Universal vaccination di negara maju memang menjadi kontroversi.   
Ketika kasus penyakit infeksi sudah ditekan hingga level yang  
dianggap bisa diabaikan, maka pemberian vaksinasi mungkin juga  
menjadi kegiatan yang membuang-buang duit  saja.

Yang menarik adalah di negara maju justru kasus2 alergi menjadi lebih  
dominan diantara anak2, sehingga ada hipotesis bahwa kurangnya  
paparan infeksi pada anak2 tersebut, menyebabkan sistem imunitas pada  
anak menjadi tidak well developed.

Karena itu, ada pemikiran bahwa vaksinasi di seting negara maju bukan  
dimaksudkan sebagai perlindungan terhadap penyakit infeksi, tetapi  
sebagai semacam pemicu terhadap perkembangan sistem imunitas anak2.

all and all, vaksinasi masih dilakukan di negara maju,  terutama  
untuk mereka yang sering berpergian ke negara berkembang.

regards,
Donnie


========================
On 13 Mar 07, at 22:40, Wikan Danar Sunindyo wrote:

> siapa bilang vaksinasi di barat sudah gak ada?
> di jerman, anak saya masih diimunisasi sampe sekarang. imunisasinya
> juga macem2, malah ada tambahan imunisasi buat pneumonia dan
> meningitis, saya gak tahu di Indonesia sudah ada atau belum.
> memang beberapa vaksin sudah dihilangkan misal vaksin BCG buat
> mencegah TBC. karena TBC sudah tidak ada di jerman. berarti kalau
> pulang ke indonesia nanti anak saya harus disuntik BCG di sana.
> demikian juga penyakit typhus sudah tidak ada di jerman. sampe2 kalau
> ada orang kena penyakit typhus langsung masuk ruang karantina yang
> dijaga oleh polisi 24 jam karena dianggap penyakit berbahaya dan kalau
> dia kontak dengan dunia luar bakal bisa menyebarkan penyakitnya.
>
> di sini anak saya dikasih buku sertifikat vaksinasi yang diterbitkan
> oleh WHO. di situ ada datanya, vaksinasi apa saja, tanggal berapa,
> dilakukan di mana oleh dokter siapa. terus sticker label vaksinasinya
> juga ditempel di buku, biar bisa dilacak vaksinnya jenis apa,
> diproduksi oleh perusahaan apa, di negara mana, nomor serinya berapa
> (tiap vaksin punya nomor seri sendiri2 yang sifatnya unik). jadi kalau
> mau ke negara mana2, buku vaksin itu bisa dibawa biar dicek sama
> dokternya dia udah divaksin apa saja. selain itu, tiap negara juga
> punya penyakit2 lokal yang belum tentu sama dengan negara lain. yah,
> semoga standardisasi kayak gini bisa diterapkan pula di indonesia.
>
> salam,
> --
> wikan
> http://wikan.multiply.com
>
> On 3/13/07, miftahalzaman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
> > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > >
> > > Kenapa penyakit ini tumbuh byk di generasi yg lahir
> > > tahun 1998..? belum lagi SCTV akhir2 ini yg meliput
> > > imunisasi gratisan.. ada yg meninggal setelah
> > > dimunisasi ..tdk satu case tp ada beberapa yg
> > > diliput.. sy sdh paste email liputan6.com beberapa
> > > hari yg lalu...
> >
> > Sedikit komentar:
> >
> > Bisa jadi pasien sudah terpapar dan sedang masa inkubasi tak lama
> > sebelum diimunisasi sehingga imunisasi justru malah menjadi semacam
> > reinforcing factor. Apa mekanisme demikian bisa terjadi, Pak  
> Kartono?
> >
> > Teman saya cerita, dia pernah baca suatu buletin (HT?) yang  
> mengatakan
> > sebaiknya umat Islam jangan ikut vaksinasi, karena ada kasus seperti
> > dikemukakan Pak Aly di atas. Kata mereka, vaksinasi itu sengaja
> > dilakukan untuk melemahkan umat Islam. Buktinya, di Barat (Kristen)
> > sudah tidak ada program vaksinasi, tapi vaksinasi hanya dilakukan di
> > negara berkembang yang mayoritas orang Islam. Hehehe ... Very-very
> > typical Islamists' susspicion.
>
> 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke