Notes Arjo Pilang: 

KEKUASAAN POLITIK DAN SASTRA


1.


Agar masalah yang kuketengahkan sekarang bisa dipahami konteksnya maka di sini 
aku sitat kembali posting Bung Akmal N. Basral, sastrawan dan jurnalis Majalah 
Tempo,  Jakarta, dalam sebuah  postingnya di milis [EMAIL PROTECTED] tertanggal 
19 Februari 2007, yang terutama di alamatkan kepadaku: 

 
"bung kusni, saya punya 2 pertanyaan yang mungkin tidak terkait langsung dengan 
nyonya mitterand dan castro, tapi prancis secara keseluruhan. jika ada 
informasi dan waktu untuk menjawabnya, saya senang sekali.

1. tentang legion d'honneur, saya baca akhir pekan lalu presiden chirac 
memberikan bintang kehormatan ini untuk aktor-sutradara clint eastwood, 
terutama atas 2 film eastwood "flags of our fathers" dan "letters from iwo 
jima".

mengingat selama ini prancis agak alergi dengan segala yang berbau hollywood, 
bagaimana kita harus membaca penghargaan pemerintah yang prestisius itu 
terhadap pak eastwood? dan mengapa clint mendapat kehormatan sedemikian rupa? 
apakah memang mayoritas penduduk prancis menyukai dia?

2. beberapa kali, lewat kanal tv5, saya menyaksikan wawancara dengan nicolas 
sarkozy dan segolene royal (dalam waktu yang berbeda). bisakah bung kusni bantu 
untuk memberikan informasi tambahan tentang persepsi masyarakat prancis 
hari-hari ini tentang kedua tokoh itu, dan apa saja masing-masing kelebihan dan 
kekurangan mereka jika terpilih sebagai pemimpin prancis kelak? siapa yang 
lebih memperhatikan sastra dari mereka berdua?

salam,

~a~"

Seperti pernah kukatakan dalam tulis serial  terdahulu bahwa "Dua pertanyaan 
ini, kukira merupakan dua masalah yang berbeda bidangnya. Yang pertama 
menyangkut masalah sastra-seni, khususnya politik kebudayaan,  sedangkan yang 
kedua lebih menyangkut soal keadaan politik dalam negeri Perancis.  Walau pun 
tentu saja antara sastra-seni, lebih-lebih yang menyangkut soal politik 
kebudayaan,  tak bisa secara tegas ditarik garis batas yang memisahkan 
keduanya. Politik kebudayaan ditentukan oleh pemegang kekuasaan politik yang 
sedang berkuasa pada suatu saat sebagai hasil dari suatu pemilu semenjak 
Perancis memilih bentuk Republik. Sebagai contoh saja perbedaan politik 
kebudayaan yang diambil oleh André Malraux, Menteri Kebudayaan Charles de 
Gaulle, atau politik kebudayaan Jack Lang selaku menteri bidang yang sama pada 
masa Pemerintahan Mitterrand atau Jacques Toubon, Menteri Kebudayaan pemerintah 
Chirac".  


Pertanyaan kedua ini Bung Akmal ini bersarikan pada pertanyaan bagaimana  
hubungan antara "kekuasaan politik dan dunia sastra-seni". Yang berkuasa bisa 
silih-berganti, seperti halnya musim satu diganti oleh musim yang lain,  tapi 
ada yang tersisa dari pergantian itu yaitu sesuatu yang hakiki.  Yang hakiki 
dari pertanyaan kedua Bung Akmal di atas, sebatas pemahamanku terletak pada 
masalah apa-bagaimana hubungan antara kekuasaan politik dan sastra-seni. 
Sedangkan pertanyaan tentang masalah  "apa saja masing-masing kelebihan dan 
kekurangan mereka [baca: Sarkozy dan Segolène Royal] jika terpilih sebagai 
pemimpin prancis kelak? siapa yang lebih memperhatikan sastra dari mereka 
berdua?" kukira tidak lebih dari kuriusitas praktis seorang jurnalis yang tidak 
hakiki demi mengisi kolom-kolom aktualitas agar menjadi suatu "scope" dalam 
iklim persaingan antar media, apalagi membicarakan soal ini sebenarnya 
meniscayakan kita berbicara tentang konsep-konsep mereka. Sebab pemilu 
presidensial di negeri ini, pada galibnya adalah persaingan konsep masyarakat 
yang ditawarkan kepada warganegara. Pertanyaan lebih hakiki yang lebih 
berkaitan dengan soal sastra-seni justru terletak pada bagian kedua pertanyaan 
yaitu "siapa yang lebih memperhatikan sastra dari mereka berdua?" karena dalam 
pertanyaan ini aku melihat hubungan antara kekuasaan politik dan sastra-seni. 
Tentang soal ini pun,  barangkali  tidak bisa dijawab dengan satu dua kalimat 
sederhana, sesederhana ya dan tidak.  Dari dua pertanyaan di atas,  aku melihat 
bahwa sebagai wartawan,  Akmal termasuk salah seorang yang pandai bertanya dan 
cerdik menggunakan pertanyaan sebagai senjata mengurai buhul permasalahan. 


Bagaimana hubungan sastra-seni dan kekuasaan politik di Perancis?


Paris, Februari 2007.
-----------------------------
JJ. Kusni






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke