Mas Ari,

Tidak melihat saya menggunakan tanda petik dalam mengatakan  
"kontrak".  Terus terang saya bukan ahli fikih, tapi perkara kawin  
yang seperti "kontrak" di puncak oleh orang2 yang kebetulan dari Arab  
itulah yang saya soroti, dan bukankah tidak ada tentangan dari orang  
yang mengaku "ulama" (dengan tanda petik juga), bahkan di milis ini  
waktu diskusi ramai tentang fenomena itu, adakah yang mengatakan hal  
tersebut haram dan tidak legal dari ulama milis ini yang kalau dengan  
istilah saya "konservatif".  Praktek seperti itu yang saya bilang  
akan bisa menyebarkan HIV

Kalau anda minta pencerahan sama saya, anda salah alamat.

regards,
Donnie

=============
On 15 Feb 07, at 23:40, Ari Setyawan wrote:

> Om Dokter...
> Mohon pencerahannya nih...
> Di kitab fikih apa ya kawin kontrak itu mungkin halal dan legal  
> menurut agama?
> ?????
> ----- Original Message -----
> From: Donnie
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, February 07, 2007 8:39 PM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Akhlak - Kondom dan alat suntik gratis
>
> Termasuk diantaranya praktek kawin "kontrak" yang secara fikih
> mungkin halal dan legal menurut agama juga akan menyebabkan
> penyebaran HIV
>
> regards,
> Donnie
>
> On 08 Feb 07, at 3:18, Aisha wrote:
>
> > Mba Ning,
> > Saya rasa seorang dokter (yang juga doktor) seperti pak KM tidak
> > akan sembarangan dalam menyatakan sesuatu, termasuk ketika beliau
> > menyatakan bahwa tidak ada bukti dengan adanya kondom maka
> > perzinahan meningkat.
> >
> > Yang pernah saya baca, ada penelitian Family Health International
> > tentang para pelanggan pelacur (saya lebih suka menggunakan istilah
> > ini karena lebih jelas bahwa ini adalah penjual tubuh daripada PSK
> > yang pakai kata pekerja tapi diuber-uber satpol PP, jika diakui
> > sebagai pekerjaan oleh pemerintah sebagai pekerja artinya itu resmi
> > seperti pekerja lainnya, harus dilindungi ya? Kalau tidak, jangan
> > pakai kata pekerja kan? dan PSK juga sering orang kebalik-balik
> > ngetik, malah jadi PKS :)
> >
> > Kembali ke penelitian tersebut, ternyata selain kelompok PNS,
> > pegawai swasta, dll ada juga kelompok pelajar dan mahasiswa, kalau
> > tidak salah pelajar 15% (lupa lagi, nanti saya check lagi, yang
> > jelas persentasenya 2 digit, saya saja kaget). Nah sekarang mba
> > Ning dan pak Ahmadi bisa membayangkan, pelajar dan mahasiswa saja
> > ada yang jadi pelanggan pelacur. Jika mereka tidak memakai kondom
> > (menurut satu penelitian, pemakaian kondom di pelacuran hanya 10%),
> > dan tertular HIV maka dia akan tetap segar bugar dalam 10 tahun dan
> > selama itu dia bisa menulari orang lain tanpa dia sadar bahwa sudah
> > terkena HIV. Jika seorang pelajar berumur 18 tahun, maka di usia 28
> > dia baru sampai ke stadium AIDS dimana kekebalannya tubuhnya sudah
> > hilang. Bayangkan jika selama dia segar bugar, dia melakukan
> > hubungan seks dengan istrinya, dia menulari istri dan lalu bayinya.
> > Apakah istri dan bayinya itu seorang yang berdosa?
> >
> > Pak Ahmadi, jangan campur baurkan keimanan dengan penularan HIV/
> > AIDS ini, bayi yang suci bersih saja bisa tertular, istri solehah
> > yang hanya melayani suaminya saja bisa tertular. Ini masalah
> > penyakit yang mungkin saja menulari siapa saja, bukan sekedar kaum
> > homo seperti waktu pertama kali ditemukan, atau pelacur atau yang
> > berseks bebas. Ingat bahwa pelanggan pelacur itu bisa saja seorang
> > bapak, seorang suami yang punya anak istri di rumah, atau seperti
> > kasus pelajar di atas. Kondom itu digunakan supaya tidak tertular
> > dan tidak menularkan HIV.
> >
> > Mba Ning memakai kata moral dan kemudian diganti dengan akhlak,
> > saya pikir sama saja, hanya saja akhlak itu bahasa agama. Akhlak
> > itu apa sih? Akhlak itu cara seseorang berfikir, bersikap dan
> > bertindak dalam merespons sesuatu. Contohnya begini, seorang laki-
> > laki yang punya istri jadi sopir truk. Dia bertugas dan makan di
> > warung remang-remang, ada pelacur. Jika dia kemudian dia berfikir
> > bahwa sekali-sekali melacur tidak apa-apa dan istrinya tidak akan
> > tahu, lalu dia bersikap baik terhadap pelacur itu dan bertindak
> > dengan melakukan hubungan seks dengan pelacur itu, maka dalam agama
> > bisa dikatakan saat itu akhlaknya buruk karena ada ayat yang
> > mengatakan jauhi zinah, tapi dia malah melakukan perzinahan.
> > Sekarang jika sopir truk itu ingat ayat itu, tahu resiko bisa kena
> > penyakit dan sayang anak istrinya sebagai titipan Allah dan tidak
> > mau menulari mereka dengan penyakit, maka dia tidak berfikir, tidak
> > bersikap dan tidak bertindak melakukan perzinahan, maka saat itu
> > bisa dikatakan akhlaknya baik karena sesuai tuntunan agama.
> >
> > Lihat kenyataan hidup, ternyata akhlak orang-orang, bukan hanya
> > sopir truk saja, banyak yang buruk. Cara mereka berfikir, bersikap
> > atau bertindak itu tidak sesuai tuntunan agama, sehingga shalat
> > jalan terus, puasa di bulan ramadhan juga dilakukan, atau mungkin
> > juga rajin berhaji, tapi kelakuan ancur, mereka berzinah, mereka
> > korupsi, dll. Sementara di lain pihak, penegakan hukum lemah,
> > pendidikan rendah, kemiskinan, pemahaman agama juga sekedar
> > beragama menunaikan ibadah sholat puasa saja, tapi kelakuan di luar
> > sholat puasa itu buruk. Bukan hanya pelacuran saja, masalah narkoba
> > kan banyak sekali. Jadi saya bisa memahami dengan kondomisasi ini,
> > masalah orang yang mau berzinah dengan adanya kondom ini, itu hanya
> > memperlihatkan bahwa masih banyak umat Islam yang lebih
> > mementingkan nafsu syahwatnya, masih banyak yang akhlaknya buruk,
> > masih banyak yang pemahaman agamanya sekedar ritual taoi tidak
> > menjaga pikiran, sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-
> > hari, masih banyak yang tidak mengerti bahaya penyakit kelamin
> > termasuk penyakit AIDS.
> >
> > Eh iya mba Ning, di Jabar itu pemasok pelacur terbesar dari
> > Indramayu. Ketika tempat pelacuran di Jakarta ditutup, mereka
> > pulang ke kota asalnya dan buka warung seks di rumahnya. Orang
> > tuanya juga tutup mata karena mereka banyak yang miskin yang
> > menggantungkan hidupnya dari anaknya yang jadi pelacur, malah
> > kabarnya ke tempat pelacurannya saja, orang tua yang mengantar.
> > Pemda sana kebingungan karena mereka juga punya proyek membina para
> > pelacur ini misalnya dengan kursus menjahit, memasak, dll. Tapi
> > saat lepas dari pendidikan ini, mereka berusaha menjadi penjahit,
> > penjual makanan, dll. Usahanya tidak jalan, dan mereka kembali lagi
> > jadi pelacur karena dari segi demand juga ada yang butuh, ini
> > artinya apa? Banyak juga hidung belang, lalu di Indramayu yang
> > daerah penganut Islam, si hidung belang ini muslim! Pemda juga kan
> > tidak bisa ngasih makan semua keluarga pelacur itu, jadi bagaimana?
> > Apa menurut mba Ning, apa harus dilakukan rajam untuk para pelacur?
> > Berapa banyak aparat yang harus disediakan dan lalu setelah hukuman
> > itu apakah rakyat masih bisa makan juga, ada jaminan mereka ini
> > tidak kembali lagi melacur karena kemiskinan? Jadi kondomisasi dan
> > alat suntik gratis itu hanya cara-cara penanggulangan di tengah
> > masalah yang kompleks seperti mba Ning katakan, bukan solusi ideal
> > tapi itu yang bisa dilakukan selama masih ada orang yang melacur
> > atau mengonsumsi narkoba suntik. Bukan kondom dan alat suntiknya
> > yang harus dimusuhi, tapi bagaimana caranya supaya umat Islam itu
> > pinter, lepas dari kemiskinan dan memahami agamanya supaya
> > akhlaknya baik.
> >
> > salam
> > Aisha
> > -------
> > From : Tri Budi Lestyaningsih
> > Pak KM yang saya hormati,
> > Maafkan, saya salah menggunakan kata-kata moral di bawah. Seharusnya
> > saya memilih kata akhlaq 'kali ya ? Karena akhlaq selalu dikaitkan
> > dengan syariat Islam.
> >
> > Kondomisasi yang saya ceritakan bukan kondomisasi yang bapak  
> katakan,
> > antara suami dan isteri. Tahukan bapak, bahwa ada kondomisasi di
> > lokalisasi pelacuran? Atau - seperti yang mbak Aisha ceritakan -
> > dibagikan pada orang-orang yang memang suka "jajan" ?
> >
> > Saya rasa memang sulit untuk membuktikan bahwa kondom itu mendorong
> > perzinahan, kalau yang bapak maksud adalah angka statistik-nya.  
> Karena
> > pasti sulit sekali melakukan survey tentang perzinahan. Gambaran
> > mudahnya begini. Orang-orang yang tidak melakukan perzinahan kita  
> bagi
> > menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama: orang-orang yang memang  
> memiliki
> > akhlaq yang baik, yang mampu mengontrol diri dan memang tidak ingin
> > berzinah. Kelompok kedua: orang-orang yang sebetulnya memiliki
> > keinginan
> > untuk berzinah, tetapi takut tertular penyakit berbahaya. Kelompok
> > ketiga: Karena alasan-alasan lain. Dengan adanya kondom, atau
> > pemberian
> > kondom, orang-orang di kelompok kedua bukan mustahil akan pindah
> > group ,
> > dari yang TIDAK melakukan perzinahan --> menjadi orang-orang yang
> > melakukan perzinahan. Logis bukan?
> >
> > Meskipun demikian, bukan logika yang di atas itu yang membuat saya
> > mengkaitkan kondomisasi dan akhlaq (ralat, bukan moral). Sesuatu  
> yang
> > menuju kepada yang haram itu hukumnya haram, Pak. Jadi, bila kita
> > memberikan kondom, yang jelas-jelas dipakai untuk melakukan sesuatu
> > yang
> > haram, maka hukumnya haram juga, Pak. Itu yang saya pahami.
> >
> > Pemberantasan HIV/AIDS memang hal yang kompleks. Saya rasa, tidak
> > mungkin kalau hanya dilakukan oleh LSM, apalagi dengan cara
> > kondomisasi
> > seperti yang mbak Aisha ceritakan. Peran Negara harus lebih tegas.
> > Selama pelacuran dibiarkan, pelaku perzinahan terbuka tidak ditindak
> > tegas, mustahil HIV/AIDS ini bisa diatasi. Seperti yang mas Donnie
> > bilang, penyuluhan moral saja, sulit atau tidak mungkin berhasil.
> >
> > Maafkan bila kata-kata saya menyinggung.
> > Wallahu'alam bishowab.
> > Wassalaam,
> > -Ning
> > ----------
> > From: Kartono Mohamad
> > Hari gini masih ada saja yang menuduh AIDS adalah penyakit laknat.
> > Bagaimana pendapat anda dengan hepatitis yang cara penularannya  
> persis
> > sama dengan HIV? Adakah ia juga penyakit laknat? Kalau begitu
> > seharusnya
> > jangan diberikan vaksinasi hepatitis terhadap bayi-bayi.
> > Menganjurkan menggunakan kondom bukan untuk memberantas HIV/AIDS
> > tetapi
> > mencegah penularan lebih jauh dari orang yang sudah terkena HIV  
> kepada
> > orang yang belum. Termasuk dianjurkan kepada pasangan suami isteri
> > yang
> > salah satunya sudah tertulati HIV. Jangan isteri yang setia dan
> > mungkin
> > taat berjilbab akan tertulari oleh suaminya yang memperolehnya dari
> > orang lain.
> > Mbak Ning malah menanyakan tentang "moralitas". Apa sih definisi
> > moral?
> > Menurut mbak Ning, mana lebih bermoral: mencegah jangan sampai orang
> > menularkan atau tertulari HIV atau membiarkan mereka terjerumus?
> > Anggapan bahwa kondom mendorong perzinahan tidak ada bukti-buktinya.
> > Tidak ada bukti bahwa karena ada kondom maka perzinahan jadi
> > meningkat.
> > Salam
> > KM
> > --------------
> > From: Ahmadi Agung
> > Memberantas AIDS dng menyebarkan Kondom sama saja memberantas  
> AIDS dng
> > membolehkan per - ZINAHAN, JELAS HARAM HUKUM-nya dalam Islam..
> >
> > ".....Jangalah kamu tolong menolong dalam hal keburuka-an...."
> >
> > Orang-orang beriman InsyaALlah TIDAK AKAN PERNAH terkena penyakit
> > KUTUK-an & Penyakit LAKNAT AIDS...
> >
> > Salam
> > AL-Pacitan
> > ----------
> > From: Aisha
> > Mba Ning,
> > Saya tertarik dengan urusan kondom dan alat suntik gratis ini, tiba-
> > tiba
> > muncul saat membahas menjaga pandangan dan aurat:)
> >
> > Dulu ketika seorang aktivis AIDS menceritakan dalam satu wawancara
> > bahwa
> > .........
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> __________ NOD32 2056 (20070212) Information __________
>
> This message was checked by NOD32 antivirus system.
> http://www.eset.com
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke