Yang memprihatinkan ketika alasan "hanya karena Allah" menjadi sebuah alibi untuk menjustifikasi sikap "putus asa" terhadap suatu masalah dan sikap demikian justru memperparah situasi dan kondisi menjadi lebih buruk.
Pada dasarnya Islam tidak membenarkan seseorang untuk melakukan kezaliman termasuk menzalimi dirinya sendiri. Dalam kasus dimana seorang istri yang dizalimi oleh suaminya seringkali "digiring" dalam kondisi untuk turut menzalimi dirinya sendiri.Padahal tidak akan berubah nasib seseorang jika dia sendiri tidak berusaha untuk merubah situasi dan kondisi yang menimpanya. Sikap Siti Fatimah yang tegas menolak kezaliman terhadap dirinya bisa menjadi contoh bagi para wanita muslimah untuk mau bersikap memperjuangkan kebahagian dirinya dan mau menuntut hak-hak yang dimiliknya. Sayang sekali sikap seperti ini sangat minim disosialisasikan dalam kasus poligami terutama dalam masyarakat patriakis. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "satriyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Indah ya bu Flora, ketika segala sesuatunya hanya karena Allah. > Adapun hal-hal yang sifatnya manusiawi tentu ada karena sebuah > keniscayaan belaka mengingat kita bukanlah malaikat yang tanpa > freedom of choice, choice of Good or Evil. > > Yang saya juga ikut termenung adalah begitu bisa 'aneh' komentar atas > isi wawancara ini dan yang digarisbawahi oleh 'keanehan' itu adalah > sisi yang dari awal di tepis langsung oleh Teteh. Sungguh segala > sesuatu itu bisa menjadi ujian, kebaikan dan keburukan. > > Sungguh sedikit sosok panutan ummat yang mau terbukan dan membuka > diri untuk dikritisi, bahkan hingga balik dibenci oleh mereka yang > berlebihan mengagumi beliau. > > Yang terbaik dari Allah. > > salam, > Satriyo > > === > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas" > <florapamungkas@> wrote: > > > > Ninih Menepis Gosip Cerai > > "APA PUN YANG TERJADI, SAYA DAN AA HARUS BERSAMA SAMPAI DI AKHIRAT > NANTI!" > > > > http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=13803&no=2 > > > > > > Setelah Aa Gym berpoligami, gosip miring kerap menghampiri hubungan > Aa > > Gym-Teh Ninih. Baru-baru ini berhembus kabar, Ninih (40) diisukan > minta > > cerai. Benar demikian? "Enggak pernah kepikiran pisah dengan Aa!" > Kini ibu > > dari 7 anak ini semakin rajin berdakwah. Salah satu alasannya, > sekarang > > Ninih tak perlu fokus lagi mengurus Aa Gym karena sudah berbagi > tugas dengan > > madunya, Rini. Berikut obrolan dengan Ninih. > > > > Sejak kapan mulai berdakwah? > > Kalau mengajar, sudah saya lakukan sejak remaja hingga kuliah. Untuk > > berdakwah, terhitung sejak 5 tahun yang lalu. Karena sudah > disiapkan, ya, > > enggak menemukan kesulitan. Awalnya ditandem dulu oleh Aa, lalu Aa > memberi > > masukan tentang kurang-lebihnya dakwah saya. Saya disiapkan Aa > seperti > > mengajar anak TK. Tapi senang, kok, diajari Aa. Ha. . ha.. > > > > Kabarnya akan pulang ke rumah orang tua di Cijulang? > > Bukan pulang, tetapi mau dakwah di rumah Teteh,karena ibu-ibu di > sana sudah > > kangen sekali. Memang, biasanya ke sana dengan Aa. Sekarang Teteh > mencoba > > sendiri saja. Tak masalah, kok. Malah latihan mandiri di kampung > halaman > > sendiri. > > > > Biasanya memang Aa yang dakwah lebih banyak, Teteh kebagian sedikit. > > Sekarang Aa menganjurkan mandiri, supaya tidak dibayang-bayangi > kebesaran > > nama Aa. Kata Aa, "Saya mempersilahkan Mamah (panggilan Aa Gym pada > Ninih, > > Red.) untuk leluasa berkreasi dalam berdakwah penuh." Tapi Aa > selalu SMS, > > kok, memberikan masukan tentang poin-poin yang penting untuk materi > dakwah > > Teteh. Misalnya, ketika Teteh ceramah tentang kecantikan wanita, > pekan lalu > > di Tangerang, Teteh minta saran dan Aa mengatakan, kecantikan > wanita itu > > bukan dari topeng, melainkan dari qolbu-nya. Nah, Teteh ingat terus > > kata-kata itu. > > > > Apakah latihan mandiri itu bisa diartikan saat ini sedang dilatih > agar bisa > > mandiri dan kelak hidup sendiri? > > Kalau Aa melatih mandiri, itu karena kita tidak tahu apa yang bakal > terjadi. > > Jadi, seorang istri harus disiapkan dalam segala hal, agar tidak > bergantung > > pada suami. Misalnya, dalam hal keuangan. Namanya usia, ka, tidak > bisa > > diduga. Siapa tahu suami yang lebih dulu pergi selamanya. Nah, > istri harus > > disiapkan dalam kemandirian. Dalam hal tauhiid, itu jelas, enggak > boleh > > bergantung kepada manusia, tetapi bergantung kepada Allah. > > > > Jadi, sudah sejak lama Aa menyiapkan saya untuk mandiri. Bukan > dalam arti > > harafiah, tetapi untuk melebarkan dakwah agar lebih luas. Dengan > begitu, Aa > > dan Teteh bisa berdakwah di dua tempat berbeda dalam waktu yang > sama. Hanya > > saja, Aa biasanya berdakwah lebih umum, sementara Teteh lebih ke > topik > > perempuan. Itu akan lebih match. Di sini (arti) kemandirian itu > bukan untuk > > bersaing, melainkan untuk saling maju dan saling menguatkan wawasan > supaya > > lebih melebar. > > > > Jadi, kabar mau pisah dari Aa Gym tidak benar? > > Memang ada isu begitu? Siapa yang bilang? (Ninih mengernyitkan > dahi) Ada > > saja, kali, yang iseng, ya. Wah, malah makin indah cintanya kalau > begitu. > > Makin rindu karena cintanya bukan karena nafsu, melainkan cinta > hakiki yang > > tujuannya kepada Allah. Allah yang menanamkan cinta. Boro-boro > kepikir cerai > > Sebaliknya, pikirannya makin terikat dan saling menyayangi. > > > > Tetapi sempat terpikir untuk berpisah? > > Enggak ada. Namanya isu, cuma memanas-manasi. Masak sudah sudah 20 > tahun > > kami merintis, kalau hanya karena kejadian kemarin, terus saya > mundur? > > Alangkah ruginya. > > > > Jadi, yang sudah dirintis ini harus dipertahankan. Bahkan harus > lebih baik. > > Sebaliknya, kehadiran istri kedua bukan sesuatu yang jelek kalau > disikapi > > dengan baik. Satu visi, satu misi.. Hanya saja memang butuh proses, > perlu > > waktu. > > > > Apakah proses itu sudah selesai? > > Masih terus berlangsung. Namanya juga hidup, ingin lebih baik. Saya > > mensyukurilah, menikmati setiap episode kehidupan ini. Kalau > menunggu yang > > belum terjadi, capek, ya? Mendingan dinikmati apa yang kita lakukan > sekarang > > menikmati apa yang Allah berikan, Syukuri terus karunia yang Allah > berikan. > > Pasti kelak Allah menambah lebih banyak lagi karunia lain. Saya > yakin akan > > hal itu. > > > > Tetapi pernah membayangkan seandainya kelak hidup terpisah? > > Sama sekali enggak. Yang kebayang adalah sama-sama di dunia dan > sama-sama di > > akherat. Titik. Soalnya, karena tujuan menikahnya hanya untuk Allah > (jadi) > > akan bertahan. Apa pun yang menggoda. > > > > Tidak sedikit pun punya pikiran seperti itu (pisah, Red). Dari awal > tujuan > > menikah adalah berdakwah. Jadi, apa pun yang terjadi, saya dan Aa > harus > > bersama sampai di akhirat nanti. > > > > Memang, tantangan pasti ada. Ujian pasti ada. Misalnya, Aa menikah > lagi. > > Tapi karena tujuannya harus sama-sama sampai di akhirat nanti, sama > sekali > > enggak terpikir untuk berpisah. Jangan sampai, ah! Enggak ada > pikiran > > berpisah. > > > > Jadi, tidak ada yang berubah sejak Aa Gym menikah lagi? > > Enggak ada. Yang saya rasakan justru Aa semakin dewasa. Terutama > > kesabarannya meningkat banyak, empatinya juga meningkat. Benarlah Aa > > merupakan pemimpin umat. Kejadian yang timbul akibat Aa menikah > lagi dibuat > > menjadi sarana berlatih. Misalnya, kalau sebelumnya Aa selalu sibuk > dengan > > urusan bisnis dan urusan dakwah, sekarang Aa malah lebih banyak > mengisi > > waktu dengan belajar agama dan kuliah lagi. Jadi, kami sama-sama > belajar. > > > > Bagaimana menyampaikan kabar ketika ayahnya menikah lagi sehingga > bisa tidak > > lagi bersama mereka setiap hari? > > Kebetulan Aa sudah terbiasa meninggalkan anak-anak karena harus > berdakwah ke > > berbagai tempat.. Jadi, sebelum menikah lagi pun, Aa sudah tidak > setiap > > malam tidur di rumah. Sudah diprogramkan 3 hari berada di luar > kota, sisanya > > tidur di rumah. Ketika Aa tidak di Bandung, saya sendirian dengan > anak-anak. > > > > > > Sekarang memang sudah ada Mamah baru. (Rini, Red.) (Ninih sempat > terdiam > > sejenak) Bagi saya, ini kesempatan untuk menjelaskan bahwa kondisi > sekarang > > harus disyukuri, karena Bapak sudah ada yang ngurus ketika harus > pergi ke > > luar kota. > > > > Secara perlahan mereka bisa memahami, kok, walaupun ada beberapa > anak yang > > perlu waktu untuk memahami situasi tersebut. Maklum, namanya juga > anak-anak. > > Ini tantangan bagi saya. Sekarang anak-anak sudah sangat paham. > > > > Dengan kesibukan berdakwah, waktu Anda jadi berkurang untuk anak- > anak? > > Ah, sama aja, ya (Ninih lalu tertawa lepas). Cuma saja, sekarang, > karena > > sudah berbagi tugas dengan Teh Rini, kesempatan untuk berdakwah > lebih banyak > > Tidak lagi fokus mengurus Aa sebab secara pribadi karena sudah ada > yang > > mengurus. Itulah hikmahnya. Makanya jadi sip, deh. Harus dibuat > sip, deh > > (Tersenyum sambil memainkan buku di tangannya). > > > > Sekarang dakwah saya menjadi lebih luas, walaupun mengurus keluarga > tetap > > nomor satu. Memang Aa selalu berpesan, kalau kita selalu bisa > mendakwahi > > keluarga, maka kita akan kuat berdakwah keluar. Sebaliknya, kalau > lemah > > berdakwah di keluarga, akan lemah pula berdakwah di luar. Jadi, > (dakwah) di > > rumah tetap nomor satu. > > > > SEMPAT INGIN PISAH > > Selain Ninih, yang juga menepis isu Ninih minta cerai adalah sang > ayah, HM > > Mukhsin (70). "Kabar dari mana itu? Setahu saya, sekarang keluarga > mereka > > baik-baik saja. Kalau Ninih berniat demikian, akan saya larang > dengan keras. > > Tidak boleh," ujar Mukhsin berulang kali, ketika ditemui di > rumahnya di > > Cijulang, Ciamis Selatan (Jabar), Rabu (15/5). > > > > Namun Mukhsin yang juga pengasuh Pesantren Kalangsari, Cijulang, > membenarkan > > putri keduanya (dari 5 bersaudara) itu sempat keceplosan ingin > berpisah. > > Tepatnya saat Ninih mengabari Aa Gym sudah menikah lagi. "Dia > mengabari > > lewat telepon dan menangis. Semua itu saya anggap wajar. Wanita > mana, sih, > > yang tidak sedih mengetahui suaminya menikah lagi? Lalu saya > nasihati, > > jangan pernah berniat cerai. Dia bisa menerima saran kami. Lambat > laun Ninih > > sudah bisa menerima keadaan," ujar Mukhsin. > > > > Kini, lanjutnya, kondisi rumah tangga putrinya sudah normal kembali. > > Kalaupun ada yang berubah, "Aa Gym sudah jarang berkunjung ke sini. > Kalau > > dulu, bisa tiga bulan sekali pasti disempatkan untuk datang. Namun > sejak > > menikah lagi, belum sekali pun datang," kata Mukhsin. > > > > Tidak berkunjung lagi bukan berarti Aa Gym melupakan Pesantren > Kalangsari. Ia masih tetap membantu pesantren yang mendidik sekitar > 200 santri itu. "Dia masih tetap mengirim uang," tutur Mukhsin. > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > >