--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Perhatikan:
> 
> [1] Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda 
> merasa perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)? Apakah 
> dari pernyataan saya ini jelas saya menyatakan 'Allah mengharuskan 
> kita menciptakan teokrasi' spt jelas terlihat pada pernyataan anda 
> ini "Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi?"? 
> Saya paraphrase biar lebih jelas: apakah anda berani mangandalkan 
> logika anda untuk menilai perintah Allah itu 'jelek' atau tidak 
> (misalnya soal khalifah yang anda cap 'teokrasi')? jelas?

DP: Perintah Allah akan saya cerna dg akal sesuai dg perintahNya: 
tidak ada orang beriman yg tidak berakal.

> [2] Mengapa anda senang sekali dan berulang kali hanya mencomot 
yang 
> anda suka dari komentar saya? entah buat member yang lain. Saya 
tdk 
> hanya komentar satu hal tadi, di atas. Mana tanggapan anda? Saya 
> ulang bagian yang tidak anda sentuh: 
> 
> > > Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang 
terhormat 
> > > Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir 
pendapat 
> > > seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan 
mengambil 
> > > kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
> > > itu 'tidak masuk kategori' khilafah.
> > > 
> > > Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
> > > meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan 
> oleh 
> > > Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.
> > > 
> > > Mau?

DP: Coba deh seperti yg saya ulangi berkali2, berilah contoh dimana 
konsep kehilafahan ini ada dan berjalan baik.  Anda ingin saya 
menerima angan2 di benak Anda yg tidak ada contoh empirisnya.  Ya 
susah dong Mas Satriyo.  Bagaimana itu bisa diterima akal? Sebagai 
yg pernah kuliah di ITB, sukar bagi saya menerima hal2 yg tidak 
masuk akal dan tidak ada bukti empiris. 

Walaupun tidak pernah kuliah sastra saya bisa menerima keindahan 
puisi tetapi saya tidak bisa menerima suatu keindahan puisi 
dijadikan suatu sistem politik yg riil.  Sistem politik harus tegar 
terhadap uji dan kritik.

Berikan dulu contoh kecilnya khilafah yg Anda maksudkan itu kalau 
contoh besar tidak ada.

> [3] Yang anda lakukan malah melompat pada kesimpulan pribadi 
> yang 'berani'. Saya katakan berani karena tidak ada uraian apapun 
> dari anda atas pernyataan anda ini, [a] "Menegakkan hukum Allah 
tidak 
> harus dg teokrasi. Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah." 
Lalu 
> anda teruskan, [b] "Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah 
Rasul 
> adalah yg tepat pada masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah 
> sudah tiada dan tidak tergantikan." Di sini anda [I] langsung 
mencap 
> bahwa Islam pernah memiliki sebuah bentuk pemerintahan TEOKRASI. 
> Tolong buktikan! [II] Anda juga tidak kalah nekatnya menyatakan 
> bahwa "Cukup! Teladan Rasul dalam bernegara dan bermasyarakat 
sudah 
> usang dan tidak lagi aplikabel buat ummat saat ini dan mendatang. 
> Lebih baik berkiblat pada pemikiran non-muslim, terutama DEMOKRASI 
> untuk PASTI menjalankan HUKUM ALLAH!" Tolong Buktikan.

DP: Saya membuktikannya secara terbalik, tidak ada contoh khilafah 
yg berdasarkan teladan Rasul pada saat ini dan sejak wafatnya Ali 
berarti memang tidak implementable sejak wafatnya Beliau.

Barangkali kita tidak memiliki definisi teokrasi yg sama.

Demokrasi pemikiran non-muslim?  Mungkin benar bukan pemikiran 
muslim tapi yg pasti pemikiran ini non-kristiani dan sekuler karena 
dalam demokrasi tidak ada unsur2 agamanya.  

Lho bukankah Iran itu sekarang suatu teokrasi?  Ini gimana koq kita 
berdebat dg istilah2 yg tidak terdefinisi secara akurat.

Ha ha ha Anda kena penyakit non-islamophobia, semua yg non-muslim 
pasti salah.  Rasul aja menyuruh kita belajar ke negeri Cina ... 

> 
> CATAT: [1] Buktikan Islam pernah menajalankan TEOKRASI, dan [2] 
> Teladan Rasul dalam bernegara/bermasyarakat sudah tidak aplikable, 
> dan sebagai gantinya hukum Allah diberlakukan melalui DEMOKRASI!

Lho, bukankah prof Azyumardi bilang bahwa khalifah itu adalah 
pemimpin politik DAN agama.

Kalau rektor insitut agama terkemuka sudah bilang begitu masa saya 
bantah lagi?

 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <dana.pamilih@> 
> wrote:
> >
> > Sejak kapan Allah bilang kita harus menciptakan teokrasi? Itu kan
> > tafsiran para ulama teokratis.  Menegakkan hukum Allah tidak 
harus 
> dg
> > teokrasi.  Demokrasipun  bisa menegakkan hukum Allah.
> > 
> > Bentuk khilafah tidak ditetapkan oleh Allah, jadi kebebasan kita
> > menentukan bentuk yg paling tepat dan relevan bagi masa kini.
> > 
> > Saya juga tidak yakin bahwa bentuk khilafah Rasul adalah yg 
tepat 
> pada
> > masa kini.  Jaman sudah berubah dan RasuluLah sudah tiada dan 
tidak
> > tergantikan.
> > 
> > Jangan memaksakan tafsiran pribadi atau kelompok seolah2 itu 
adalah
> > kehendak Allah.  
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <efikoe@> wrote:
> > >
> > > Anda berani menolak perintah Allah semata karena logika anda 
> merasa 
> > > perintah Allah itu sesuatu yang 'jelek' (=teokrasi)?
> > > 
> > > Memang sejauh ini, sudah pasti, setidaknya menurut yang 
terhormat 
> > > Azyumardi, khilafah itu tidak ada? Bukannya dia menyitir 
pendapat 
> > > seorang ulama, dan ulama itu 'mendeskripsikan', bukan 
mengambil 
> > > kesimpulan, bahwa apa yang muncul setelah khulafaurrasyidin 
> > > itu 'tidak masuk kategori' khilafah.
> > > 
> > > Jadi ya ayo, mari, kalo gitu, kita pastikan bahwa kita hanya 
> > > meneladani bentuk khilafah sesungguhnya, yaitu spt dijalankan 
> oleh 
> > > Rasul hingga para khilafah empat sesudahnya itu.
> > > 
> > > Mau?
> > > 


Kirim email ke