Pak Achmad :

Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita 
itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, 
maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. 

  -------
   
  Janoko :
   
  Saya ulang lagi apa yang dikatakan Pak Achmad diatas.
  Lalu peranan MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) itu dimana pak ?
   
  Ada beberapa produk buatan saya yang mempunyai sertifikat halal yang 
dikeluarkan oleh MUI, lalu njok kepiye legalitas sertifikat halal dari produk 
saya kalau apa yang dikatakan pak Achmad itu...... ?
   
  Masih engga mudheng
   
  Wassalam
   
  --oo0oo--

Achmad Chodjim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          Nuwun sewu, Mas Jano ko supados balik sekolah malih teng SD. Mosok 
nggak bisa mengerti sebuah paragraf tuturan. Mana ada kalimat dari saya yang 
memerintah sampiyan taat kepada saya?

Wassalam,
chodjim

----- Original Message ----- 
From: jano ko 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, June 27, 2007 9:11 AM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias 
OMDO? - mudheng

Pak Achmad :

Betul, Mas Jano ko. Janganlah taati kata-kata saya bila belum mudeng. Kalau 
menaati sesuatu yang belum dimudengi itu namanya menaati berhala.
----------------------------------------------------------

Janoko :

Jadi, kalau saya sudah mudheng, berarti saya bisa dan boleh taat kepada pak 
Achmad, begitu pak ?

Wassalam

--oo0oo--

Achmad Chodjim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Betul, Mas Jano ko. Janganlah taati kata-kata saya bila belum mudeng. Kalau 
menaati sesuatu yang belum dimudengi itu namanya menaati berhala.

Makanya di Alquran tak ada satu ayat pun untuk menaati ulama. Bahkan ada 
kelompok yang memandang ulama-ulama dan rahib-rahibnya sebagai pengganti Tuhan 
atau telah dijadikan ilah selain Allah. Baca QS 9:31.

Karena ulama itu sebagai pelita, bawalah pelita itu untuk menerangi jalan, dan 
jadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai "peta". jadi, lengkaplah, ada peta 
jalan ada lampunya. Agar tidak keliru dalam membaca peta, maka mohonlah 
petunjuk kepada ALLAH dan Rasul-Nya (sebagai wasilah).

Wassalam,
chodjim

----- Original Message ----- 
From: jano ko 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:59 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias 
OMDO? - mudheng

Pak Achmad :

Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita 
itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, 
maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. 

----------------------------------------------------------

Janoko :

Janoko belum mudeng, apakah Pak Achmad bermaksud mengatakan "jangan taati" 
kata-kata Pak Achmad ?, maaf lho, saya betul-betul engga mudheng.

Punten-punten and punten.

Wassalam

--oo0oo--

Achmad Chodjim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mas Wikan,

Di dalam Alquran dinyatakan bahwa ketaatan itu hanya kepada Allah dan kepada 
Rasul-Nya. Lalu, ketaatan berikutnya kepada ulil amri --jika dan hanya jika-- 
ulil amri itu sendiri taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya.

Pernyataan di atas dituangkan dalam QS 4:59. Sayangnya, taat kepada Allah ini 
dipelintir menjadi taat kepada Alquran, dan taat kepada Rasul-Nya dipelintir 
menjadi taat kepada al-Sunnah. Jadi, Allah Yang Maha Hidup itu sudah sejak lama 
tidak dianggap hidup lagi oleh umat, makanya Allah diturunkan derajatnya hanya 
sebagai Alquran. Padahal, kalau ditanya tentang rukun iman, ada rukun untuk 
mengimani Allah dan ada rukun untuk mengimani kitab-kitab-Nya (QS 2:177).

Demikian juga ketaatan kepada Rasul Allah, kepada Kanjeng Nabi Muhammad, lha 
koq diturunkan derajatnya hanya taat kepada al-Sunnah. Kita lupa bahwa Rasul 
itu tetap hidup (QS 2:154, 3:169-171). Bukankah dalam tasyahud ada ucapan 
"assalaamu 'alayka ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakaatuh, assalaamu 
'alayna wa 'alaa ibadillaahis shaalihiin?" Jadi, ucapan salam itu ditujukan 
kepada yang hidup dan yang disetarakan dengan orang yang mengucapkannya.

Alquran itu adalah kitab tempat kita merujuk atau mengambil rujukan, jadi bukan 
tempat taat. Sedangkan petunjuk yaa harus kita peroleh langsung dari Tuhan, 
makanya ada "ihdinaash shiraathal mustaqiim". Nah, kalau kita ditunjukkan oleh 
Tuhan, maka kita akan bisa melihat rujukannya, dan kita bisa menemukan ayatnya, 
lalu kita sambil mengangguk-angguk..... oh ini ayatnya. Bukankah hakikat 
ayat-ayat Alquran itu ada di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu? (QS 
29:49).

Rasulullah yang sudah tidak berbadan fisik ini tetap hidup. Jasad fisik tak 
mampu lagi menampung Ruh Rasullullah, makanya secara fisikal beliau hanya 63 
tahun. Karena tetap hidup itu maka Rasul menjadi saksi dan tetap menerangi (QS 
33:45-46). Lha, kalau Muhammad mati secara total (lahir dan batin) yaa beliau 
tak pernah bisa menjadi saksi, apalagi menerangi. Jadi, hanya yang hidup yang 
bisa menjadi saksi dan menerangi, sedangkan mayit ya tak bisa apa-apa.

Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita 
itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, 
maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. Ini sesuai 
dengan hadis Nabi yang menyebutkan bahwa "tak ada sistem kependetaan dalam 
Islam". Saya perbesar "TAK ADA SISTEM KEPENDETAAN DALAM ISLAM". Jadi, ulama 
yang mentukan ini dan itu buat umatnya tak dikenal dalam Islam. Yang mentukan 
ini dan itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat adalah ulil amri yang 
dalam istilah sekarang dapat disamakan dengan aparat pemerintahan. 

Lha, al-Sunnah itu merupakan rujukan sekonder bila kita tak mendapatkan rujukan 
dari Alquran.

Matur suwun,

Salam,
chodjim 

----- Original Message ----- 
From: Wikan Danar Sunindyo 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Monday, June 25, 2007 7:34 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO?

nambahin Pak Dana ...
apa fenomena orang menyerahkan segala urusan kepada ulama juga
merupakan bukti "kemalasan" berpikir umat pada umumnya, sehingga
mereka tidak mau ambil resiko. serahkan saja pada ulama untuk
memikirkan, kalau tar ditanya di akhirat, tinggal salahin aja ulamanya
(yang mana sebenarnya tidak bisa begitu juga, karena semua orang akan
dimintai pertanggungjawaban masing2 satu persatu).

di sisi lain, kok ya ulama ini kayak yang segala tahu ya? segala macam
dibahas dan dijawab. kalau dalam dunia kedokteran orang tahu ada
spesialisasinya. dan dokter bisa bilang, tidak ... ini bukan bidang
saya, silakan tanya ke orang lain yang lebih ahli. kira-kira ada gak
ya ulama yang berkata begitu? berkata tidak pada masalah yang tidak
dikuasainya.

salam
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 6/25/07, Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Sebenarnya yg kita bahas di milis kebanyakan adalah permasalahan yg
> berdomisili dalam kaidah muamalah, yaitu oleh Allah sendiri dianjurkan
> utk diselesaikan secara musyawarah.
>
> Yg saya khawatir ialah bahwa yg sebenarnya kaidah muamalah itu
> difait-accompli sebagai kaidah ibadah sehingga ruang gerak utk
> memusyawahkannya dan mengijtihadkan jadi terbatas dan penentu akhirnya
> selalu suatu fatwa dari ulama. Dalam dinamika masyarakat modern dg
> berbagai ragam kepentingan, keahlian dan jalan hidup, saya rasa ulama
> tidak lagi berkompeten utk memberikan suatu fatwa dalam semua aspek
> kehidupan.

[Non-text portions of this message have been removed]

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]



         

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke