Dari dulu saya kok heran ya, ada saja orang yang heboh mengatakan JIL begini begitu dengan nada buruk di milis ini, padahal ini bukan milis JIL, akan lebih baik jika ada orang yang tidak setuju dengan JIL dan menganggap sesat, datangi, ikut diskusi di JIL secara fisik atau di milisnya langsung. Seingat saya disini ada pak Guntur yang posting undangan acara JIL, ini kan sama saja dengan undangan Youth Islamic Study Club (YISC) Al Azhar dengan berbagai acaranya.
Jika merasa beda pendapat dengan JIL lalu memang ingin membahasnya di milis ini, cobalah untuk membahasnya kasus demi kasus, misalnya dulu saya posting satu topik di milis sebelah lalu ada yang ngomentari saya liberalis dari JIL dengan mengatakan JIL itu mengatakan aurat sebatas celana dalam, saya geli luar biasa karena saya tidak di milis JIL atau ikut kegiatan JIL dan memakai jilbab (tidak sekedar celana dalam :). Nah yang seperti ini kan ngawur banget, jika pak Satriyo ingin mengingatkan anggota milis ini bahwa JIL sesat atau apalah istilahnya, coba munculkan topik untuk membahasnya satu demi satu, misalnya apakah betul JIL menyatakan bahwa aurat sekedar celana dalam? siapa yang mengatakannya? apakah JIL sebagai organisasi atau orang yang dianggap anggota JIL? apa betul orang-orang yang di JIL itu melakukan apa yang dikatakannya, misalnya jika aurat sekedar dihubungkan dengan celana dalam, apakah orang-orang JIL dan keluarganya juga sekedar bercelana dalam? Misalnya jika pak Ulil dianggap JIL, apa dia dan anak istrinya juga anggota-anggota JIL itu hanya bercelana dalam saja? Pernah juga ada yang mengatakan bahwa JIL itu tidak mengharamkan pernikahan beda agama, sekarang coba cek, apakah pak Ulil menikah dengan non muslim, seingat saya istrinya itu anak seorang kiai terkenal, K.H Mustofa Bisri (?). Jika punya pendapat beda tentang nikah beda agama, ya diskusikan saja topik ini dengan cara baik. Bukankah dalam hidup bermasyarakat ini kita dipenuhi orang-orang yang mungkin beda pendapat tentang berbagai hal, misalnya di keluarga besar saya ada yang Muhammadiyah yang tidak biasa membuat acara hajatan di hari-hari tertentu setelah kematian, misal hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, ke 1000, dll. Ada juga keluarga mengaku NU, melakukan banyak acara setelah kematian itu yang menghabiskan banyak uang sampai ada kasus meminjam uang. Untuk saya pribadi, saya nikmati perbedaan orang ketika ada kematian ini dan saya tanya sana sini, gunakan akal kita untuk memahami dan sampai detik ini saya tidak mendapatkan informasi bahwa Rasulullah melakukan acara-acara setelah kematian seperti itu, jadi ketika ayah meninggal, saya dan anggota keluarga lainnya tidak melakukan acara-acara tersebut, pengajianpun tidak dilakukan untuk orang lain, tapi saya dan anggota keluarga lainnya berusaha mendoakan ayah setiap sholat dan mengaji juga untuk ayah, melakukan kegiatan baik yang dicontohkan ayah misalnya kepedulian terhadap anak-anak yatim, orang2 miskin, kurban, mewakafkan sebagian harta ayah, dll. Tapi saya juga tidak menyatakan bahwa yang melakukan hajatan sesudah kematian itu sesat, silahkan mereka dengan pemahaman agamanya masing-masing. Pernah juga ngobrol ringan dengan orang yang mau pinjam 50 juta untuk biaya 40 hari setelah kematian, padahal yang meninggal itu seorang ayah dan anak-anaknya masih sekolah, belum ada yang bekerja, sementara hartanya juga sudah habis untuk biaya pengobatan, saya menyarankan untuk tidak meminjam untuk hajatan, karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah, tapi orang itu ngotot untuk hajatan karena ustadznya mengatakan supaya arwah yang meninggal tenang tanpa peduli kondisi keuangan keluarga itu lalu orang itu meminjam uang dari bank dengan menggadaikan satu-satunya rumah yang mereka miliki, saya hanya mengelus dada tapi tidak menyebut mereka sesat, hanya kasihan saja. Silahkan pak Satriyo membuka satu demi satu kasus JIL yang tidak Islami, pelan-pelan saja dan topik per topik untuk didiskusikan ala WM karena milis ini kan bukan milis JIL, terutama tentunya topik yang berkaitan dengan wanita atau muslimah karena ini milis WM. salam Aisha ------------ >From : Ary setijadi --- "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Iya mas, > what a joke ... sama-sama ga punya ilmu ya? tapi ko anda seperti tahu > banyak soal JIL ya? entahlah, saya selama ini tdk pernah 'tega' > menyatakan seorangpun sesat terang2an, krn hati urusan saya dan > Allah ... apapun pendapat dan penilaian anda. Mas Satriyo, kok malah kewalik-walik sih. Bukankah malah Anda yang seperti tahu banyak ttg JIL sampe bisa bilang mereka tersesat, salah kaprah dll. Saya kan hanya merespons. Silahkan buktikan. > tampaknya sentimen anda pada saya lumayan juga ... tapi itu hak anda ko. > > maaf jika selama ini pernyataan saya tanpa saya sadari menyinggung > (atau apalah namanya) anda, in whatever ways. mas satriyo, anda ternyata terlalu menganggap diskusi secara personal. nothing personal saya bicara apa adanya saja kok. > btw, pendekatan yang anda maksud itu yang spt apa? Misalkan, jika anda tidak suka dibilang "sesat", mengapa anda sebutkan kata-kata tidak enak itu untuk orang lain? > Lalu apa komentar saya tentang TS yang tidak anda pandang pantas dan benar, > bahkan kejam dan tidak islami? waduh, kalau komentar anda ke TS itu anda tidak bisa bilang kejam, ya bagaimana ya... yang lebih mengerikan, "tidak adil" > saya menghakimi? bisa buktikan? kalo tidak mohon jangan asal > eyel2an ... Oleh karena itu, saya ajak anda diskusi detil. Bukan cuman opini belaka. Kalo cuman bilang "ini jelek" tanpa bisa membuktikan, apa bukan menghakimi bahkan memfitnah. > yang pelu introspeksi bagi anda hanya saya? anda sendiri bagaimana? > tidak sadar sudah menghamiki saya? ehm ... Ya saya juga deh. ;-) Ijinkan saya menggunakannya selama anda menggunakan baju yang sama. Masak Anda bisa bilang sesat, tidak islami dll. lalu marah ketika orang bilang yang sama kepada Anda? > tunjukkan postingan saya yang nyata-nyata saya menyesatkan orang! > please ... :-) Berikan bukti-bukti atas apa-apa yang anda tuduhkan ke yang lain. Jika tidak ya menyesatkan. > wah maaf ya saya tidak tahu anda paham tafsir Quran. mungkin saya > bisa belajar dari anda ... kalo tidak bersedia ya gpp ko ... ga ada > paksaan ... Kita belajar bareng mas satriyo. Oleh karena itu penting diskusi. > Hanya Allah dan Firaun pilihannya? Lalu anda yang mana? Memang > sekarang anda yang Tuhan? yang konsisten mas kalo memang mau menegur > saudara seiman, betapapun anda tidak suka atau bahkan sangat > antipati ... Mas satriyo, percayalah tidak ada rasa antipati atau tidak suka dengan anda. IMHO, ketika Anda merasa pendapat Anda itu adalah perwujudan yang terintegrasi dengan ayat-ayat Al-Quran itu sendiri, ketika itu anda memilih jadi Firaun. > Anda meminta saya membela orang yang dizalimi FPI? anda sendiri? lalu > apakah anda sekiranya memang sudah membela korban FPI, anda merasa > berhak untuk menghakimi dan tidak membela FPI? Lha sapa yang nyuruh-nyuruh. ;-) Bukannya mas satriyo yang bilang FPI anda bela karena dizhalimi. Lalu bagaimana dengan korban FPI? Jika anda mengikuti posting di WM. Ketika Ja'far Umar Thalib mengutuk ideologi kekerasan, sayalah orang yang memberikan apresiasi dan berhusnuzhan mudah-mudahan itulah FPI yang sekarang. > apa saya menjelekkan2 anda, menyesat2kan anda, menuduh2 anda? apa > saya memang di awal mengajak anda diskusi? saya kan tidak mereply > komentar anda? jaga sikap mas ... Saya tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak anda gunakan. Bukan hanya kata-kata yang ditujukan kepada saya saja, tapi kepada orang lain juga. Jika kita bisa mulai lagi, mari kita diskusi dengan santun dan tidak tendensius. babarkan faktanya, diskusikan, bukan sekedar menghujat. Salam Ary [Non-text portions of this message have been removed]