Berikut adalah tanggapan dari milis sebelah atas tulisan Guntur Romli, yang lengkapnya ada di http://www.korantempo.com/korantempo/2007/05/04/Opini/krn,20070504,72. id.html
salam, satriyo === --- In ..., Akmal <[EMAIL PROTECTED]> wrote: assalaamu'alaikum wr. wb. wow, benar-benar tulisan yg rusak berat, hahaha... :D 1. penafsiran kata "Kami" ketika merujuk Tuhan tidak menggunakan kaidah bahasa Arab, melainkan bahasa Indonesia... ini saja sudah kacau... 2. selain memuliakan, menurut beberapa ahli bahasa Arab (diantara yg sering mengulasnya adalah Quraish Shihab), kata "Kami" menyiratkan adanya peranan (walaupun tdk menyiratkan ketergantungan) pihak lain dlm perbuatan tsb... misalnya anggaplah ada kalimat "Kami menjadikanmu pemimpin", maka itu artinya Allah SWT telah menjadikannya pemimpin, dan dalam prosesnya, ada banyak pihak yg terlibat... akan tetapi ini tidak mengecilkan peranan Allah, karena bagaimana pun semua itu Allah yang mengatur... Al-Qur'an itu berasal dari Allah, disampaikan oleh Jibril dan disebarluaskan oleh Rasulullah saw... bisa diperpanjang lagi, misalnya dengan mengatakan bahwa para alim ulama jg berperan menyebarluaskannya, dsb... namun itu tdk berarti Al-Qur'an adalah "karya bersama"... pasalnya, Jibril adalah ciptaan Allah, Rasulullah saw. adalah ciptaan Allah, dan segalanya adalah ciptaan Allah... jika kita membuat sebuah tulisan lalu tulisan itu di-print, apakah tulisan itu disebut sbg karya si penulis atau karya sang printer??? bagaimana pun semuanya adalah ciptaan Allah SWT, dan kita tidak bisa menyebut Al-Qur'an sbg "karya bersama" yg merupakan "proyek keroyokan" antara Allah dan oknum2 lainnya, apalagi jika hal ini disimpulkan berdasarkan kata "Kamu" dalam berbagai ayat di dalam Al-Qur'an... argumen ini lemah sekali, dan sama sekali tidak rasional... sungguh mengherankan jika ada orang yang menjunjung tinggi rasio namun mendukung pendapat ini... 3. jika dikatakan Al-Qur'an tak dapat melampaui konteksnya, maka saya akan menegaskan bahwa pandangan ini terlalu prematur dan hanya bersandar pada pandangan sekilas saja... kebetulan saya sedang getol-getolnya mempelajari surah Yusuf, dan di situ saya menemukan bahwa Rasulullah saw. secara khusus disuruh mencermati surah ini... lebih terkejut lagi ketika mendengar bahwa surah ini diturunkan ketika Rasulullah saw. dlm keadaan duka cita akibat ditinggalkan oleh Abu Thalib dan Khadijah ra., dan sebelum Hijrah... kalau memang kisah Nabi Yusuf as. tdk mampu melampaui sejarah dan konteksnya, maka kisah ini jg dijamin gak nyambung dengan hidup Rasulullah saw... antara Nabi Yusuf as. dan Rasulullah saw. terentang waktu berabad-abad lamanya, dan tempatnya pun beda (Rasulullah saw. hidup di antara Mekkah dan Madinah, sedangkan kisah Nabi Yusuf as. mengambil lokasi antara Mesir dan Kana'an)... apakah lantas kisah ini sia-sia bagi Rasulullah saw.? nyatanya kita bisa melihat banyak kesamaan antara Nabi Yusuf as. dan Rasulullah saw. (saya biarkan rekan2 sekalian mencari sendiri kesamaan kedua Nabi mulia ini agar tidak mengurangi keasyikan dalam mempelajari Al-Qur'an), dan Rasulullah saw. sendiri nyata-nyata mengutip ucapan Nabi Yusuf as. ketika memasuki kota Mekkah sbg pemenang... ucapan tsb adalah: "Hari ini tidak ada cercaan bagi kalian"... Nabi Yusuf as. mengucapkannya di hadapan saudara-saudaranya yg kejahatannya telah terbongkar, sementara Rasulullah saw. mengucapkannya di hadapan penduduk Mekkah yg mengharapkan belas kasihan beliau... beda konteks? jelas beda! beda jaman? apalagi! tapi Nasr Hamid bin Abu Zaid dan oknum-oknum sejenisnya nampaknya termakan oleh kata-katanya sendiri, yaitu TIDAK MAMPU MEMBACA APA YANG ADA DI BALIK TEKS, sehingga mereka merasa bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur'an itu hanya aplikatif bagi orang di suatu jaman tertentu saja... nah, jadi siapa sebenarnya yang akalnya mandeg coba? :D 4. Kalau masih ngotot juga mengatakan bahwa Al-Qur'an itu sudah gak aplikatif lagi, tanyakanlah pada mereka: "Tuhan macam apa yg kalian sembah?" sebab jika Al-Qur'an sudah tidak aplikatif lagi, maka Tuhan sudah tidak pantas disebut Maha Adil, karena umat jaman dahulu dikasi petunjuk sedangkan umat jaman sekarang tidak disuruh mikir sendiri... 5. Jika ada sanggahan yg mengatakan bahwa "orang jaman sekarang sudah lebih pinter dari jaman baheula", ini juga gak pas... sebab kebejatan manusia dari jaman ke jaman nyaris gak berubah esensinya... homoseksualitas sudah ada dari jaman Nabi Luth as., dan penyakit pedofili sudah dipraktekkan oleh Kaisar-kaisar Romawi... pelacuran sudah ada sejak dahulu kala, dan pembunuhan sudah dilakukan oleh anak kandungnya Nabi Adam as... jadi produk modernisasi itu apa? tidak lain hanyalah variasi thd detil-detil kejahatan di masa lalu... sejak dulu sampai sekarang, kesesatan manusia ya sama saja, paling cuma beda kulitnya... 6. Ada kesalahan tipikal para orientalis di sini, yaitu teori pengaruh... misalnya ada unsur dalam Al-Qur'an yg mirip dengan Bibel atau naskah-naskah kuno umat Nasrani di masa lalu, apakah lantas itu berarti Al-Qur'an telah melakukan aksi plagiat? kenyataannya Al- Qur'an memang membenarkan Injil, sementara Bibel adalah Injil yang dipalsukan di sana-sini, jadi wajar jika ada kesamaannya... lagipula, kebenaran adalah kebenaran, siapa pun yg mengatakannya... jika di Cina ada Kong-Fu-Tse yg bilang bahwa "membunuh orang lain itu jahat" dan kemudian ada Nelson Mandela di Afrika Selatan yg bilang bahwa "pembunuhan harus dihentikan", apakah ini bisa disebut indikasi bahwa Nelson Mandela telah menduplikasi idenya Kong-Fu-Tse? apakah jika orang di Afrika memukul dengan teknik yang mirip dengan teknik pukulan yang sama dengan teknik pukulan Karate dari Jepang (lebih tepatnya Okinawa), lantas bela diri Afrika itu dinyatakan 'telah terpengaruh oleh Karate'? Waduh...!!! semoga kita semua terlindung dari kebodohan, dan tidak termasuk dalam jamaah sekularis-pluralis-liberalis (Sepilis)... wassalaamu'alaikum wr. wb. --- satriyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Assalaamu alaikum, > > Berikut adalah posting dari milis tetangga, ... > wassalam, > satriyo > > > --- In [EMAIL PROTECTED], radityo djadjoeri > <radityo_dj@> wrote: > > May 13, 2007 > > Pewahyuan Al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah > > ebionite > > Opini > > Mohamad Guntur Romli, AKTIVIS JARINGAN ISLAM LIBERAL > > email: indunisi@ > http://www.korantempo.com/korantempo/2007/05/04/Opini/krn,20070504,72. id.html