Sudah lah Om Suryawan,
menurut saya tidak usah diperpanjang.

1. Dari kasus ini terlihat ketika kita mudah mengkafirkan saudara 
sendiri yang muncul hanya kerugian. Akibatnya situasinya zero sum 
game. Alih-alih pencapaian Prof. Abdussalam menjadi kebanggaan kita 
semua, malah diperebutkan.

Bahkan bagi sebagian orang, Prof. Abdussalam dan Ahmad Deedat itu 
termasuk orang-orang yang "maghdub-alaihim" karena tidak termasuk 
ahlussunnah.

2. Memang kadang-kadang kita memperebutkan pepesan kosong.
Apakah jika Prof. Abdussalam itu orang Qadiyani ataupun Lahore 
ataupun termasuk Sunni sekalipun, itu menjamin sesuatu? Kalau begitu 
Einstein menjamin apa?

Bukankah pencapaian beliau itu gunanya sesungguhnya untuk beliau 
sendiri, keimanan beliau itu gunanya untuk beliau sendiri?
Bukankah bagi kita sebetulnya bukan MEMUJA ABDUSSALAM YANG ITU, TAPI 
yang penting kita PUNYA ABDUSSALAM-ABDUSSALAM lain. Alih-alih 
mengambil manfaat dari pencapaian Prof. Abdussalam dengan BEKERJA 
KERAS MENELADANINYA, kita malam merebut pepesan kosong.

salam
Ary


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "ma_suryawan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Oh, oh, HMNA yg mengatakan Prof Abdus Salam pernah shalat bermakmum 
> kepada Syamsi Ali (orang Makassar) pada tahun 80-an dg menurutkan 
> cerita Mr. Jay untuk menjustifikasi Prof Abdus Salam sebagai 
anggota 
> Ahmadiyah Lahore tanpa di dasari fakta, adalah juara ngibul. Terima 
> kasih untuk Mas Muhkito yang telah membeberkan fakta dan argumen 
yang 
> sebening kristal.
> 
> Dan oh, oh, karena HMNA itu punya logika yang bengkok, ngeyel lagi 
> cetek.
> 
> HMNA tidak mau melihat fakta, bahwa orang Ahmadi Lahore tidak ada 
> yang menganggap/mengagumi Prof. Abdus Salam sebagai anggota mereka. 
> Buktinya, semua orang sedunia bisa melihatnya di situs-situs 
> Ahmadiyah Lahore bahwa di sana tidak ada pernyataan bahwa Prof 
Abdus 
> Salam adalah anggota mereka.
> 
> Dan oh, oh, HMNA itu karena pengetahuannya yang cetek tidak tahu 
> bahwa kota Rabwah, tempat dimakamkannya Prof. Abdus Salam, adalah 
> kota "milik Jemaat Ahmadiyah" - Lihat di  
> http://www.alislam.org/library/history/ahmadiyya/65.html - oleh 
> karena itulah dengan sinisnya HAMKA pernah mengatakan bahwa Rabwah 
> adalah "negara di dalam negara". Oleh sebab itu Prof. Abdus Salam 
> yang dimakamkan di kota Rabwah adalah adalah anggota Jemaat 
Ahmadiyah.
> 
> Kenapa ia di makamkan di Rabwah? Karena ia sendiri berwasiat agar 
> dimakamkan di Rabwah di samping pusara orang tuanya. Semua orang 
> Ahmadi yang tinggal dan mati di Rabwah sejak awal berdirinya kota 
> Rabwah adalah orang setia dan berbai'at kepada Khalifatul Masih, 
> artinya adalah orang yang menerima dan beriman kepada Mirza Ghulam 
> Ahmad sebagai nabi/rasul.
> 
> Dan oh, oh, berita-berita di surat kabar serta foto-foto  Prof. 
Abdus 
> Salam membuktikan bahwa beliau adalah seorang anggota Jemaat 
> Ahmadiyah. Lihat: http://www.alislam.org/library/salam-15.htm
> 
> Salam,
> MAS
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" 
> <mnabdurrahman@> wrote:
> >
> > MAS ngeyel:
> > emua orang tahu, bahwa Prof Abdus Salam adalah orang yang beriman 
> dan 
> > menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi/rasul/utusan Allah, 
> sebagai Imam 
> > Mahdi/Masih Mau'ud a.s. adalah seorang Muslim Ahmadi.
> > ----------------------------------------------
> > HMNA:
> > Akh, yang benar zeg, masa semua orang tahu.. Btw, Prof Abd Salam 
> memang 
> > adalah seorang Ahmadi, yaitu Islam Ahmadiyah Lahore, bukan 
penganut 
> agama 
> > yang bukan Islam (Ahmadiyah Qadiyan).
> > Ciri penganut agama Ahmadiyah Qadiyan itu eksklusif tidak mau 
> bermakmum pada 
> > Imam yang bukan dari Ahmadiyah Qadiyan.
> > HMNA .
> > 
> > ----- Original Message ----- 
> > From: "ma_suryawan" <ma_suryawan@>
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> > Sent: Wednesday, July 11, 2007 11:16
> > Subject: [wanita-muslimah] Re: Harga Diri Seorang Muslim...
> > 
> > 
> > > Satriyo, kalo cuma asal mangap saja, anak SD juga
> > > bisa...memprihatinkan memang bagaimana Anda dan HMNA menampilkan
> > > wajah aslinya...Inget Satriyo, harga diri seorang Muslim 
> ditentukan
> > > dengan prestasi ilmiah dan teknologi, bukan ditentukan oleh 
> kemampuan
> > > asal mangap seperti yang Anda dan HMNA tampilkan.
> > >
> > > Pertama. Golongan Ahmadiyah Lahore tidak pernah 
> menganggap/mengakui
> > > bahwa Prof. Abdus Salam adalah anggotanya. Silahkan lihat 
> buktinya di
> > > situs-situs internet milik golongan Ahmadiyah Lahore, di sana 
> mereka
> > > tidak pernah menyatakan/mengakui dan membanggakan Prof. Abdus 
> Salam
> > > sebagai anggotanya.
> > >
> > > Kedua. Dari artikel di bawah ini, Prof. Abdus Salam dimakamkan 
di
> > > kota Rabwah, kota yang berasal dari area tanah gersang dan tidak
> > > subur yang telah dibangun atas perintah Hz. Khalifatul Masih II 
> r.a.
> > > sebagai pusat organisasi Jemaat Ahmadiyah setelah adanya Indian
> > > Partition (Terbentuknya negara Pakistan). HAMKA dalam tafsir al-
> > > Azharnya telah mengatakan dengan sinisnya bahwa kota Rabwah
> > > adalah "negara di dalam negara". Jadi, Prof. Abdus Salam yang 
> memang
> > > telah dimakamkan di tempat milik Jemaat Ahmadiyah adalah anggota
> > > Jemaat Ahmadiyah, bukan anggota Ahmadiyah Lahore.
> > >
> > > Ketiga. Dalam masa Hz. Khalifatul Masih II r.a. (Pada masa 
> Khalifatul
> > > Masih II ini kemudian Maulana Muhammad Ali dkk memisahkan diri 
dan
> > > membentuk golongan Ahmadiyah Lahore) diperintahkan oleh Hz.
> > > Khalifatul Masih II agar Abdus Salam menuntut ilmu di Inggris, 
dan
> > > mendapat bea siswa dari Jemaat Ahmadiyah.
> > >
> > > Keempat. Cerita Mr. Prof Abdurahman Jay itu hanyalah sebatas 
> cerita
> > > saja, dg menurutkan ocehan kyai tipikal HMNA saja. Nothing more.
> > > Tidak ada jaminan cerita itu bisa dipercaya. Weleh-weleh..., 
> apalagi
> > > cerita itu datangnya cuma dari HMNA saja yang memang suka
> > > mendiskreditkan Ahmadiyah.
> > >
> > > Kelima. Masalah bermakmumnya shalat atau tidak bermakmumnya 
shalat
> > > tidaklah membuktikan bahwa ia adalah golongan Ahmadiyah Lahore. 
> Yang
> > > membedakan apakah seseorang sebagai Ahmadiyah Lahore atau bukan
> > > adalah kepercayaan/pengakuannya. Golongan Ahmadiyah Lahore tidak
> > > mempercayai/mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi/rasul 
Allah.
> > > Semua orang tahu, bahwa Prof Abdus Salam adalah orang yang 
beriman
> > > dan menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi/rasul/utusan 
Allah,
> > > sebagai Imam Mahdi/Masih Mau'ud a.s. adalah seorang Muslim 
Ahmadi.
> > >
> > > Salam,
> > > MAS
> > >
> > >
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <efikoe@> wrote:
> > >>
> > >> Saya kira main klaim hanya untuk menunjukkan dirinya benar dan
> > > tidak
> > >> sesat/salah adalah bentuk inferiority complex. Mentok dan tak 
ada
> > >> pilihan lain. In dire need of approval and recognition. Poor 
> thing!
> > >>
> > >> Betul pak Nur, ketika saya sempat tinggal di Pakistan, nama 
> beliau
> > >> sama sekali tidak dihubung2kan dengan Ahmadiyah Qadian yang 
sesat
> > >> itu, karena logikan nya Pakistan adalah home-base buat 
Ahmadiyah
> > >> Lahore yang sekadar memandang MGA adalah seorang Mujadid, no 
> more,
> > > no
> > >> less.
> > >>
> > >> Kasihan juga pak Salam di catut demikian.
> > >>
> > >> rsa
> > >>
> > >> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman"
> > >> <mnabdurrahman@> wrote:
> > >> >
> > >> > Menurut Prof DR Abdurrahman Jay yang pernah bertandang ke 
rumah
> > >> saya, beliau
> > >> > pernah salat berjamaah dan disampingnya dalam satu saf ialah 
> Prof
> > >> Abd Salam,
> > >> > sama-sama menjadi makmum yang imamnya Syamsi Ali. Ustadz 
Syamsi
> > > Ali
> > >> adalah
> > >> > imam Masjid Washhington berasal dari Makassar dari organisasi
> > >> Muhammadiyah.
> > >> > Itu berarti Prof Abd Salam tidak beragama Ahmadiyah Qadiyan,
> > > karena
> > >> penganut
> > >> > Ahmadiyah Qadiayn.eksklusif, tidak mau shalat berjamaah 
dengan
> > > imam
> > >> yang
> > >> > bukan beragama ahmadiyah Qadiyan. Jadi kalau Prof Abd Salam 
itu
> > >> Ahmadiyah,
> > >> > maka niscaya beliau beragama Islam Ahmadiyah Lahore. Itu 
> namanya
> > >> sapi punya
> > >> > susu, kerbau punya nama. Bahwa Prof Abd Salam dapat hadiah 
> Nobel
> > >> sudah
> > >> > pernah diposting ke milis ini. Silakan dibaca reposting di 
> bawah,
> > >> di mana
> > >> > termaktub: "Sebuah ilustrasi yang menarik ialah Martin 
Veltman
> > > dan
> > >> Gererd't
> > >> > Hoofdt dari Universitas Utrecht, yang keduanya
> > > menyusun "technique"
> > >> > matematika untuk proses menormalisasi secara umum teori medan
> > >> kuantum. Teori
> > >> > inilah yang telah membuka jalan kepada Abdus Salam dan 
Stephen
> > >> Weinberg
> > >> > (keduanya penerima Hadiah Nobel Fisika 1979, mendhului kedua
> > > orang
> > >> pionir
> > >> > Martin Veltman dan Gererd't Hoofdt yang baru menerima Hadiah
> > > Nobel
> > >> thn.1999)
> > >> > dalam mempersatukan interaksi elektro magnetik dengan nuklir
> > > lemah
> > >> yang
> > >> > dikenal sebagai teori standar / baku "electroweak. Disertasi
> > > Abdus
> > >> Salampun
> > >> > di Universitas Cambridge juga mengenai proses penghilangan 
> faktor
> > >> > ke-takterhingga-an dari teori meson." .
> > >> > HMNA
> >
>


Kirim email ke