mbak Ning,

IMHO, 
saya kira dialog mbak Ning sama mbak Chae agak nggak nyambung.
Dalam arti nggak masuk point dari masing-masing.

Persoalan kita kan, 
apakah Tuhan yang dimaksud oleh semua orang dalam banyak agama itu 
sama. Apakah ketika orang Kristen bilang "Allah, Tuhan Bapak", orang 
Islam bilang "Allah", orang Hindu "Sang Hyang Tunggal" itu mengacu 
pada hakekat yang sama.

Pembicaraan level "Tuhan Yesus", "Dewa Brahma" sebetulnya tidak 
mengacu pada hakekat yang sama, tapi sudah pada urusan fiqh masing-
masing agama. Kalau contoh di-Islam mungkin berada pada level urusan 
syafaat Rasul, atau ridho wali dll. 

Tentu saja kalo orang Islam bilang "Tuhan Yesus" untuk mengacu Tuhan, 
atau orang Hindu bilang "Allah" malah jadi ngawur sesuai dengan "kata-
kata ngawur dari fiqh masing-masing agama". 
Kalo istilah mas Aman, dari sisi Islam dari sisi keislaman.

"Tuhan Yesus" tentu saja berbeda dengan "Allah". Peng-ilahan Isa 
adalah kesalahan yang jelas bagi orang Islam. 

Tapi jika bicara dalam konteks Trinitas orang Kristen yang ternyata 
bermakna sangat cair, yang berevolusi terus, itulah syariat mereka, 
fiqh mereka. (ini tentu saja good-sign buat kita orang Islam jika 
kita percaya pada universalitas nilai-nilai Islam yang akan muncul 
dengan sendirinya sehingga kita apresiatif dengan evolusi mereka, 
bahkan introspeksi thd kemandegan kita, jika ada, jangan malah di-
ece, diejek atau dicaci).

Sehingga saya menilai, mbak Chae sudah memberikan jawaban yang cantik 
ketika "orang boleh memanggil tuhan dengan nama apa saja, asal itu 
memuaskan perasaanya dan mencerminkan kesempurnaan yang ada dalam 
imajinasi orang tersebut, tentang Tuhan yang disembahnya.." 

sehingga 

pas jika orang Islam akan memanggil dengan kata-kata "Allah" atau 
misalkan dengan sesuatu yang netral seperti "Gusti Pangeran"("Al-
Malik", O' Lord), Gusti sing ora sare ("Ya Rabb"),  karena nama-nama 
itulah yang memuaskan perasaan dalam mengacu pada zat yang serba Maha 
itu.

Orang Islam yang terpuaskan mengacu Tuhan dengan "Allah,Tuhan Bapak" 
untuk mengacu tentu secara fiqh bukan orang Islam , tapi orang 
Kristen.

Bagi Orang Islam, Tuhan itu namanya "Allah", bagi orang Kristen 
ada "Allah, Tuhan Bapak" dll. Itu kita, umat Islam disyariatkan untuk 
bersaksi bahwa semua Tuhan itu sesungguhnya Tuhan yang satu. Kita 
tidak boleh bilang Tuhan-nya orang Kristen itu berbeda dengan Tuhan 
kita, karena hal itu malah berarti kita mensejajarkan Allah dengan 
yang lain. Bahwa kita menganggap ada masalah tengan Teologi agama 
lain, itu persoalan lain.

Yang masalah itu orang yang cuman maen-maen dalam mengacu Tuhan, 
karena ukurannya bukan kesungguhan mengacu pada zat itu, tapi bisa 
jadi lebih ke arah penghambaan kepada diri sendiri.

salam
Ary

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih 
\(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Cerita awal  minggu nih.
>  
> Kemarin, seusai maghrib berjamaah, saya bercerita pada keluarga 
(suami
> dan anak-anak), mengenai dialog ini. Sebagai kongklusi, saya bilang
> gini. 
> "Jadi, menurut teman mama itu, orang boleh memanggil tuhan dengan 
nama
> apa saja, asal itu memuaskan perasaanya dan mencerminkan 
kesempurnaan
> yang ada dalam imajinasi orang tersebut, tentang Tuhan yang
> disembahnya.."
>  
> Anak saya yang terkecil (TK), nyeletuk :
> "Jadi menurut teman mama itu, orang Kristen boleh ya berdoa pada 
Dewa ?"
> 
>  
> Wah, bingung juga jawabnya. Pertanyaan itu mencerminkan bahwa 
paradigma
> berfikir anak saya itu adalah memang ALlah, Yesus & Dewa itu sesuatu
> yang berbeda. Ya saya jawab : " Ya, itu menurut teman mama itu lho 
de'..
> Dan itu tidak benar. Tidak benar bahwa semua agama itu sama, tidak 
benar
> pula bahwa tuhan mereka itu sama dengan tuhan kita. Tuhan kita itu
> ALLAH. Namanya, ALLAH. Jangan panggil dengan nama lain kecuali 
ALLAH dan
> nama-nama yang ada di asmaul husna yang sudah kita hafalkan.."
>  
> Selanjutnya, papanya melanjutkan dengan "kadang-kadang kita ngaku-
ngaku
> bertuhan ALLAH, tapi yang kita sembah malahan yang lain lho... 
Misalnya
> Game, atau film kartun.." He..he..he.. soalnya anak-anak kadang-
kadang
> kalau lagi main game atau nonton kartun, suka lelet disuruh sholat..
>  
> Wassalaam,
> -Ning
>  
> 
> ________________________________
> 
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of L.Meilany
> Sent: Saturday, April 28, 2007 6:01 PM
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: The Name of Allah - semua agama 
sama?
> (Dialog imaginer)
> 
> 
> 
> Nimbrung :
> Kalo ini benar2 kejadian; bukan dialog imajiner. 
> Artinya anaknya Nisa telah diajarkan untuk menganut kepercayaan
> sinkretisme :-)
> Di milis tetangga lagi sibuk juga membahas kepercayaan sinkretisme 
yg
> lagi mulai naik daun di Indonesia
> Kepercayaan Baha'i - Sempalan Syiah
> 
> Beberapa waktu lalu adik saya ke India dan waktu acara jalan2 
selain ke
> monumen cinta Taj Mahal
> sempat juga berkunjung ke rumah ibadah Baha'i yg megah dan 
mendapatkan
> juga keterangan/leaflet 
> mengenai sejarah munculnya Baha'i.
> 
> Salam 
> l.meilany
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com>  
> Sent: Thursday, April 26, 2007 11:28 AM
> Subject: RE: [wanita-muslimah] Re: The Name of Allah - semua agama 
sama?
> (Dialog imaginer)
> 
> Yang ini penggalan surat mbak Chae, cerita tentan dialog mbak Chae
> dengan putrinya, Annisa 
> 
> ...................
> 
> "menurut Kaka mana yang benar panggilan buat Kaka?? eyangti??
> eyangku??Bude dan tante?? atau yang lain??
> 
> "Semua juga benar dong Mam, karena semua sayang sama Kaka"
> 
> " begitu juga dengan panggilan Tuhan, selama kita memanggil-Nya 
dengan
> rasa sayang kita kepada-Nya maka semua panggilan itu akan benar 
adanya."
> 
> "Bagaimana kita tahu kalau kita memanggil-Nya dengan rasa sayang 
mam??
> 
> "Kita tahu karena ketika kita memanggil-Nya maka kita berbuat 
kebaikan
> di atas muka bumi ini, ketika kita memanggil-Nya maka kita saling
> berkasih sayang pada semua makhluk-NYa, dan ketika kita memanggil-
Nya
> maka kita saling tolong menolong dalam kebaikan dengan semua
> makhluk-Nya. tapi sebaliknya walau kita memanggil-Nya dengan sebutan
> yang Hebat dan Agung tapi ketika kita memanggil-Nya maka kita 
berbuat
> kerusakan, kejahatan, aniaya dan kezaliman sesungguhnya yang kita
> panggil bukan diri-Nya tapi kita memanggil nafsu syeitan yang ada
> didalam dada kita sendiri.
> 
> "ohhh"...katanya... 
> 
> Yang di bawah ini dialog lanjutan, tapi ini hanya imaginasi saya aja
> (Ning), jadi bukan betulan lho.. Mbak Chae ngga marah kan ? Saya tau
> mbak Chae ngga akan marah, soalnya dia itu penyayang dan lembut hati
> kok.
> 
> "Jadi mam, kita boleh panggil Tuhan kita dengan nama apa saja ya,
> asalkan dengan rasa sayang ?"
> 
> "Betul, sayang. Kamu memang anak pintar."
> 
> "OK deh mam, kalau begitu besok pas berdoa, kaka mau bilang gini : 
> Ya Yesus, ampunkanlah dosaku
> Ya Dewa, sayangilah ibu bapaku
> Ya Allah, cintai mereka sebagaimana mereka mencintai aku waktu 
kecil.
> Amiin.
> Jadi semua namanya disebut, biar komplit. Boleh kan Mam ?"
> 
> "Ya... Asal dengan rasa sayang manggilnya, boleh .."
> 
> .......
> 
> Wassalaam,
> -Ning
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke