Wa'alaikumussalam,
1) Oleh karena itulah saya mungkin juga MUI) menghakimi ajaran 
spesifik ahmadiyah hanya dari perkataan MGA (dan tindakan2 MGA), 
bukan hati MGA.

2) Soal KAUM ahmadi, hanya merupakan korban dari MGA.

3) Contoh, teladan Rasulullah SAW ini tidak dapat dijadikan hujjah 
untuk menyudutkan MUI, karena MUI tidak membunuh manusia manapun.

Menghakimi Hati OR Menghakimi ajaran ?

WASSALAM,

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "ma_suryawan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamu'alaikum,
> 
> Manusia/kaum itu dinilai oleh manusia lain/kaum lainnya dari apa 
yang> dikatakannya, bukan atas apa yang ada dalam hatinya.
> 
> Hz. Sayyidina Rasulullah saw. telah memberikan contoh, teladan dan
> peragaan yang sangat mulia mengenai hal tersebut, dan tercatat 
sangat
> jelas dalam sejarah Islam. 
> 
> Ketika Hadhrat Rasulullah saw. mengutus Usamah bin Zaid ra. sebagai
> komandan sebuah pasukan ke daerah suku Juhaina. Beliau ra. dan 
seorang
> Anshar menjumpai seseorang dari mereka (kaum kafir) dan 
menyergapnya.
> Ketika akan dibunuh, orang tersebut berkata: "Laa ilaha illalah."
> Namun tetap saja dibunuhnya orang itu.
> 
> Tatkala berita kejadian itu sampai kepada Hz. Rasulullah saw., 
beliau
> bertanya kepada Hz. Usamah ra. mengapa ia berbuat demikian. Hadhrat
> Usamah ra. berkata: "Ya Rasulullah, ia mengucapkan "Laa ilaha 
illalah"
> karena untuk memastikan dirinya agar selamat." Rasulullah saw.
> bersabda: "Mengapakah engkau tidak membelah hatinya dan membukanya
> untuk memastikan apakah ia berkata itu karena datang dari lubuk
> hatinya yang terdalam atau tidak?" (Diringkas dari Bukhari, Kitab
> al-Maghazi, Bab: Ba'ath al Nabi, Usamah bin Zaid ilal Harqaat min
> al-Juhaina, hal. 612)
> 
> Maksudnya adalah, bagaimanakah Hadhrat Usamah ra. dapat mengetahui
> apakah orang itu menyatakan beriman kepada Allah karena takut atau
> setulus hatinya? Sebab keadaan hati tersembunyi dari mata manusia. 
Dan
> yang mengetahui isi hati hanyalah Allah Swt.
> 
> Mengenai Jemaat Ahmadiyah yang secara terbuka mengimani, 
mengatakan,
> melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam - tetap saja dihakimi oleh 
MUI
> dan para penggemarnya sebagai non-Islam, sesat-menyesatkan, dan
> lain-lain. Lalu mau ditaruh di mana ajaran indah dan mulia dari
> Kanjeng Rasulullah saw. tersebut oleh mereka?
> 
> Salam,
> M.A. Suryawan


Reply via email to