--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, st Sabri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Pak Satriyo, > Demikianlah ("... versi si fulan") para Ulama Besar dan Imam Mazhab > menuliskan karya - karya mereka. Sesuai pengamatan saya terhadap posting > Pak Satriyo, beliau memiliki koleksi literatur yg cukup banyak dan > beraneka ragam, jadi mungkin bisa dibaca, misal Al Ihya Ulumuddin, karya > Imam Gazhali, dengan Jelas beliau menegaskan bahwa semua pandangan dalam > buku tsb adalah menurut pendapatnya. > > selama 14 abad, khazanah pemikiran Islam telah diperkaya oleh berbagai > pemikiran ulama besar. Pak Adnin Armas atau siapapun Juga, boleh saja > mengatasnamakan Islam, tapi semua juga tahu betapa luas khazanah > pemikiran Islam saat ini. > > Saya juga yakin Pak Adnin tidak akan asal kutip atau asal asumsi, tapi > tetap beliau (Pak Adnin) tidak akan mampu sepenuhnya melepaskan diri > dari keterbatasannya sebagai "manusia" yg memiliki keterbatasan wawasan > dan jangkauan akal. Dan tidak akan mampu melepaskan diri dari > subyektifitasnya. > > -- > > Registered User : > Linux # 421968 > Ubuntu # 13604 > Pak Sabri, Kalo bicara linux dan ubuntu, mungkinkah pak Sabri kenal dengan pak Prihantoosa? Beliau teman lama saya sejak sama-sama di Nurul Fikri ... ;-] Soal pandangan, saya setuju dengan pak Sabri. Yang namanya buah pikiran tentu merujuk kepada si empunya pikiran, atau pandangan. Tapi tidak tersurat/eksplisit mencantumkan " ... ini adalah pandangan (nama)..." pun secara umum akan dipahami bila seseorang yang mengeluarkan pandangan itu pasti pandangan dia, selama dia bisa bertanggung-jawab untuk itu, di antaranya dengan berdialog dengan publik dan melakukan penjelasan agar pandangannya itu dimengerti ... entah kelak terbukti pandangannya itu salah atau benar, sesuai persepsi/nalar mereka yang menjadi target pandangannya itu. soal subjektifitas, saya juga setuju pak. Tentu manusia tanpa bimbingan hidayah dan taufiq dari Ar-Rahman, yang ada hanya subjektifitas, atau bahkan angan-angan kosong, sesuai firman Allah, bisa berwujud sebagai 'tradisi nenek moyang' atau 'kata si fulan yang punya kuasa atau otoritas tertentu' ... . Justru dengan fakta itulah para intelektual, baik dari kalangan ulama salaf dan khalaf, juga sarjana non-muslim sejak zaman pencerahan, selalu menyertakan bibliotik/maraji/daftar pustaka, apendix, index, catatan kaki, dll. untuk sec tdk langsung menunjukkan betapa pemikiran mereka itu selalu berlandaskan kepada yang sudah terlebih dahulu memiliki pandangan. Walau ada saja yang tidak jujur dan tidak mencantumkan pemikiran orang yang ia gunakan. Atau di awalnya ia akui dalam karyanya bahwa ia mengacu kpd pemikiran seseorang tapi kemudian dia nafikan itu, one way or another. ya boleh-boleh saja bagi yang mempertanyakan hal yang sudah taken for granted ini, tapi bagi saya tetap saja berlebihan ... kec ada maksud lain dari pertanyaan itu. iya kan pak? kecuali di milis ini level rata-rata anggotanya adalah sekolah menengah ... mungkin itu wajar untuk bertanya dalam rangka memastikan pemahaman yang sama atas satu hal, spt soal 'pandangan' ini misalnya. maaf kalo saya tdk pas berkomentar, tapi itu pandangan saya. terima kasih buat sharingnya pak Sabri. salam, satriyo ;-]