HMNA, kalo menuduh dan menghakimi adalah semudah membalik tangan...ini kan kebiasaan sampeyan...
Para orientalis itu juga ulama (orang-orang berilmu), mosok gitu aja gak ngerti... Apakah anda mau membela ulama orientalis yang punya pikiran kotor itu? He..he.. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > ma_suryawan memfitnah ulama:ada yang punya pikiran kotor : > Pada waktu itu orang-orang Arab mencerca habis-habisan karena beliau s.a.w. > dianggap telah melanggar tradisi dengan menikahi bekas menantunya sendiri, > dan para kritikus serta ulama yang punya pikiran kotor mengatakan bahwa Nabi > s.a.w. telah memerintahkan menceraikan perkawinan Zaid dan Zainab karena > secara diam-diam Nabi s.a.w. memang sudah jatuh cinta kepada menantunya. > ------------------------------------ > HMNA: > 1. Saya minta pertanggungan-jawab ma_suryawan apa yang ditulisnya. Sebutkan > siapa-siapa itu ulama yang punya pikiran kotor tsb. > > 2. Sebenarnya menurut para ulama, seperti berikut: > RasuluLlah SAW berkata kepda Zainab: > "Zainab, aku telah merelakan Zaid untukmu." > Jawab Zainab: > "Ya Rasulallah, aku sulit bersanding dengannya. Aku adalah wanita merdeka di > antara kaumku. Aku juga adalah anak perempuan bibimu. Aku tak mungkin > menikah dengannya." > Tak lama berselang, Allah SWT menurunkan ayat: > "Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan (tidak patut) pula bagi > perempuan mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu > ketetapan, lantas mereka memilih pilihan lain tentang urusan mereka. Dan > barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka ia telah sesat, sesat yang > nyata." (Al Ahzab 33:36) > Zainab sama sekali tak menyangka, keengganannya untuk bersanding dengan Zaid > akan menjadi penyebab turunnya ayat (33:36). Ayat ini mampu menyentuh hati > Zainab: > "Ya Rasulallah, jika memang Allah dan RasulNya telah meridhai Zaid untukku, > maka akupun tak kuasa menolaknya." > Waktu terus bergulir, namun relung-relung hati mereka berdua masih hampa > dari cinta. Jiwa-jiwa mereka berdua selalu bertemu tanpa rasa kasih sayang. > Kemesraan di dalam rumah tangga itu layu tanpa pernah tumbuh berkembang. > Pelaminan itu hanya menghasilkan suasana duka yang berkepak-kepak bagai > sayap-sayap patah dan mengalirkan air mata kepedihan dari kelopak mata > mereka. Bahtera cinta itupun terancam karam tanpa sempat berlayar menuju > pelabuhan cinta. > > Zaid bin Haritsah merasa tak kuasa mengayuh biduk cintanya. Zainab binti > Jahsyipun tak mampu mengembangkan layar kasihnya. Dengan membawa > relung-relung hatinya yang patah, Zaid bin Haritsah mengungkapkan hasrat > batinnya kepada Rasulullah saw untuk menutup kisah hidupnya dengan Zainab > binti Jahsyi. Namun RasuluLlah hanya menjawab,"Tahanlah terus istrimu dan > bertakwalah kepada Allah." Dan tatkala saat Zaid bin Haritsah kembali > mengemukakan keinginannya untuk mengakhiri lembar-lembar rumah tangganya > dengan Zainab, RasuluLlah kembali menjawab," Tahanlah terus istrimu dan > bertakwalah kepada Allah." > > Tak lama kemudian turunlah ayat: "Dan (ingatlah), ketika kamu (Muhammad) > berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan rakhmat kepadanya & kamu > juga telah memberi nikmat kepadanya (Zaid bin Haritsah)," Tahanlah terus > istrimu dan bertakwalah kepada Allah." Sedang kamu (Muhammad) menyembunyikan > di dalam hatimu apa yang Allah telah menyatakannya. Kamu takut kepada > manusia (yang akan mencelamu), sedang Allah lebih berhak untuk kamu > takuti(*). Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluannya terhadap istrinya > (menceraikannya), Kami kawinkan engkau dengannya, agar tidak ada keberatan > bagi orang mukmin untuk menikah dengan istri anak-anak angkat mereka apabila > mereka telah menceraikannya." (Al Ahzab 37) > ------------------------- > (*) > Yang dimaksud Nabi SAW takut kepada manusia, yaitu komunitas musyrik dan > munafiq akan memanfaatkannya untuk membunuh karakter Nabi SAW dengan menebar > opini, berupa isu fitnah. Dan memang kenyataannya hal itu menjadikan salah > satu isu fitnah komunitas musyrik untuk membunuh karakter Nabi SAW: > "Muhammad telah menikahi janda anak angkatnya." Isu konyol ini juga telah > disebar luaskan oleh para orientalis kristian dan para kristian yang > membenci Islam dan Kaum Muslimin > > ##################################################################### ################################ > > ----- Original Message ----- > From: "ma_suryawan" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > Sent: Monday, June 25, 2007 11:08 > Subject: [wanita-muslimah] Kajian Khaataman Nabiyyiin => Untuk FLORA => > menjawab "HMNA" > > > Kajian Tentang "Khaataman Nabiyyiin" > > Kajian 1: > > Firman Allah Ta'ala: "Muhammad bukanlah bapak salah seorang dari > antara kaum laki-lakimu, akan tetapi ia adalah Rasulullah dan > Khaataman Nabiyyiin [Meterai sekalian nabi]." (33:40) > > Jika Anda membaca ayat-ayat sebelumnya dalam Surah al-Ahzab ini, > dapat diketahui bahwa diberikannya gelar "khaataman-nabiyyiin" > kepada Rasulullah s.a.w. adalah dalam konteks pembelaan Allah Ta'ala > terhadapnya berkaitan dengan pernikahan beliau dengan Hz. Siti > Zainab r.a., bekas menantu dan janda dari Hz. Zaid ibn Harits r.a. > (Zaid adalah anak angkat Nabi s.a.w.). Pada waktu itu orang-orang > Arab mencerca habis-habisan karena beliau s.a.w. dianggap telah > melanggar tradisi dengan menikahi bekas menantunya sendiri, dan para > kritikus serta ulama yang punya pikiran kotor mengatakan bahwa Nabi > s.a.w. telah memerintahkan menceraikan perkawinan Zaid dan Zainab > karena secara diam-diam Nabi s.a.w. memang sudah jatuh cinta kepada > menantunya. > > ----------------CUT-------------------- >