Nimbrung nambahin;
Kadang2 famili [ apalagi kalo punya keluarga besar] malahan yang suka 
menentukan hidup familinya yg lain.
Ada seorang kakek yg melarang cucunya jadi PNS, alasannya jadi PNS itu godaan 
korupsinya sangatlah dahsyat.
[ sang kakek bukan PNS tapi pensiunan suatu BUMN]
Padahal si cucu sudah diterima di Deplu sesuai keahliannya, akhirnya sampai 
sekarang nggak kerja2.
Kayaknya stress. Sudah umur lewat 27 tahun, masih lontang lantung; bukannya gak 
bisa kerja tapi di larang oleh kakeknya.
Itu kan kufur nikmat? Ya apa iya?
Sementara jutaan orang indonesia ingin sangat jadi PNS dengan segala akal dan 
cara, nah yg dah ketrima malahan di larang.
Padahal alternatif kerja yg lain belum ada. Akhirnya sag cucu cuma di rumah 
saja, bengong.
Sang kakek masih terus yg menentukan hidupnya. Padahal sang cucu sampai kuliah, 
lulus gak dibiayai oleh kakeknya.
Kedua orang tuanya masih lengkap, masih aktif kerja. Tapi selalu apa2 
ditentukan/diputuskan oleh sang Kakek.

Begitu juga orang yg sudah bekerja, kadang2 'diatur' oleh familinya. Seperti 
mungkin kasus Dinda ini. Maaf jika saya salah.
Dari masalah pengaturan gaji, mau beli sesuatu harus bilang2, duitnya 
dikemanain kok dah lama kerja masih miskin? [misalnya] 
Jangan kerja disana kalo nggak dapat min 7,5 juta/bulan, mendingan wiraswasta 
saja kayak saya, jangan beli x mendingan beli y saja.
Kalo kerja dah bertahun-tahun tapi kondisinya 'segitu2' saja suka 
dibanding2-kan dengan famili yg lain yg lebih berjaya, 
makmur, mentereng. Kalo duitnya banyak tapi isterinya masih satu juga di 
omongin, kenapa nggak ngambil istri lagi, si A saja 
yg hidupnya sedang2 bisa punya 2 isteri, gitu misalnya :-)

Makanya zaman sekarang biasanya kalo keluarga besarnya terutama yg sepuh2 yg 
dituakan suka rumpi, mau turut campur, ngegosip, mau tahu segala; yg muda2 suka 
tersiksa kalo dah ada acara kumpul2/arisan keluarga besar.
Diwawancaranya macam2, dikritik melulu, selalu dianggap gak bener, jadi 
mendingan nggak datang.
Daripada datang tapi sakit ati nantinya, malahan bikin penyakit dan dosa.

salam :-)
l.meilany


  ----- Original Message ----- 
  From: Wikan Danar Sunindyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, February 25, 2007 7:22 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] RE: JUJUR itu gimana sih???


  kayaknya ada salah tangkap dari Pak Wahyu Pamungkas ...
  yang mengusulkan negosiasi ulang adalah kerabatnya Dinda, bukan bossnya.
  jadi kayaknya sih ini idenya kerabatnya Dinda, nyuruh Dinda negosiasi
  ulang, tar kalau berhasil duitnya dikantongin Dinda, kantor gak tahu,
  gitu.

  He he ... ya gitulah, kerabat kadang suka ngajarin gak bener ya ...? :)
  Buat Dinda, hati kecilmu bener. Urusan2 kantor sebaiknya dibicarakan
  dengan orang2 yang mengerti dan memahami, saran2 dari kerabat kadang
  harus dipilah, jangan2 itu adalah "bad practice" (praktek buruk) yang
  nggak bagus buat diterapkan dan diteruskan.

  Coba dibaca ulang lagi ceritanya Dinda, atau barangkali saya yang salah 
tangkap?

  salam,
  --
  wikan
  http://wikan.multiply.com

  On 2/24/07, Flora Pamungkas <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Ini pendapat Wahyu Pamungkas
  >
  > Karena tidak jelas untuk siapa jasa kontraktor tersebut, maka saya mengambil
  > dua asumsi
  >
  > 1. Jika permintaan untuk membangun bangunan itu adalah kepentingan
  > perusahaan dimana anda dan bos anda bekerja.
  > Hati kecil anda benar adanya. Anda harus katakan dengan terbuka kepada bos
  > anda bahwa anda telah berhasil menekan biaya atau tawaran dari kontraktor.
  > Uang tersebut harus kembali keperusahaan. Anda sudah digaji tiap bulan, dan
  > salah satu kewajiban yang harus anda lakukan adalah membantu perusahaan
  > dimana anda bekerja.
  > Kalau anda ambil uang tersebut, itu namanya korupsi.
  > 2. Jika permintaan itu adalah permintaan pribadi dari bos anda yang tidak
  > ada hubungannya dengan kepentingan perusahaan
  > Anda tetap juga tidak boleh mengambil uang lebih tersebut.
  > Selayaknya, bos anda, karena itu kepentingan pribadi, memberikan anda tip
  > atas jerih payah anda
  > Namun demikian, hal tersebut anda harus lakukan diluar jam kerja perusahaan
  > anda, karena itu kepentingan pribadi, sementara anda sudah menerima gaji
  > untuk bekerja penuh terhadap perusahaan anda.
  > Kalau anda dan bos anda melakukan kegiatan pribadi tersebut dengan fasilitas
  > dan di jam kerja kantor, ya dua duanya tidak jujur namanya, itu korupsi.
  > Salam
  > Wahyu Pamungkas


   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke