asetijadi2004 wrote:

> 
> ic...
> kalo kata Jarwo Kuwat,
> "i understand brother, thank you" ;-)
> 
> Jadi kalo kita analogikan LINUX = ISLAM.
> 
> Asal kernelnya itu tetep Linux, ya tetep halal gitu ya...
> Kan distro itu cuman kulitnya saja

ss: bener pak Linux itu hanya "secuil" kernel. Tugas kernel cuma 
memahami cara kerja hard ware dengan prinsip I/O (in put / out put) agar 
bisa beroperasi : makanya dinamakan sistem operasi. wis itu thok. Nah 
untuk bisa "bekerja" atau berkarya, dibutuhkan aplikasi. Misal untuk 
mengolah kata dibutuhkan "word processor". Kalo peneliti CERN tidak 
iseng2 kita mungkin tidak ketemu yg bernama world wide web dan browser. 
Browser ini juga disebut aplikasi. Dan sekian banyak aplikasi lain yg 
bekerja berpondasikan sistem operasi; sistem operasi bekerja berbasis BIOS.

Nah kalo di-analogikan ke Islam : Qur'an itu kernel dengan module yg 
komplit, untuk bisa diterapkan dibutuhkan aplikasi (tafsir). Di Aceh 
yang langsung beroperasi secara aplikatif adalam Qanun. Untuk 
individual, lebih sering tidak membutuhkan seluruh module dalam kernel. 
Misal saya punya satu kartu vga merk ATI type RV370 maka untuk 
menjalankan vga ini saya cuma butuh SATU MODUL, jadi module lain : 
Neomagic, CyrrusLogic, Via UniChrome, Nvidia, Trident, SiS akan saya 
buang karena membebani kernel itu sendiri. Karena saya cuma punya 2 net 
adapter Linksys rt61 dan RealTek8169 maka saya hanya memelihara module 
rt61 dan r8169; module lain untuk net adapter saya buang.

Pembuat kernel (biasanya penyedia distro) karena melayani seluruh 
manusia didunia yg memiliki macam2 hardware; menyediakan seluruh module 
yg dikenal dalam kernel mereka. Sama juga Al-Qur'an menyediakan seluruh 
module yg mungkin ada di dunia ini. Tapi kita sebagai pengguna khan 
tidak memiliki "seluruh hard ware".


> 
> Cuman kenapa dengan begitu banyak distro lokal,
> "Muhammadiyah","Nahdhatul Ulama","Persis" dll, deste
> IGOS memang yang "resmi" oleh pemerintah istilahnya yang wakilnya ada
> di "MUI" tapi kok yang sedang 'hot' malah yang impor kayak UBUNTU...
> ;-))

IGOS dibesut oleh LIPI disponsori Kementrian Ristek & Kominfo. Tapi 
ingat Lipi TIDAK MEMBUAT KERNEL; untuk linux sampeyan bisa mendonlot 
source kernel dan mengkompilasi sendiri kemudian diberi nama : 
2.6.20.1-asetiyaji-R007 misalnya. Itulah kernel milik sampeyan pribadi 
yg berisi module yg sampeyan butuhkan untuk mesin sampeyan. Kalo 
sampeyan males atau tidak mampu bikin kompilasi kernel pakai aja yg 
disediakan oleh distro.

Saya dah test IGOS : live CD nya malah tidak mampu mematikan PC (saya 
dapat DVD dari InfoLinux majalah) mungkin burningnya jelek. Yang bikin 
"klenger" tidak mampu mengkonfigurasi "minimal" wired ethernet (wajib 
untuk kernel linux tahun jebot); saya cari modulenya ... TIDAK ADE !!!
saya liat mereka pakai kernel 2.6.18 :=( memang disediakan source kernel 
2.6.20. Saya terlanjur yakin untuk proyek spt inipun ada korupsi hingga 
sistem begitu jelek. Ubuntu populer kerna "jreng". Tidak ada yg khas 
nusantara sama sekali pada IGOSN ,dekstop gnome, cuma wallpaper-nya ada 
bendera merah putih. Masih lebih canggih buatan Mahasiswa semarang : 
pilinux. Saya sungguh heran dengan LIPI. Mosok kalah sama persatuan 
warnet yg membuat distro LIGOS.

Usul saya LIPI memfasilitasi saja dengan menyediakan server berbandwith 
besar, memport repository, menyediakan seluruh kernel yg ada (katakan 
big ten : red Hat, Debian, Slack, Gentoo, Mandriva, Ubuntu, Mepis, 
DamnSmall Linux,PuppyLinux, Linux) Pembuatan distro serahkan hacker2 
lokal atau UKM. Menristek menawarkan bantuan gratis Rp 50 juta bagi UKM 
yg mau mengembangkan bisnis open source.

Kalo ditarik ke agama MUI itu memfasilitasi saja, distro/tafsir serahkan 
ke hacker lokal macam Pak Chodjim, HMNA, Chae, Mia, Janoko dan Mbak Ning 
:=))

> Soal MS, bukankah keberadaannya merupakan keniscayaan
> Redhat yang katanya dulunya anak manis OSS, ternyata mulai ikut-
> ikutan MS walaupun dibungkus oleh paket "Enterprise"

Yang dimasalahkan masyarakat Open Source pimpinan Richard Stallman pada 
MS itu bukan duitnya, bukan bayarnya : Tapi perilaku MS yg monopolistik, 
padahal dia juga cuma melakukan kompilasi terhadap kernel komputer dan 
membuat distro MS Win. Perilaku MS yg tertutup dan TIDAK MEMBERIKAN PILIHAN.

Cerita sedikit : Member milis ini pasti tau DRM (Digital Right 
Management). Sebuah sistem untuk melindungi hak cipta dengan kode 
digital. Misal lagu "Cintaku Pada Islam" rilisan Chaerunisa Mahadewi 
dinyanyikan oleh Janoko, diproduksi oleh Mia Inc. Mia Inc untuk 
melindungi hak miliknya memasang drm pada produknya dan membuat player 
lagu tsb. Jadi lagu Cintaku Pada Islam produksi Mia hanya bisa diputar 
di M-Player misalnya. Kalo kepingin mutar lagu tsb dan mendengar suara 
janoko harus beli M-player buatan Mia Inc. karena lagu tsb tidak akan 
jalan di player lain. Ini yg terjadi pada iTune.

Apple malakukan survey; ternyata hanya 3 persen pengguna yg membeli 
resmi lagu ciptaan chae dari seluruh pengguna; 97% mengkopi dari kawan 
yang membeli resmi :=)) Nah kalo Cintaku pada Islam rilis 3 kode DRM nya 
bisa dibobol oleh hacker : Chodjim misalnya, maka seluruh rilis 
sebelumnya akan bisa diputar player manapun. Apple cerdas. Menyadari 
lemahnya DRM produk lagu digital mereka dibebaskan dari DRM tapi tetap 
harus bayar untuk lagu tsb. Survey Apple membuktikan angka pembeli tetap 
3% tapi karena lagu tadi bisa diputar di player mana saja maka 
penggunanya makin luas : jadi kalo dulu pengguna cuma 1000 orang maka 3% 
= 30 orang yg bayar. Sekarang penggunanya 100.000 orang 3% yg bayar. 
Maka keuntungan apple tambah besar. Trik ini juga terjadi pada OPERA.

3% orang Amerika yg taat terhadap copy-right.

Penyedia Linux malah dianjurkan menjadi pebisnis, mintalah bayaran untuk 
CD, tenaga kompilasi, dan pelayanan purna jual. Dengan demikian Linux 
akan berkembang dan ada biaya untuk makan para pengembangnya. Tapi tetap 
ada pilihan FREE.

> Bukankah "tidak ada paksaan dalam berlinux"?
> Bukankah MS juga tujuannya memberi kemudahan pada user untuk bisa
> menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan?
> Bukankah tujuannya sama, yaitu "celebrate keberadaan komputer agar
> menjadi berkah bagi umat manusia"
> 
> Mohon ustadz Sabri,
> saya jangan dianggap sesat ya...
> ;-))

MS Benar, mereka menjual "kemudahan" tapi hari ini banyak kemudahan 
dengan harga jauh lebih murah dari MS. Linux menawarkan "pembebasan" dan 
"pilihan" : the choice is on your hand.

Pikir saja gini : Bila software microsoft anda ada gangguan dan anda 
tinggal di Tuban : kemana akan minta tolong? dikoprek sendiri cuma warga 
microsoft inc yg tahu kodenya. Dengan Linux meski di desa terpenceil 
karena kita tahu seluruh kodenya maka begitu ada gangguan kita bisa 
mengoprek sendiri.

so what ? INDEPENDENCY, Freedom ..... and SKILL :=))


-- 

Registered User :
Linux # 421968
Ubuntu # 13604

Kirim email ke