http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=44490


Tampilkan Islam yang Open Mind
(01 Nov 2007, 236 x , Komentar)

Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia 2007-2012, Achmad Baskara, 
mengatakan, pandangan Harold Crouch bahwa Indonesia tidak akan menjadi negara 
Islam sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Pasalnya, sejak awal berdirinya 
Negara Republik Indonesia oleh para The Founding Fathers telah disepakati bahwa 
Indonesia bukanlah negara agama, tetapi negara nasional.Menurut mantan anggota 
DPR RI periode 1999-2004 dari Fraksi PDI Perjuangan ini, sikap para pendiri 
repubilk itu juga bukan semata-mata sikap para elite politik (pemimpin 
pergerakan kemerdekaan) pada saat itu, melainkan juga pencerminan kehendak 
politik mayoritas rakyat Indonesia. Apakah indikator ideologisnya? Membahas 
lebih jauh, berikut petikan wawancara dengan Achmad Baskara, yang juga Pengurus 
Majlis Taklim Islamic Center Kwitang, Jakarta:

Bisa Anda jelaskan indikator ideologisnya?

Indikator ideologisnya dapat kita buktikan dari diterimanya Pancasila yang 
merupakan ideologi nasional sebagai ideologi negara. Pada indikator sosilogis 
politiknya kita bisa buktikan dari hasil-hasil pemilihan umum yang sudah 
berlangsung di Indonesia sejak pemilu 1955 hingga pemilu terakhir, 2004. Tidak 
pernah partai-partai politik Islam mendapatkan dukungan mayoritas dari sebagian 
besar rakyat Indonesia.

Islam Indonesia adalah multikulturalisme dan anti kekerasan serta anti 
permusuhan terhadap pihak lain. Sikap apa yang membuat demikian?

Sila kedua Pancasila tentang "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" sesungguhnya 
menggambarkan tentang ciri, watak, dan kepribadian bangsa Indonesia. Bung Karno 
ketika nenjelaskan tentang arti sila tersebut mengatakan bahwa nilai-nilai 
kemanusiaan dan peradaban tersebut digali dari budayanya bangsa Indonesia yang 
terdiri atas beragam suku dan agama. Oleh karena itu, sesungguhnya tidak hanya 
Islam Indonesia, tetapi juga Kristen Indonesia, Katolik Indonesia, Hindu 
Indonesia, Buddha Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia, sejatinya adalah 
masyarakat yang anti terhadap kekerasan dan antipermusuhan kepada pihak-pihak 
lain.

Stigma Indonesia merupakan surga bagi kelompok Islam radikal muncul akibat 
sejumlah aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok berlabel Islam di 
Indonesia, terutama pasca bom Bali I. Bagaimana pandangan Anda?

Tanpa kita sadari, negara kita saat ini tengah dijadikan laboratorium politik 
oleh berbagai kelompok kepentingan internasional, baik yang berorientasi agama 
maupun pasar (kapitalisme global). Kedua kelompok tersebut sama-sama hanya 
menjadikan negara Indonesia sebagai objek kepentingannya dan mengabaikan 
kepentingan rakyat Indonesia. Barat berkepentingan memberikan label Indonesia 
sebagai sarang teroris, sehingga atas nama perang terhadap terorisme dunia 
mereka akan merasa legitimed untuk terus mengkooptasi negara kita dengan cara 
mendukung pemimpin-pemimpin yang dapat mereka jadikan boneka ataupun cara-cara 
lainnya. 

Kelompok agama melakukan upaya radikalisasi agama terhadap anggota masyarakat 
kita yang mengalami proses pendangkalan agama sebagai akibat kesulitan ekonomi 
dan lain sebagainya, sehingga menghasilkan para sukarelawan bom-bom bunuh diri 
di tanah air. Akibat dua kepentingan tersebut maka di(muncul)kannya stigma 
adanya Islam Radikal Indonesia. 

Islam juga dianggap sebagai teroris. Apa yang seharusnya dilakukan umat Islam 
dan dunia Internasional guna menghindari terjadinya clash of civillization?

Pasca jatuhnya blok komunis yang salah satunya ditandai dengan runtuhnya negara 
Soviet Rusia dan menangnya blok Barat, sesungguhnya perang ideologi belum 
berakhir. Barat selanjutnya menempatkan Islam sebagai ancaman ideologi 
berikutnya. Negara-negara Islam dengan teologi Islam yang sosialistis itu juga 
dianggap bertentangan dan mengganggu kepentingan Barat yang mengusung ideologi 
liberalisme-kapitalisme. 
Karena itu, bicara bagaimana mencegah terjadinya "clash of civilization" tidak 
mungkin terlaksana tanpa adanya good will, political will dan political action 
dari kekuatan Barat maupun Islam untuk sama-sama saling menghargai dan hidup 
berdampingan secara damai. Barat juga harus segera menghentikan "nafsu dan 
birahi" untuk menghisap bangsa-bangsa lain di dunia. 

Mengampanyekan Islam Indonesia yang penuh toleransi bukanlah hal mudah. 
Masyarakat lebih menyukai sesuatu yang sederhana dan mudah diterima, termasuk 
dalam beragama. Bagaimana saran Anda?

Salah satu akibat buruk dari liberalisme dan kapitalisme global adalah 
munculnya sikap konsumerisme dan pragmatisme dalam masyarakat dan mengabaikan 
nilai-nilai agama maupun ideologi. Oleh karena itu penguatan nilai-nilai agama 
maupun ideologi nasional harus lebih progresif mengikuti perkembangan peradaban 
dengan tetap mempertahankan nilai-nilai prinsipil agama maupun idelogi yang 
tidak boleh ditawar-tawar lagi. Dalam konteks Islam Indonesia, kita juga harus 
mampu menampilkan kepada masyarakat dan dunia internasional bahwa Islam 
Indonesia adalah Islam yang modern, open mind dan berdimensi Rahmatan lil 
alamiin, rahmat bagi semesta alam.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke