Jadi maksudnya dik Aisha, perbuatan membagi kondom pada orang yang suka
jajan itu hukumnya bukan haram ya ? Jadi apa hukumnya, dik ? Jangan
bilang "jangan dibenturkan" ya.. Semua perbuatan kan pasti ada hukumnya,
salah satu dari yang 5 itu.

Pemerintah itu bukannya memang bertanggungjawab atas rakyatnya ?
Pemerintah juga punya otoritas untuk membuat peraturan, dan juga
melakukan eksekusi. Jadi memang kalau mau solusi holistik, ya pemerintah
lah yang paling mampu, paling berhak dan paling berkewajiban. 

Rakyat itu harus disadarkan, bahwa dia punya hak untuk dilindungi,
diurus, dsb oleh pemerintah. Jangan sampai rakyat lupa akan haknya itu.
Sampai-sampai menganggap pemerintah itu hanya tontonan, untuk rame-rame
an saja. Malah ada ustadzah saya di sini menceritakan ada supir angkot
di sini bilang butuh pemerintah untuk bikin KTP doang... Sedih
deh..Karena tidak merasa diurusi oleh pemerintah. 

Kalau banyak pihak lain (e.g: LSM) mengambil alih tugas pemerintah,
selain R&R (Roles and Responsibility)-nya jadi ngga jelas, solusinya
tidak holistik, juga membuat pemerintah terlena, dik. Dampaknya juga
bisa kurang baik. Seperti FPI yang menertibkan rumah ibadah tempo hari.
Itu kan mengambil alih tugas polisi, sebenarnya. Banyak orang yang tidak
suka, kan ?

Apa yang saya lakukan ? Ya menyampaikan pendapat/opini seperti sekarang
ini. Memang baru itu yang saya mampu, dik. Yang pasti saya ngga akan
membagi-bagikan kondom, dik. Tapi jangan kuatir, saya juga ngga akan
menangkapi orang yang membagikan kondom... Mampu apa saya ?



-----Original Message-----
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Aisha
Sent: Friday, February 09, 2007 1:11 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com; keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Kondom dan alat suntik gratis

Mbak Ning,
Moral itu bahasa umum, akhlak itu istilah dalam agama Islam. 

Kenyataannya sekarang adalah HIV/AIDS itu tidak hanya menular di
lingkungan orang-orang yang tidak bermoral/ tidak berakhlak baik yaitu
di lingkungan kaum gay, pelacur atau yang berfree sex saja, tapi sudah
menulari orang-orang yang bermoral/ berakhlak baik seperti istri, ibu
yang setia ke satu suami atau bayi-bayi. 

Lalu bagaimana mengurangi penyebaran ini? Kondom dibagikan terhadap
laki-laki hidung belang itu supaya istri/ ibu dan bayi tidak tertular.
Sampai disini mba Ning bisa memahami? fokusnya justru para wanita dan
bayi yang tidak berdosa itu. Jika kemudian kondom itu disalah gunakan
oleh orang yang tadinya tidak jajan lalu setelah punya kondom jadi
jajan, itu artinya orang itu tidak bermoral/ tidak berakhlak baik karena
memang sudah diniatkan tapi belum berani dan berani karena kondom, orang
seperti ini kan tidak takut Allah, sudah jelas orang tidak bener, tidak
bermoral alias berakhlak buruk! Tapi jika memakai kondom, paling tidak
istrinya tidak tertular karena resiko laki-laki untuk tertular itu
dikurangi.

Jika mba Ning tidak setuju dan malah menganggap yang membagikan kondom
tidak berakhlak, lalu apa solusi mba Ning untuk melindungi ibu-ibu dan
anak-anak? Apa hanya minta ke pemerintah saja? :)

salam
Aisha
---------
>From : Tri Budi Lestyaningsih
Seharusnya moral memang sama dengan akhlaq. Saya membedakan moral dan
akhlaq, karena memang kenyataannya, pada saat ini, keduanya itu bisa
berbeda. Maksud saya, ada perbuatan yang dikatakan bermoral, tetapi
tidak bisa dikatakan berakhlaq.
 
Contohnya : Ada orang-orang yang membagikan kondom kepada orang-orang
yang suka "jajan". Bisa jadi Bapak mengatakan bahwa itu adalah tindakan
yang bermoral. Karena tujuannya adalah menghindarkan orang tsb dari
tertularnya penyakit akibat "jajan". Tapi tindakan itu bukanlah tindakan
yang berakhlaq. Karena memfasilitasi perbuatan yang haram, hukumnya
haram juga. 
 
Begitu maksud saya, pak.
 
Mengenai solusi untuk penyebaran HIV/AIDS, pembagian kondom kepada orang
yang suka jajan, maupun pemberian alat suntik bersih kepada para pecandu
narkoba, memiliki resiko bertambahnya pelaku perzinahan, dan pengguna
narkoba, pak. Jadi "solusi" itu menimbulkan masalah baru, Pak. Ini
terlepas dari keharaman melakukannya seperti yang saya sebutkan di atas.
 
Tapi saya setuju dengan Bapak, bahwa perlu adanya penyelesaian masalah
yang terintegrasi, termasuk permasalahan ekonomi, pendidikan dsb untuk
menuntaskan masalah ini. Tinggal political will pemerintah aja sekarang
dalam meng-apply solusi yang holistik bagi permasalahan ini.
 
Wallahu'alam,
Wassalaam,
-Ning
-------------
From: Kartono Mohamad
Maaf mbak, kata akhlaq dan moral pada dasarnya sama. Al Farabi
menggunakan kata akhlaq ketika menerjemahkan kata "moral" dari buku-buku
Yunani (Aristoteles, dsb). Agama memang menganjurkan orang agar bermoral
(akhlaq) baik, seperti kata Nabi Muhammad bahwa beliau diutus untuk
memperbaiki akhlaq manusia. Tetapi dalam kenyataan sering terlihat bahwa
orang yang mahir dalam agama belum tentu berakhlaq (bermoral) baik.
Bahkan ada yang mempersoalkan bahwa agama (kitab suci), baik Yahudi,
Keristen atau Islam, sering mengajarkan dan menganjurkan perbuatan yang
bertentangan dengan moral (akhlaq). Ini dapat menjadi bahan diskusi
(intelectual exercise) tersendiri. 
Kembali kepada soal kondom, pada saat ini di Indonesia (dan juga banyak
negara lain di dunia) penularan HIV terutama terjadi melalui hubungan
seks dan pengguna narkoba dengan jarujm suntik. Jumlah pengguna narkoba
lewat jarum suntik yang tertulari dan menularkan HIV di Indonesia
meningkat pesat. Kalau kemudian mereka juga melakukan hubungan seks
(termasuk dengan isterinya), ia akan berpotensi menularkan HIV ke
isterinya. Dan kemudian dari isteri ke bayi yang dilahirkannya. Jumlah
anak yang sudah tertulari HIV sejak lahir di Indonesia ini makin banyak,
meskipun belum seburuk negara-negara Afrika. Kepada merekalah program
penggunaan kondom dan jarum suntik steril ditujukan Mengajari mereka
agar kembali ke agama akan sangat sulit. Bagi mereka, agama adalah soal
ketika mau kawin atau ketika mati. Tanah Abang terkenal sebagai tempat
agamis (Islam), tetapi di sana juga terdapat tempat pengguna dan
pengedar narkoba yang besar.  Kondom juga ditujukan kepada laki-laki
yang gemar berganti pasangan seks, termasuk doyan ke tempat pelacuran.
Menghapus lokalisasi tidak akan pernah menghilangkan praktik pelacuran.
Saya yakin anda tahu itu. Menangkapi para PSK juga tidak menghilangkan
pelacuran. Selama masih ada laki-laki yang mencari mereka, selama itu
pula mereka akan hadir, terutama dalam situasi ekonomi, tingkat
pendidikan, dan kesempatan kerja yang rendah. Kalau mau menghilangkan
pelacuran, yang seharusnya ditangkapi dan dikarantina adalah kaum
laki-laki yang suka "jajan". Bukan para PSK-nya.
Kan yang aktif para laki-lakinya. Selama masih ada laki-laki yang
demikian, anjuran menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
kelamin (termasuk HIV) merupakan salah satu cara yang efektif. Tentu
saja selain itu banyak program lain yang harus dilakukan termasuk
mengingatkan akan ajaran agama. Tetapi jangan lupa bahwa ada juga da'i
yang terkena penyakut kelamin, karena mereka manusia biasa yang
adakalanya tidak tahan godaan. Ketika berdakwah atau sholat, banyak
orang yang merasa dekat dengan Tuhan, tetapi begitu syahwat sedang
meningkat, mereka lebih senang dekat dengan Setan. 
Salam
KM 

[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI :
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
.... 
Yahoo! Groups Links



Reply via email to