Assalaamu alaikum,

Isu menarik yang secara panjang mulai di bahas oleh member di milis 
ini adalah ukhuwah. Dari thread ukhuwah itu, termasuk ada cross-
thread nya juga adalah kaitannya dengan berita soal sikap Kardinal 
Jerman, Karl Lehman, melalui ucapannya dipandang diskriminatif karena 
membela ummat kristiani di Jerman yang di matanya jauh lebih besar 
jasanya dari penganut agama 'lain' di Jerman, ternyata masuk juga ide 
dari segelintir oknum NU yang menyuarakan selain ukhuwah islamiyah, 
juga ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah. Lalu di-update oleh 
terma ukhuwah insaniyah.

Hmm,... apa di sebagai muslim dan mukmin kita jumpai semua hal itu 
dalam Al-Qur'an? Ada member yang yakin bahwa hal itu ADA dalam 
kalamullah. Jadi dari sudut pandangnya muncullah terma baru yaitu 
ukhuwah globaliyah, yang ia akui itu istilah made in pribadi. No 
matter lah. Makin menyemarakkan jagad istilah.

Bicara soal ukhuwah, tidak lepas saya kira dengan thread lain yang 
berisi hadis yang berasal dari 2 sumber riwayat berisi penghalaln 
darah orang yang menghina Rasul, dan sempat ramai. Saya kaitkan hal 
ini karena ada member milis yang mempertanyakan ko bisa ada muslim 
yang halal darahnya? Padahal saya sempat ajukan contoh seorang 
mujahidah muslimah asal Aceh, yang dengan sigap 'menghalalkan darah' 
sesama dengan alasan si muslimah lain yang halal darahnya itu adalah 
pengkhianat. Belum lagi para wali sembilan yang memancung kepala 
seorang sufi mbeling yang tidak mau tahu dampak ucapannya bg khalayak 
yang belum sampai ilmunya, ibarat anak kuliahan yang asal bunyi di 
depan anak TK. Begitu tamsil dari seorang member lain soal level 
pemahman yang pas buat alasan penghalalan darah si sufi mbeling itu.

Lalu, hal lain yang saya kira berkaitan dg ukhuwah adalah sikap 
sebagian saudara kita. Di satu sisi A merasa B sok tahu dan sok 
benar. Tapi di sisi lain, B menimpali sikap A dengan pernyataan yang 
sebenarnya menunjukkan B itu setali tiga uang, menganggap diri paling 
tahu dan paling benar.

Misalnya soal negara Islam. Ini memang konsep yang kontroversial, 
mengingat dalam Islam hanya dikenal sistem kemasyarakatan berupa 
khilafah sbg dicontohkan dengan ideal di masa empat khafilah yang 
lurus, khulafaa-u ar-Rasyiduun, tidak khilafah setelahnya yang hanya 
namanya saja tapi isinya adalah praktek feodalisme, kerajaan, 
kroniisme dan nepotisme bukan meritokrasi. Tapi sungguh disayangkan, 
dengan pemahaman yang mungkin belum utuh, sudah berani mencap bahwa 
upaya sebagaian saudara seiman yang lain itu, betapapun cacat 
(namanya juga usaha) tetap adalah sebuh ikhtiar dan ijtihad yand ada 
nilainya di mata Allah, sejelek apapun di mata manusia.

Atau dengan pemahaman dan pengetahuan yang seadanya, bisa menegaskan 
bahwa kalo yang namanya mencontoh Rasul itu ya semuanya, leterlek. 
Halahh ... Polos bener. Tapi kalo memang bisa begitu so what? Apa 
yang salah? Apakah pola pikir katak dalam tempurung itu bisa 
diterima? Saya katakan katak dalam tempurung, karena tidak semua yang 
ada di hidup kita ini berlaku di seluruh dunia. Coba saja ke 
pedalaman di negeri ini, tidak usah jauh2 ke negeri lain. Apakah 
semuah masjid di pedalaman negeri ini memakai 'speaker'?

Tentu jika ada yang menyatakan ingin mencontoh Rasul dalam menegakkan 
hukum Islam, yang mungkin termasuk mendirikan negera Islam (jadi 
mirip menerapkan perda syariah nih!), tentu bukan foto-kopi, tapi 
mencontoh esensi pemerintahan di masa Rasul dan khulafaaurrasyidun. 
Gitu aja ko ya ga nyambung toh? Shalat kalo mau ikut Rasul yang ga 
pake peci, kupluk haji, baju koko, mukenah, sajadah, sarung atau yang 
sekarang kita kenal. Dulu itu dahi ya langsung ke tanah. Jorok? 
Kotor? Tidak juga, kan padang pasir. Nah sejalan penyebaran islam, 
tentu perlu ada penyesuaian. Itu berlaku buat semua hal selain yang 
pokok macam tauhid, atau ritual ibadah, termasuk menutup aurat.

Yang sempat membuat saya heran jg adalah beraninya menuduh ada 
pria "yang sangat sok "melindungi dan mendukung aktifitas perempuan", 
namun ujung-ujungnya tanpa sadar lalu dengan "emosi/tidak" 
menuliskankan pemikirannya bahwa perempuan itu kurang berharga di 
banding laki-laki:), bahwa perempuan itu "hanya leyeh-leyeh" :), atau 
juga yang bilang bahwa perempuan pekerja = ternak :))" tanpa sadar 
bahwa ada juga perempuan yang tidak bisa baca dengan benar suatu 
pernyataan dan melulu emosional (khas pere gitu loh) dan mengikuti 
nafsunya itu. Buktinya apa tuduhan itu? Tidak ada! Membaca saja tidak 
beres mau kasih opini. Halahhh ... cape jadi tapee ... jauh 
benerrrr ...

Kaya perempuan yang teriak2 sok ngebela sesama perempuan itu bener2 
care sama nasib perempuan di pasar2 yang mengais sayur bekas untuk 
dijual kembali, yang siang-malam di jalanan menggendong anak sewaan 
mengemis, yang menjajakan diri (leterlek uey) entah di tempat hiburan 
atau pinggir jalan atau mlm (mulut lewat mulut) baik yang level naik 
turun mobil prakteknya atau sekedar gelar alas di balik semak. Ah 
tapi memang mereka bisa praktek kalo tidak ada laki-laki yang ngeres? 
Apakah ini lingkaran setan? Saya lihat sih dua arah ... harus semau 
jujur untuk menghindari praktek itu.

Belum lagi jenis menjual tubuh yang paling halus, spt di beragam 
iklan yang notabene isinya tubuh pere semua? Tidak, saya tidak sedang 
berpikiran kotor, tapi coba lihat, bagian tubuh mana dari perempuan 
yang harusnya masuk aurat itu dengan bangga dan harga tinggi 
dikomoditikan? Apalagi alasannya? HAM? hehehe .... HAMpir masuk 
neraka mah iya kali, sambil ngajak orang lain. Ini bukan vonis, tapi 
teguran, nasihat ... kalo pahit, ya maaf, obat itu jarang yang enak.

Ada juga member yang yakin bahwa ungkapan simpati bahwa tidak praktek 
industri sekarang ini memakan korban perempuan, disalah artikan. 
Betapa tidak dikatakan korban, jika hampir lebih dari setengah tenaga 
buruh di berbagai pabrik itu dari kalangan perempuan dengan gaji yang 
tidak lebih tinggi dari laki-laki? Coba saja lihat kalo sedang demo 
buruh, gender mana yang mendominasi layar? Ini belum dengan hilangnya 
upah mereka ketika cuti hamil. Tdk semua pabrik mau fair menggaji 
buruhnya, terlebih perempuan.

Nah konteks ini kan sama saja perempuan diperas seperti ternak! Tapi 
kenapa jadi dipelintir seolah menyamakan perempuan dengan ternak? Wah 
ya itu sih kedodolan ybs tapi ko yakin benar bahwa pemahamannya itu 
begitu. ck ck ck ... Jadi niat ukhuwah memperhatikan nasib semua 
regardless of gender jadi sulit dilihat. Yang ada adalah tuduhan tak 
mendasar soal sok tahu ... dan sok-sok lainnya. Lagi-lagi gambaran 
betapa klaim kebenaran, sok tahu/benar itu terkadang dilakukan 
sendiri.

Si member yang menuduh itu tidak sadar dalam konteks di atas bahwa 
pria yang dituduh itu punya istri, ibu, saudara perempuan, kenalana 
perempuan, bahkan di milis ini. Logikanya mana mungkin si pria itu 
bisa berlaku 'seganas' yang dituduhkan. Well, nampaknya di milis ini 
memang bebas menuduh dan dituduh.

Ini kah ukhuwah yang ada dalam al-Qur'an?

Ya Allah, ampunilah hambaMu ini yang telah terlanjur menyakiti hati 
sesama tanpa disengaja. Mudahkah dan lapangkanlah kami di milis ini 
untuk lebih erat menjalin ukhuwah, agar ummat ini tdk mudah dipecah 
belah spt sekarang, dan hidup kami lebih berkah lagi di masa datang.

Amin.

wassalaamu alaikum,
satriyo

Kirim email ke