
> >  
> >  
> >  
> >  
> >  
> > ________________________________
> > 
> > From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Aisha
> > Sent: Friday, February 02, 2007 9:55 AM
> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com;
keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Subject: [wanita-muslimah] Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?
> > 
> > 
> > 
> > Mba Ning,
> > Saya dibesarkan di tengah keluarga yang biasa ngobrol dengan saling
> > memandang, termasuk antar lawan jenis, misalnya anak perempuan dengan
> > ayahnya, anak perempuan dengan saudara laki-laki atau sepupu laki-laki
> > atau om atau pakde, dll.
> > 
> > Jadi di luar rumah juga dalam aktivitas saya sejak sekolah sampai
kerja,
> > saya terbiasa memandang lawan jenis. Ternyata ada laki-laki yang
> > menunduk atau memandang ke arah lain, rasanya tidak nyaman lho mba,
> > karena saya tidak berpakaian yang ketat atau buka sana-sini sehingga
> > membuat lawan jenis terangsang. Lama-lama saya mengerti bahwa mereka,
> > laki-laki atau wanita yang menunduk atau mengarahkan matanya ke obyek
> > lain itu ketika berhadapan dengan lawan jenis karena menerapkan An Nur
> > 30-31 dengan tafsiran bahwa menjaga pandangan itu tidak boleh
memandang.
> > Tidak apa-apa kalau memang mereka tidak kuat menahan nafsunya kalau
> > memandang, jadi saya sekarang memahami bahwa memang mereka masih lemah
> > dalam kontrol dirinya atau mungkin sejak kecil tidak terbiasa untuk
> > melihat lawan jenis itu sebagai sama-sama manusia yang bisa
bekerja sama
> > melakukan sesuatu yang baik dalam fungsi kekhalifahannya di muka bumi
> > dan tidak hanya memandang manusia lainnya terutama lawan jenis sebagai
> > makhluk yang kaitannya selalu dengan syahwat.
> > 
> > Nah, kembali ke tafsiran ayat itu, sama-sama muslim/ muslimah tapi
bisa
> > beda-beda kan sikap dan perilakunya. Bagi saya sih, menjaga pandangan
> > itu adalah seperti yang mba Chaerunissa jelaskan, kita bisa memandang
> > lawan jenis tapi tetap bisa mengontrol diri, mengendalikan diri
sehingga
> > tidak terjadi hal-hal yang buruk. Bukankah itu esensi agama,
ketika kita
> > dihadapkan dengan segala godaan dunia yang menjerumuskan kita ke
> > perbuatan buruk, kendalikan, kontrol diri kita. Nabi Yusuf memangnya
> > tidak memandang Zulaika? Memandang dan malah dikejar-kejar, secara
fisik
> > dekat sekali, tapi kontrol dirinya yang OK sehingga dia tidak tergoda
> > (walaupun terangsang kata mba Chae) untuk melakukan hubungan seks
dengan
> > Zulaika.
> > 
> > Contoh kecil lainnya untuk kontrol diri, saat puasa kita punya makanan
> > minum milik sendiri (halal) di rumah sendirian, pulang dari satu
tempat
> > yang puanaaas banget, haus dan lapar, tergoda atau terangsang untuk
> > makan minum - minimal minum aja, tapi tidak kita lakukan karena kita
> > taat Allah dalam perintah puasa supaya kita jadi orang yang punya
> > kontrol diri yang bagus dalam hal makan minum. Kita puasa, misalnya
> > punya pasangan yang halal, lalu terangsang - kita tidak melakukan
> > hubungan seks walaupun dengan istri/ suami sendiri karena selama waktu
> > puasa, kita tidak boleh melakukannya. Dan tidak cukup kontrol diri
dari
> > makanan, minuman atau pasangan yang halal saja, dengan puasa kita juga
> > harus mengontrol diri untuk makan minum dan melakukan hubungan seks
> > dengan yang tidak halal, termasuk disini mengontrol diri untuk tidak
> > mencuri, tidak korupsi, tidak nipu, dll untuk memenuhi makan minum,
> > hubungan seks atau kekayaan untuk kita nikmati. 
> > 
> > Begitu hebatnya anjuran puasa untuk bisa mengontrol diri ya mba Ning,
> > kalau memang orang benar-benar melakukannya, tidak ada alasan untuk
> > tidak bisa mengontrol diri ketika melihat wanita yang tidak halal
untuk
> > dirinya. Jika memang begitu lemahnya kontrol diri, silahkan menunduk
> > atau memandang ke arah lain, jika sudah kuat pandanglah lawan bicara
> > dengan otak bersih tidak ngeres mikir yang aneh-aneh.
> > 
> > Jika masalahnya di tayangan tv, di kantor, dll - itu sih bisa disikapi
> > dengan aturan-aturan kesepakatan bersama. Misalnya di satu kantor ada
> > aturan, rok di bawah lutut dan blouse dengan blazer yang dadanya tidak
> > terbuka. Itu sudah cukup sopan karena tidak semuanya muslimah, dan
yang
> > muslimahnya sih rata-rata pakai rok panjang/ celana panjang dengan
> > jilbab. Jadi kesadaran menutup diri itu tidak dipaksakan, hanya ada
> > aturan minimal saja. Saya rasa orang juga tahu diri tanpa harus
> > dikontrol wanita harus berjilbab semua (mengontrol orang lain), wanita
> > datang ke pengajian atau ke mesjid kan tidak mungkin pakai tank
top atau
> > pakai rok mini. Wanita mau bekerja di kantor berapa persen yang pakai
> > baju terbuka atau mini? Biasanya yang masih muda, setengah tua
atau tua
> > atau yang muda juga tapi bertubuh gemuk, apa mau pakai mini dan
terbuka
> > sana-sini?
> > 
> > Jadi kontrol diri sendiri atau kontrol orang lain?:)
> > 
> > salam
> > Aisha
> > -------
> > From: Tri Budi Lestyaningsih
> > Justru itu mbak Chae. Mengontrol diri di pandangan kedua dan
selanjutnya
> > itu kan maksudnya menghindari dari memandang lagi. Lha kalau ada di
> > depan mata, berarti orang itu harus melengos-lengos terus don... Dan
> > tidak lagi bebas memandang berkeliling. Gimana ? 
> > ----------
> > From: Chae
> > Untuk Mba Ning,
> > Justru itu yang saya maksud kan bahwa perintah menjaga pandangan yang
> > saya pahami sebagai kewajiban untuk bisa mengontrol diri sebagai suatu
> > hal yang harus di utamakan daripada membatasi pihak lain.
> > 
> > Contoh kasus Nabi Yusuf, walau di goda sama yang somelehoi,denok
geboyyy
> > kalau basicnya ok alias kontro dirinya hebat tidak akan tergoda walau
> > secara naluri Nabi Yusuf juga "terangsang".
> > 
> > Jadi yang seharusnya di sosialisasikan adalah kontrol diri bukan
kontrol
> > pihak lain untuk kepentingan diri sendiri. Maka dari itu ada hadis
yang
> > menyatakan padangan pertama "berkah" pandangan kedua maksiat...artinya
> > ndak apa-apa kalau terpandang yang "edun-edun" merangsang tapi
kemudian
> > ada daya upaya dari dalam diri (kontrol diri)
> > untuk bisa mengendalikan....
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> > 
> > 
> > 
> >  
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Reply via email to