Sejawat WM semua,

Saya sangat senang bisa bertukar pandang dengan anda semua, baik yang 
tidak setuju dengan pernyataan "Semua agama sama" maupun yang setuju, 
dan masing-masing sejauh ini mengedepankan hujjahnya dengan harapan 
agar pihak lain mau menerima pendapatnya, atau setidaknya pihak lain 
mau mengerti mengapa pendapatnya seperti demikian.

Memang keberagaman itu indah ... to a certain point, menurut saya.

Eniwe, ada satu hal yang ingin saya tanyakan tanggapannya di sini, 
dan ada hal lain yang terkait sebagai konsekuensinya. Begini, saya 
sebagai yang setuju dengan menyatakan bahwa 
pernyataan/kalimat "semuga agama sama" itu tidak benar, atau dengan 
kata lain saya tidak sepakat menyatakan semua agama sama, punya 
sedikit kelemahan. Saya masih jauh dari memahami Islam terutama dari 
segi hikmah dan praktis, dan untuk itu saya selalu memohon kepada 
Allah agar saya dipahamkan tentang Islam ini, agar 'faqih' 
dalam 'Diin' ini. Tapi dalam keterbatasan saya, memahami ... dan 
terlebih lagi memahamkan orang lain (membuat orang lain jadi paham), 
saya tetap punya 'gut-feeling' atau instinct yang kuat untuk meyakini 
bahwa Islam itu berbeda dari 
agama/keyakinan/ideologi/keimanan/pandangan-hdiup lain sehingga (yang 
benar dan) kebenaran itu hanya ada di Islam.

Sampai di sini saya kira (semoga) jelas posisi saya.

Nah, hal lain yang sebetulnya patut tapi belum saya lakukan adalah 
lebih mengetahui agama lain sebelum saya yakin seberapa sama dengan 
Islam. Mana mungkin saya bisa menyatakan A itu sama dengan B, C dan D 
ketika saya hanya tahu A saja, sedangkan terhadap B, C dan D saya 
hanya asumsi/kira-kira/menduga?

Pertanyaan saya, apakah yang mengatakan semua agama sama di milis ini 
memang tahu benar agama2 lain (sebagaiman asumsi saya) seperti 
tahunya akan Islam?

Ini belum ke masalah Sophia perrennis/hikmah abadi/universal 
religion ... yang akan lain lagi saya kira thread nya krn lebih ke 
filsafat. Mungkin Ibu Mia mau mencoba memulai share dengan kita soal 
ini, lepas dari siapa di depan atau belakang.

terim kasih,
salam,
satriyo



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mba Lina & Mba Mia,
> 
> Kenapa saya pakai perbandingan negara untuk masalah "kebenaran 
agama"
> karena saya melihat persamaan penerimaan kebenaran agama seperti
> ahalnya kebenaran dalam beragama. Dimana kebanyakan dari kita 
menerima
> agama sama seperti halnya menerima kewarganegaraan dengan kosnep 
taken
> for grandted. Kita lahir dalam lingkungan muslim dengan sendirinya
> kita beragama Islam, kita lahir di Indonesia dengan sendirinya kita
> berkebangsaan Indonesia WALAU TIDAK MELIPUTI SEMUA KASUS, ARTINYA 
ADA
> BEBERAPA KASUS YANG BERBEDA TAPI MOSTLY YA..DEMIKIAN ADANYA.
> 
> Semua agama sama, dalam arti bahwa setiap ajaran agama berusaha
> membentuk umatnya menjadi manusia yang terbaik, bagi alam semesta
> sehingga manusia bisa MENJADI REPRESENTATIVE KEBERADAAN TUHAN DI
> DUNIA.Kalau pemikiran saya justru inti point inilah yang menjadi 
dasar
> bagaimana kita memandang bahwa setiap agama adalah benar 
adanya...ini
> sebanarnya masih menggantung tapi sedikit2 saja dulu bukan apa-apa
> tapi saya sendiri juga masing pusing;))
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
> >
> > Perbandingan dari mba Chae ttg 'kebenaran agama' dan 'kebenaran 
> > negara' mungkin kurang ideal, meskipun untuk banyak orang negara 
bisa 
> > jadi kayak agama, misalnya the promised land.
> > 
> > "Semua agama adalah sama" memang sungguh gampang disalahartikan 
> > karena inti konsepnya sangat halus.  Sedemikian halus, jaman 
sekarang 
> > kita sudah kehilangan upaya dan rasa untuk mengerti konsep ini.  
> > Dalam agama2 dan budaya kuno ada 'perennial philosophy' yang 
> > disimbolkan dalam mitos2 mereka, dimana intinya adalah sikap 
egaliter 
> > terhadap keberagaman agama, konsep dan budaya.  Sesungguhnya inti 
> > semangat inilah yang ingin ditampilkan Quran, ayat2 yang 
> > mengandung 'perennial philosophy' atau benang2 merah yang telah 
> > dikutip mba Chae.  Dalam filosofi Baduy Dalam untuk menekankan 
hukum 
> > alam dan sikap egaliter, setelah larangan adat no 1, 2, 3, 4, 
> > terusss....eh larangan terakhir adalah nggak boleh melarang orang 
> > lain...lha..
> > 
> > Tapi di jaman modern yang sekular ini bukannya nggak ada 
perennial 
> > philosophy. Nilai2 universal the golden rules seperti 'nggak 
sombong, 
> > peramah, sopan dan rajin menabung'...:-) adalah the golden 
rules.  
> > Dimana sebagian anak2 yang beruntung dibesarkan dalam kaidah ini, 
> > sebagian lain nggak cukup beruntung. Apalagi udah gede, makin 
susah 
> > saja mempraktekkan the golden rules ini...:-( karena sudah banyak 
> > terkontaminasi paradigma2 yang salah seperti paradigmanya Pak 
HMNA..:-
> > )
> > 
> > salam
> > Mia
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
> > <linadahlan@> wrote:
> > >
> > > Kalo menurut saya malah mbak Chae yang terjebak pemikirannya 
pada 
> > > pemisalan perbandingan kebenaran kitab suci dan kebenaran, 
> > > keberadaan, dan kesejajaran bangsa-bangsa. Ini perbandingan 
yang 
> > > tidak selevel sehingga tidak bisa di buat suatu kesimpulan yang 
> > > sebanding pula ttg konsekwensi keberadaan. 
> > > 
> > > Pemisalan:
> > > ***
> > > Saya menjadi pengikut Kristen krn saya yakin akan kebenaran 
Injil. 
> > > Saya menjadi bangsa Indonesia krn saya yakin akan kebenaran 
> > > Indonesia???. Nah gak level kan? Ada yg salah dengan pemisalan 
ini.
> > > 
> > > Saya menjadi pengikut Kristen tapi saya yakin akan kebenaran 
Injil, 
> > > AlQur'an, dan Tripitaka (impossible deh). Saya menjadi orang 
> > > Indonesia tapi saya yakin akan kebenaran bangsa lain (ini sah2 
saja 
> > > kan?)
> > > ***
> > > Kalau yang dimaksudkan adalah kesejajaran kitab suci bagi 
negara-
> > > negara...ya negara memang harus menganggapnya sejajar...:-)
> > > 
> > > Seperti yang sudah saya katakan bhw saya bisa menemukan 
kebenaran 
> > > dalam Injil atau kitab apapun lainnya setelah berkesesuaian 
dengan 
> > > AlQur'an, misalnya ayat2 yang mengatakan bhw Tuhan itu satu. 
Tapi 
> > > ketika saya menemukan ayat2 dalam Injil (kini) bhw anak pertama 
> > > Ibrahim (as) yang harus dikorbankan adalah Ishaq (as), saya 
> > > mengatakan Injil itu salah karena AlQur'an menyatakan yang 
> > > dikurbankan anak pertama yg bernama Ismaei (as). Ini salah satu 
> > > contoh saja. Allah menegur ahli kitab yg jahil QS3:71 "Hai Ahli 
> > > Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang 
bathil
> > > [203], dan menyembunyikan kebenaran[204], padahal kamu 
> > > mengetahuinya?". Menyembunyikan kebenaran adalah salah. 
> > > 
> > > Akhirnya dengan saya temukan banyak kesalahan2 spt itu dalam 
kitab 
> > > suci lain, secara menyeluruh kesimpulan saya adalah tidak 
mungkin 
> > > suatu kitab suci yang dianggap suci mengandung kesalahan2 itu. 
Saya 
> > > yakin kalau Taurat (asli) dan Injil (asli) akan berkesesuaian 
> > dengan 
> > > AlQur'an. Jadi, saya juga beriman kepada Taurat dan Injil Asli 
yang 
> > > dari Allah SWT. 
> > > 
> > > Lalu, ketika ada kitab suci yang mengisahkan nabi Allah 
melakukan 
> > > incest, apakah kitab suci itu benar? Ketika ada kitab suci yang 
> > > mengisahkan bhw Tuhan memberikan tanah A kpd suatu kaum pilihan 
dan 
> > > tuhan memberikan 'kuasa'nya kpd kaum pilihan utk membunuh dan 
> > > mengusir (memerangi penduduk yg didalam tanah tsb?) Apakah 
kitab 
> > > suci benar? Kitab suci itu yg dimaksud ayat QS2:41 dan QS3:3 yg 
> > mbak 
> > > kutip?
> > > 
> > > wassalam,
> > > 
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Chae" 
> > > <chairunisa_mahadewi@> wrote:
> > > >
> > > > Jika kita berpatokan pada apa yang dinyatakan Qur'an 
> > makaseharusnya
> > > > sikap melabeli kitab2 lain dengan nilai salah.
> > > > 
> > > > Seringkali kita terjebak pemikiran bahwa ketika kita mengakui
> > > > kebenaran kita lain semisal taurat atau injil maka 
konsekwensinya 
> > > kita
> > > > harus menjadi pengikut agama yahudi atau kristen. Apa benar
> > > > konsekwensinya demikian?? semisal kita mengakui keberadaan dan
> > > > kebenaran serta kesejajaran bangsa-bangsa di dunia ini bukan 
> > > berarti
> > > > dengan kemudian kita jadi multi kebangsaan kan??
> > > 
> > > Saya menjadi pengikut Kristen krn saya yakin akan Injil. Saya 
> > > menjadi bangsa Indonesia krn saya yakin akan Indonesia???
> > > > 
> > > > Al-Qur'an sendiri lebih banyak menekankan kesamaan, kebenaran 
dan
> > > > diakuinya kitab-kitab lain.
> > > > 
> > > > Dan berimanlah kamu kepada apa ang telah Aku turunkan (al-
Qur'an) 
> > > yang
> > > > membenarkan apa yang ada padamu (Taurat),...  (QS. 2:41)
> > > > 
> > > > Dia menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan 
sebenarnya;
> > > > membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan 
menurunkan
> > > > Taurat dan Injil. (QS. 3:3)
> > > > 
> > > > 
> > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
> > > <linadahlan@> 
> > > > > Sebagai muslimah saya menyatakan AlQur'an yang benar, maka 
> > > > > konsekwensinya bagi saya (muslimah), kitab suci lain salah. 
Lha 
> > > > > buktinya saya tidak menyatakan saya adalah Kristen atopun 
Budha.
> > > > > 
> > > > > Menurut saya sih, ini bukan soal menghakimi tapi tak ingin 
> > > mendua.
> > > > > 
> > > > > Saya juga bisa maklum kalo kemudian orang Kristen bilang 
> > Alkitab 
> > > > > (Injil) yang benar yang lain salah.
> > > > > 
> > > > > Sebagai konsekwensinya lagi saya sih gak sakit kalo 
AlQur'an 
> > > > > dihakimi. Kasihan saja sama orang2 yang menghakiminya. 
> > > > > 
> > > > > Konsekwensi aja.
> > > > > 
> > > > > Saya juga mengatakan ada kebenaran dalam Injil dan kitab 
suci 
> > > lain. 
> > > > > Tapi itu tidak berarti bhw kitab Injil adalah benar. Ketika 
> > > dalam 
> > > > > Injil or kitab suci lain itu berkesesuain dgn AlQur'an itu 
lah 
> > > yang 
> > > > > benar. Jadi AlQur'an itu merupakan filter.
> > > > > 
> > > > > wassalam,
> > > > >
> > > >
> > >
> >
>


Kirim email ke