Wah Bung Dan maaf kalo ternyata buat anda nada saya terasa tidak 
sejuk. Tidak ada niat saya untuk itu. Ala kulli hal, mohon maaf untuk 
mishap itu. :(

Soal keabadian, saya kira tidak berbanding lurus dengan popularitas, 
terlebih jika kemudian terbukti hal itu salah, spt 'teori' evolusi 
misalnya. Dan soal sedikitnya referensi, buat saya pribadi mungkin 
krn memang pas yang kita baca itu adalah karya kontemporer yang tidak 
menggunakan karya IK sebagai primary source. Atau memang tidak banyak 
buku atau referesni ilmiah yang membahas topik yang dikaitkan dengan 
karya monumental beliau.

Karya IK bukanlah satu-satunya karya ilmiah monumental dalam tradisi 
keilmuan islam Bung. Artinya, kalo kita kais dan korek perpustakaan 
besar di negara2 Barat, pasti akan ketemu itu naskah kuno asli atau 
saduran atau salinannya. Bahkan mungkin ada yang sudah memuatnya on-
line. Mungkin dengan akses Bung yang relatif lebih banyak dan mudah 
di banding di negara2 Islam termasuk di tanah air, Bung bisa segera 
tahu hal itu. Karya lain yang diakui monumental tapi jarang dilirik 
misalnya adalah karya Ibnu Sina/Avicenna di bidang kedokteran The 
Qanun/Canon yang hingga abad 17 masih menjadi buku acuan di dunia 
kedokteran Barat (Up to the year 1650, or thereabouts, the Canon was 
still used as a textbook in the universities of Leuven and 
Montpellier.-http://en.wikipedia.org/wiki/Avicenna#Legacy). Mengapa 
sekarang tdk dipakai? Ya banyaklah alasannya, selain bhw dunia 
teknologi demikian maju. Kemungkinan lain adalah karya2 yang mengutip 
mereka itu mayoritas adalah di lingkungan akademis, padahal yang 
paling banyak dibaca adalah buku2 populer walau tidak kurang otoritas 
akademisnya.

Ibadah dalam Islam kan memang luas Bung, ada yang khusus/spesifik, 
atau ibadah mahdhah (ritual, rites) spt Shalat dll, ada juga yang 
umum, yaitu semua kegiatan kita di luar yang khusus itu. Bukankah ada 
prinsip bahwa hidup muslim itu, dari membuka mata menjelang fajar 
hingga tidur kembali adalah ibadah? Kaitannya juga dengan panggilan 
kita oleh Allah yaitu 'abid' tau 'abd' yang artinya orang(2) yang 
beribadah. Tdk mungkin hanya karena ritual saja lalu kita disapa 
demikian oleh Allah. Ibarat peninju dan petinju, yang satu orang yang 
melakukan sesuatu, yang lain orang yang hidupnya memang bertinju.

Nah tidak salah kalo konstruk berpikir ini diadopsi oleh saudara-
saudara kita dalam hidup mereka. Tapi memang tidak mudah ketika lini 
berpikir ini berbenturan dengan yang menganggap ibadah itu ya yang 
rukun islam saja. Dengan demikian, tidak pas menganggap bahwa urusan 
ULAMA itu hanya spiritual (istilah asing, di luar tradisi islam) 
sedangkan diluar itu bukan urusan ULAMA. Wah kan ada tu yang komentar 
bahwa ORIENTALIS juga ULAMA, padahal jelas ORIENTALIS itu murni ilmu 
yang ditekankan dan ga ada urusan sama 'spiritual islam' bahkan 
ORIENTALIS itu inginnya membuat ISLAM itu seperti KRISTEN, terpisah 
antara GEREJA dan NEGARA. 

Jadi ada kerancuan referensi dan lini berpikir di sini. Mencomot ide 
non-islam (di luar tradisi islam) lalu dipaksakan untuk masuk ke 
tradisi islam. Contohnya, seputar hukum, negara, dan HAM. Di islam 
hal-hal itu pasti ada, tapi ketika kita ambil itu dari tradisi non-
islam dan kita paksakan untuk bisa masuk ke tradisi islam, saya kira 
itu PEMAKSAAN yang jelas. Jadi, hingga tataran pemikiran pun, topik 
atau terma yang sangat banyak muncul dan ditujukan Allah kepada 
muslim, jelas islam punya tradisi yang khas. Dan ini yang Bung 
harapkan kan?

Jadi mengukur islam dengan alat ukur di luar islam, pasti tidak 
cocok. Yang ada adalah kesan 'carut marut' dan 'pemaksaan'. Kalo kita 
jujur, yang namanya budaya kan pasti beda. Ilustrasi sederhana yang 
saya ambil dari sebuah dokumenter, seorang perwira militer kerajaan 
Inggris Raya Lieutenant Colonel Sir Francis Edward Younghusband yang 
berhasil 'menaklukan' Tibet, ketika memasuki Lhasa ia gembira krn 
disambut oleh penduduknya dengan tapukan tangan. Ternyata kemudia ia 
tahu bahwa mereka bukan bertepuk tangan spt yang dia KIRA, tapi 
bertepuk tangan sesuai tradisi Tibet ketika mengusir ROH JAHAT. Ini 
juga mirip salam suku MAORI (cmiiw) yang menjulurkan lidah, yang buat 
tradisi lain sama dengan menghina.

Jadi, sebagaimana yang sedang saya pelajari, bahwa Islam adalah 
bangunan utuh yang tidak akan lekang. Adapun muslim yang adalah 
manusia dengan sejumlah kelemahan yang di tengahnya adalah hawa 
nafsu, pasti lekang oleh ujian duniawi. Nah sejarah sejauh ini 
membuktikan bahwa hilangnya kejayaan Islam bukan karena hilangnya 
tradisi islam, tapi hilangnya lini pemikiran islam dalam paradigma 
muslim akibat pengaruh asing yang tidak dicermati.

Singkat kata, sebenarnya segala keraguan Bung soal kejayaan Islam 
bisa dimengerti akan tetapi bukan berarti keraguan Bung itu sesuatu 
yang 'semestinya' tapi sesuatu yang 'pada prakteknya'. Jadi untuk 
bisa membuktikan kejayaan Islam, tentu kita mulai melakukan 
introspeksi berupa SWOT analysis, minimal. Dan sekarang ini cukup 
tersedia kajian seputar ini yang membawa kita pada gambaran bahwa 
yang terjadi adalah minimnya pemahaman ummat pada Islam, baik krn 
faktor internal maupun eksternal, sehingga ummat terpecah belah 
saling selisih, dan tidak akan pernah bisa membuktikan keunggulan 
Islam.

Saya kira masih akan panjang pembahasan ini tapi sementara saya 
tunggu tanggapan Bung. Saya berharap akses Bung bisa menambah wawasan 
kita tentang kegemilangan tradisi islam yang tersimpan rapi di 
perpustakaan, dan sekaligus menjadi bahan untuk kita oleh dalam 
rangkan memproyeksikan apakah memang Islam itu sudah out-of-date 
untuk bisa secara utuh bermain dan berlaga di milenia baru ini, atau 
sebaliknya.

satriyo



--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Kita tidak bisa lepas dari perpektif individu dan kultural dalam
> memandang sesuatu fenomena sosial.  Memang akan ada elemen judgment
> dalam pembahasan kita.  Sebenarnya itu lazim saja, cuma dalam 
tulisan
> Anda yg terakhir nadanya tidak sejuk sehingga saya melihatnya 
sebagai
> suatu kumpulan tuduhan2.
> 
> Tapi yg penting ialah kita sama2 mengagumi Ibnu Khaldun. Dan saya
> sering heran koq jarang sekali saya melihat referensi dari karya
> agungnya dalam membahas masyarakat Islam? Padahal menurut saya tidak
> banyak buku yg lebih lugas dalam menganalisa masyarakat Islam selain
> karyanya spt yg Anda katakan sejak dulu dan sekarang.   Seorang 
jenius
> akan selalu abadi karyanya.
> 
> Pendekatan yg saya sering lebih lihat ialah pendekatan literalis yg
> sangat out-of-context sehingga terkesan carut marut.  Comot sini 
comot
> sana utk ditempelkan pada berbagai situasi sesuka sendiri.  End
> resultnya adalah pembenaran utk hal yg sebenarnya tidak dapat 
diterima
> sebagai kebenaran.
> 
> Apakah pendekatan ala Ibnu Khaldun itu sudah mulai ditinggalkan? 
> Kalau ya memang berarti pendekatan ilmiah tradisi Islam sudah mulai
> ditinggalkan juga?  Suatu tradisi agung yg telah membawa peradaban
> Islam menuju jaman keemasan ini kalau ditinggalkan ya memang berarti
> kita ada dalam keterpurukan bikinan sendiri.
> 
> Sebenarnya yg kita bahas di milis kebanyakan adalah permasalahan yg
> berdomisili dalam kaidah muamalah, yaitu oleh Allah sendiri 
dianjurkan
> utk diselesaikan secara musyawarah.
> 
> Yg saya khawatir ialah bahwa yg sebenarnya kaidah muamalah itu
> difait-accompli sebagai kaidah ibadah sehingga ruang gerak utk
> memusyawahkannya dan mengijtihadkan jadi terbatas dan penentu 
akhirnya
> selalu suatu fatwa dari ulama. Dalam dinamika masyarakat modern dg
> berbagai ragam kepentingan, keahlian dan jalan hidup, saya rasa 
ulama
> tidak lagi berkompeten utk memberikan suatu fatwa dalam semua aspek
> kehidupan. 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <efikoe@> wrote:
> >
> > Bung Dan, terima kasih buat support dan encouragement anda dalam 
> > disksi ini. Pertanyaan dari saya buat anda, apakah sejauh ini 
anda 
> > juga menerapkan hal ini, counter-argument ilmiah dan tidak hanya 
> > judgement belaka? Judgement yang anda maksud yang bagaimana?
> > 
> > Buat komentar anda selanjutnya, saya sangat tersanjung dan sejauh 
ini 
> > hanya bisa meng-amin-i karena terus terang untuk bisa spt ibnu 
> > Khaldun yang karya magnum opus-nya, Muqaddimah, diakui dunia 
sebagai 
> > karya yang sulit ditandingi baik sec masa di kala dia hidup, 
maupun 
> > kontemporer. Tapi kalo maksud anda sekadar se-ilmuah ibnu Khaldun 
> > (tetap saja  belum jelas, ilmiah yang bagaimana, apakah mengacu 
hanya 
> > pada metode--yang spt apa--atau juga dikaitkan pada outcom-nya) 
> > mungkin, ... saya ulang, mungkin dengan izin Allah, dengan 
> > keterbatasan yang ada, bisa saya ikhtiarkan.
> > 
> > Mungkin teman2 di berbagai pusat keilmuan yang memang memiliki 
> > kesamaan bidang dengan ibnu Khaldun lah yang saya kira paling 
mungkin 
> > mendekati kadar keilmiahan ibnu Khaldun. allaahu a'lam
> > 
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <dana.pamilih@> 
> > wrote:
> > >
> > > Walaikum salam,
> > > 
> > > Bung Satriyo, mohon juga jika Anda dapat memberi counter-
argument yg
> > > lebih ilmiah dan tidak hanya judgment belaka. 
> > > 
> > > Tunjukkanlah bahwa analisa Anda menggunakan metodologi 
keilmiahan 
> > spt
> > > yg juga dilakukan oleh Ibnu Khaldun dan rekan2nya.
> > > 
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <efikoe@> wrote:
> > > >
> > > > Assalaamu alaikum,
> > > > 
> > > > Isu menarik yang secara panjang mulai di bahas oleh member di 
> > milis 
> > > > ini adalah ukhuwah. Dari thread ukhuwah itu, termasuk ada 
cross-
> > > > thread nya juga adalah kaitannya dengan berita soal sikap 
> > Kardinal 
> > > > Jerman, Karl Lehman, melalui ucapannya dipandang 
diskriminatif 
> > karena 
> > > > membela ummat kristiani di Jerman yang di matanya jauh lebih 
> > besar 
> > > > jasanya dari penganut agama 'lain' di Jerman, ternyata masuk 
juga 
> > ide 
> > > > dari segelintir oknum NU yang menyuarakan selain ukhuwah 
> > islamiyah, 
> > > > juga ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah. Lalu di-update 
> > oleh 
> > > > terma ukhuwah insaniyah.
> > > > 
> > > > Hmm,... apa di sebagai muslim dan mukmin kita jumpai semua 
hal 
> > itu 
> > > > dalam Al-Qur'an? Ada member yang yakin bahwa hal itu ADA 
dalam 
> > > > kalamullah. Jadi dari sudut pandangnya muncullah terma baru 
yaitu 
> > > > ukhuwah globaliyah, yang ia akui itu istilah made in pribadi. 
No 
> > > > matter lah. Makin menyemarakkan jagad istilah.
> > > > 
> > > > Bicara soal ukhuwah, tidak lepas saya kira dengan thread lain 
> > yang 
> > > > berisi hadis yang berasal dari 2 sumber riwayat berisi 
penghalaln 
> > > > darah orang yang menghina Rasul, dan sempat ramai. Saya 
kaitkan 
> > hal 
> > > > ini karena ada member milis yang mempertanyakan ko bisa ada 
> > muslim 
> > > > yang halal darahnya? Padahal saya sempat ajukan contoh 
seorang 
> > > > mujahidah muslimah asal Aceh, yang dengan sigap 'menghalalkan 
> > darah' 
> > > > sesama dengan alasan si muslimah lain yang halal darahnya itu 
> > adalah 
> > > > pengkhianat. Belum lagi para wali sembilan yang memancung 
kepala 
> > > > seorang sufi mbeling yang tidak mau tahu dampak ucapannya bg 
> > khalayak 
> > > > yang belum sampai ilmunya, ibarat anak kuliahan yang asal 
bunyi 
> > di 
> > > > depan anak TK. Begitu tamsil dari seorang member lain soal 
level 
> > > > pemahman yang pas buat alasan penghalalan darah si sufi 
mbeling 
> > itu.
> > > > 
> > > > Lalu, hal lain yang saya kira berkaitan dg ukhuwah adalah 
sikap 
> > > > sebagian saudara kita. Di satu sisi A merasa B sok tahu dan 
sok 
> > > > benar. Tapi di sisi lain, B menimpali sikap A dengan 
pernyataan 
> > yang 
> > > > sebenarnya menunjukkan B itu setali tiga uang, menganggap 
diri 
> > paling 
> > > > tahu dan paling benar.
> > > > 
> > > > Misalnya soal negara Islam. Ini memang konsep yang 
kontroversial, 
> > > > mengingat dalam Islam hanya dikenal sistem kemasyarakatan 
berupa 
> > > > khilafah sbg dicontohkan dengan ideal di masa empat khafilah 
yang 
> > > > lurus, khulafaa-u ar-Rasyiduun, tidak khilafah setelahnya 
yang 
> > hanya 
> > > > namanya saja tapi isinya adalah praktek feodalisme, kerajaan, 
> > > > kroniisme dan nepotisme bukan meritokrasi. Tapi sungguh 
> > disayangkan, 
> > > > dengan pemahaman yang mungkin belum utuh, sudah berani mencap 
> > bahwa 
> > > > upaya sebagaian saudara seiman yang lain itu, betapapun cacat 
> > > > (namanya juga usaha) tetap adalah sebuh ikhtiar dan ijtihad 
yand 
> > ada 
> > > > nilainya di mata Allah, sejelek apapun di mata manusia.
> > > > 
> > > > Atau dengan pemahaman dan pengetahuan yang seadanya, bisa 
> > menegaskan 
> > > > bahwa kalo yang namanya mencontoh Rasul itu ya semuanya, 
> > leterlek. 
> > > > Halahh ... Polos bener. Tapi kalo memang bisa begitu so what? 
Apa 
> > > > yang salah? Apakah pola pikir katak dalam tempurung itu bisa 
> > > > diterima? Saya katakan katak dalam tempurung, karena tidak 
semua 
> > yang 
> > > > ada di hidup kita ini berlaku di seluruh dunia. Coba saja ke 
> > > > pedalaman di negeri ini, tidak usah jauh2 ke negeri lain. 
Apakah 
> > > > semuah masjid di pedalaman negeri ini memakai 'speaker'?
> > > > 
> > > > Tentu jika ada yang menyatakan ingin mencontoh Rasul dalam 
> > menegakkan 
> > > > hukum Islam, yang mungkin termasuk mendirikan negera Islam 
(jadi 
> > > > mirip menerapkan perda syariah nih!), tentu bukan foto-kopi, 
tapi 
> > > > mencontoh esensi pemerintahan di masa Rasul dan 
> > khulafaaurrasyidun. 
> > > > Gitu aja ko ya ga nyambung toh? Shalat kalo mau ikut Rasul 
yang 
> > ga 
> > > > pake peci, kupluk haji, baju koko, mukenah, sajadah, sarung 
atau 
> > yang 
> > > > sekarang kita kenal. Dulu itu dahi ya langsung ke tanah. 
Jorok? 
> > > > Kotor? Tidak juga, kan padang pasir. Nah sejalan penyebaran 
> > islam, 
> > > > tentu perlu ada penyesuaian. Itu berlaku buat semua hal 
selain 
> > yang 
> > > > pokok macam tauhid, atau ritual ibadah, termasuk menutup 
aurat.
> > > > 
> > > > Yang sempat membuat saya heran jg adalah beraninya menuduh 
ada 
> > > > pria "yang sangat sok "melindungi dan mendukung aktifitas 
> > perempuan", 
> > > > namun ujung-ujungnya tanpa sadar lalu dengan "emosi/tidak" 
> > > > menuliskankan pemikirannya bahwa perempuan itu kurang 
berharga di 
> > > > banding laki-laki:), bahwa perempuan itu "hanya leyeh-
leyeh" :), 
> > atau 
> > > > juga yang bilang bahwa perempuan pekerja = ternak :))" tanpa 
> > sadar 
> > > > bahwa ada juga perempuan yang tidak bisa baca dengan benar 
suatu 
> > > > pernyataan dan melulu emosional (khas pere gitu loh) dan 
> > mengikuti 
> > > > nafsunya itu. Buktinya apa tuduhan itu? Tidak ada! Membaca 
saja 
> > tidak 
> > > > beres mau kasih opini. Halahhh ... cape jadi tapee ... jauh 
> > > > benerrrr ...
> > > > 
> > > > Kaya perempuan yang teriak2 sok ngebela sesama perempuan itu 
> > bener2 
> > > > care sama nasib perempuan di pasar2 yang mengais sayur bekas 
> > untuk 
> > > > dijual kembali, yang siang-malam di jalanan menggendong anak 
> > sewaan 
> > > > mengemis, yang menjajakan diri (leterlek uey) entah di tempat 
> > hiburan 
> > > > atau pinggir jalan atau mlm (mulut lewat mulut) baik yang 
level 
> > naik 
> > > > turun mobil prakteknya atau sekedar gelar alas di balik 
semak. Ah 
> > > > tapi memang mereka bisa praktek kalo tidak ada laki-laki yang 
> > ngeres? 
> > > > Apakah ini lingkaran setan? Saya lihat sih dua arah ... harus 
> > semau 
> > > > jujur untuk menghindari praktek itu.
> > > > 
> > > > Belum lagi jenis menjual tubuh yang paling halus, spt di 
beragam 
> > > > iklan yang notabene isinya tubuh pere semua? Tidak, saya 
tidak 
> > sedang 
> > > > berpikiran kotor, tapi coba lihat, bagian tubuh mana dari 
> > perempuan 
> > > > yang harusnya masuk aurat itu dengan bangga dan harga tinggi 
> > > > dikomoditikan? Apalagi alasannya? HAM? hehehe .... HAMpir 
masuk 
> > > > neraka mah iya kali, sambil ngajak orang lain. Ini bukan 
vonis, 
> > tapi 
> > > > teguran, nasihat ... kalo pahit, ya maaf, obat itu jarang 
yang 
> > enak.
> > > > 
> > > > Ada juga member yang yakin bahwa ungkapan simpati bahwa tidak 
> > praktek 
> > > > industri sekarang ini memakan korban perempuan, disalah 
artikan. 
> > > > Betapa tidak dikatakan korban, jika hampir lebih dari 
setengah 
> > tenaga 
> > > > buruh di berbagai pabrik itu dari kalangan perempuan dengan 
gaji 
> > yang 
> > > > tidak lebih tinggi dari laki-laki? Coba saja lihat kalo 
sedang 
> > demo 
> > > > buruh, gender mana yang mendominasi layar? Ini belum dengan 
> > hilangnya 
> > > > upah mereka ketika cuti hamil. Tdk semua pabrik mau fair 
menggaji 
> > > > buruhnya, terlebih perempuan.
> > > > 
> > > > Nah konteks ini kan sama saja perempuan diperas seperti 
ternak! 
> > Tapi 
> > > > kenapa jadi dipelintir seolah menyamakan perempuan dengan 
ternak? 
> > Wah 
> > > > ya itu sih kedodolan ybs tapi ko yakin benar bahwa 
pemahamannya 
> > itu 
> > > > begitu. ck ck ck ... Jadi niat ukhuwah memperhatikan nasib 
semua 
> > > > regardless of gender jadi sulit dilihat. Yang ada adalah 
tuduhan 
> > tak 
> > > > mendasar soal sok tahu ... dan sok-sok lainnya. Lagi-lagi 
> > gambaran 
> > > > betapa klaim kebenaran, sok tahu/benar itu terkadang 
dilakukan 
> > > > sendiri.
> > > > 
> > > > Si member yang menuduh itu tidak sadar dalam konteks di atas 
> > bahwa 
> > > > pria yang dituduh itu punya istri, ibu, saudara perempuan, 
> > kenalana 
> > > > perempuan, bahkan di milis ini. Logikanya mana mungkin si 
pria 
> > itu 
> > > > bisa berlaku 'seganas' yang dituduhkan. Well, nampaknya di 
milis 
> > ini 
> > > > memang bebas menuduh dan dituduh.
> > > > 
> > > > Ini kah ukhuwah yang ada dalam al-Qur'an?
> > > > 
> > > > Ya Allah, ampunilah hambaMu ini yang telah terlanjur 
menyakiti 
> > hati 
> > > > sesama tanpa disengaja. Mudahkah dan lapangkanlah kami di 
milis 
> > ini 
> > > > untuk lebih erat menjalin ukhuwah, agar ummat ini tdk mudah 
> > dipecah 
> > > > belah spt sekarang, dan hidup kami lebih berkah lagi di masa 
> > datang.
> > > > 
> > > > Amin.
> > > > 
> > > > wassalaamu alaikum,
> > > > satriyo
> > > >
> > >
> >
>


Kirim email ke